Tribun Wiki
Maba Universitas Khairun Disuruh Minum Air Bekas Ludah dan Jalan Jongkok, Ini Profil Kampusnya
gagasan pendirian sebuah universitas di Kabupaten Maluku Utara sempat mati suri hingga kemudian dibangkitkan pada periode kedua, tahun 1964.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Universitas Khairun (Unkhair) menjadi topik pembicaraan saat ini.
Bahkan menjadi trending topic google dan sosial media.
Bukan karena prestasi melainkan peristiwa tidak mengenakkan.
Banyak berita yang beredar tentang aksi perpeloncoan terhadap mahasiswa baru yang videonya tengah viral di kampus tersebut.
Dilansir dari Tribunnews, pihak kampus Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Maluku Utara akhirnya memberikan sanksi kepada mahasiswa senior yang terlibat aksi perpeloncoan tersebut.
Diketahui, dalam video tersebut para mahasiswa senior memaksa para mahasiswa baru untuk meminum air ludah saat pelaksanaan masa Informasi dan Orientasi (Inforient) yang berlangsung selama dua hari pada 29-30 Agustus 2019.
Dikutip dari Kompas.com, Rektor Unkhair Ternate, Husen Alting melalui rilisnya mengatakan bahwa pihak kampus telah mengambil langkah-langkah atas pelaksanaan Inforient yang berlangsung di Fakultas Kelautan dan Perikanan tersebut.
Secara tertulis, pihak kampus menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tersebut.
“Kami selaku pimpinan Unkhair menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tersebut sekaligus mengutuk keras perbuatan yang dilakukan itu,” kata Husen.
Atas aksi itu, pihak universitas melalui Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan serta Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan telah mengidentifikasi dan memeriksa semua oknum yang terlibat dalam kejadian tersebut.
Di antaranya, berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan empat orang mahasiswa senior yang terlibat secara langsung dalam kejadian tersebut.
Empat mahasiswa senior itu adalah AE, FSMA, LM, dan NSF yang semuanya adalah mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.
Para mahasiswa tersebut kata Rektor Unkhair telah menyampaikan permintaan maaf dan penyesalan atas tindakan tidak terpuji mereka kepada mahasiswa baru, civitas akademika dan masyarakat.
Dikatakan juga, berdasarkan hasil pemeriksaan, ditemukan fakta terjadinya pelanggaran terhadap peraturan akademik dan kode etik mahasiswa yang berlaku di Universitas Khairun.
Oleh karena itu, keempat mahasiswa tersebut diberi sanksi.
“Terhadap oknum mahasiswa dengan inisial AE diberikan sanksi berupa skorsing perkuliahan selama 2 semester. Sedangkan oknum mahasiswa dengan inisial FSMA, LM, dan NSF masing-masing diberikan sanksi skorsing selama 1 semester,” tulis Husen Alting dalam rilisnya.
Diberitakan sebelumnya bahwa aksi perpeloncoan terhadap mahasiswa baru terjadi di Universitas Khairun memicu perhatian setelah videonya viral di media sosial.
Video tersebut pun memicu pernyataan keras para warganet.
Mereka mengecam tindakan-tindakan perpeloncoan yang seharusnya sudah tidak ada lagi saat ini apa lagi di lingkup kampus yang terkenal berisi orang-orang terpelajar.
Tentang Universitas Khairun
Dilansir dari wikipedia, Dr Saiful Bahri Ruray, dalam catatannya menulis bahwa gagasan pendirian sebuah universitas di Kabupaten Maluku Utara sempat mati suri hingga kemudian dibangkitkan pada periode kedua, tahun 1964.
Inisiatif ini dibangkitkan kembali oleh dr Saleh Sahib, M Adnan Amal, Baharuddin Lopa, A H Drakel, dkk.
Periode ini juga merupakan fase kedua perjuangan mewujudkan Provinsi Maluku Utara yang sempat dilaksanakan Mubesra (Musyawarah Besar Rakyat Maluku Utara) diketuai oleh AR Nachrawy dan sebagai sekretaris adalah M. Adnan Amal.
Gerakan ini turut dimotori oleh Dakomib (Dana Kopra Maluku.Irian Barat) dan Koperasi Mutibar (Maluku Utara.Irian Barat) sekaligus sebagai dukungan terhadap upaya Presiden Soekarno mengembalikan Provinsi Irian Barat ke pangkuan ibu pertiwi dengan mencetuskan Trikora pada 1961 di Yogyakarta.
Para petani kelapa melalui Dakomib ini, berhasil mengumpulkan 1000 ton kopra untuk dana revolusi.
Penyerahan sumbangan kepada Bung Karno ini diwakili oleh delegasi Maluku Utara dipimpin Letda TNI Jacoub Mansur, BA, Djumati Hamid dkk.
Dari keterangan H Jakub Karim, pengurus aktif Dakomib diperoleh data bahwa Pulau Morotai dan Loloda menyumbangkan 200 ton kopra, wilayah Halmahera lainnya 300 ton kopra, sedangkan Kepulauan Sula 500 ton kopra,. tulis Ruray.
Peristiwa ini menunjukkan tingginya derajat keikhlasan dan pengorbanan rakyat Maluku Utara bagi perjuangan revolusi.
Unkhair pada akhirnya berdiri dengan didukung penuh dari TNI dan POLRI sebagaimana dukungan mereka terhadap perjuangan Provinsi Maluku Utara.
Tercatat Kombes Mursaha (Kapolres Maluku Utara) dan Kolonel Suwignyo (Dandim 1501 Maluku Utara) termasuk tokoh yang berperan dalam hal ini.
Kolonel Suwignyo didaulat sebagai Ketua Presidium Unkhair pertama kalinya.
Universitas ini pun sempat dipertanyakan karena belum memiliki rekomendasi dukungan guru besar.
Setelah melewati perjuangan berat akhirnya pada 15 Agustus 1964 Unkhair didirikan dengan dan telah memulai kegiatan belajar-mengajar.
Status Unkhair secara legal-formal terdaftar satu tahun kemudian (1965) sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 100/B/SWT/1965 tanggal 15 Februari 1965.
Pada awal pendiriannya, Unkhair merupakan salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang bermitra dengan Universitas Sam Ratulangi di Manado.
Selanjutnya, ketika masuk dalam wilayah kerja Kopertis wilayah IX di Ujung Pandang, maka mitra kerja Unkhair adalah Universitas Hasanuddin dan IKIP Ujung Pandang.
Setelah terbentuk Kopertis XII Maluku-Irian Jaya, Unkhair bermitra dengan Universitas Pattimura di Ambon.
Sejak awal berdiri, Unkhair berperan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembangunan daerah di Maluku Utara, serta kemitraan dengan berbagai lembaga lainnya.
Peningkatan kualitas SDM menjadi hal penting yang diperjuangkan ketika itu, bahkan hingga saat ini dan ke depannya.
Atas upaya H Said Ammarie, seorang tokoh Dakomib, yang melakukan lobi dengan Prof dr RD Kandouw, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado kelahiran Pulau Bacan, agar bersedia menjadi guru besar yang menjamin berdirinya Unkhair.
Nama Prof Kandouw sekarang diabadikan sebagai nama RSUD di Manado.
Pada fase kedua ini Unkhair telah melahirkan sarjana muda pada FH dan FIK dengan tim penguji dari Universitas Sam Ratulangi Manado sebagai wujud dukungan.
Di masa-masa awal, Unkhair menyelenggarakan kuliah di ruang kelas yang berpindah-pindah dari gedung pemerintah Kabupaten Maluku Utara hingga gedung sekolah SMA Islam (SMAI) Ternate.
Dapat dikatakan bahwa dengan segala keterbatasannya saat itu, sesungguhnya Unkhair adalah sebuah „icon‟ perjuangan Maluku Utara, mahasiswanya saat itu adalah kebanggaan Maluku Utara sebagai cikal bakal sumber daya manusia lokal.
Tiga Aspek Pendirian
Menurut Adnan Amal, ada empat kekuatan sehingga Unkhair dapat didirikan, yaitu: kesabaran, keikhlasan, kepercayaan dan ketulusan hati.
Pendirian tersebut bermula dari idealisme, bukan karena uang. Akhirnya, bermula dari ketulusan hati dan idealisme itulah Unkhair berdiri dan mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Pendirian Unkhair menurut Prof Dr Gufran Ali Ibrahim, tidak hanya mendirikan, akan tetapi juga harus dibangkitkan dan dimajukan untuk hari ini dan akan datang.
Di awal-awal pendirian itu, Unkhair memang sempat tidak mendapatkan respon dari Provinsi Maluku, karena ada kekhawatiran Kabupaten Maluku Utara yang beribukota di Ternate akan berpisah dengan Provinsi Maluku yang beribukota di Ambon.
Akan tetapi, empat kekuatan tadi, menurut Adnan Amal, menjadi penguat dan inspirasi untuk tetap berjuang walau dengan sumber daya yang terbatas mendirikan universitas dan percepatan terbentuknya Provinsi Maluku Utara.
Dalam konteks ini, maka ide pendirian Provinsi Maluku Utara telah lama digaungkan, namun baru terealisasi pada tahun 1999.
Setidaknya, ada tiga aspek yang melatarbelakangi terbentuknya Unkhair.
1. Aspek Ekonomi
Untuk memberikan kesempatan kepada para lulusan SMA dan sederajat yang secara ekonomi tidak dapat melanjutkan pendidikan ke luar Kota Ternate, karena terbatasnya pendapatan orang tua.
Tujuan berdirinya Unkhair adalah agar masyarakat yang memiliki pendapatan rendah (ekonomi lemah) yang berkeinginan besar untuk menyekolahkan anak-anaknya ke perguruan tinggi bisa terwujud.
Hal ini diinginkan agar tidak terjadi pengangguran yang berawal dari masyarakat berpendapatan minim (ekonomi lemah).
Karena salah satu faktor terjadinya penganguran adalah para orang tua yang memiliki pendapatan ekonomi, minim yang tidak bisa melanjutkan studi anaknya, untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, karena harus keluar dari Maluku Utara.
2. Aspek Politik
Mendukung masyarakat dan Pemerintah Daerah (Pemda) untuk memperjuangkan pembentukan Provinsi Maluku Utara.
Kebutuhan universitas dirasakan pada akhir tahun 1950-an ketika berbagai elemen masyarakat Maluku Utara tercetus ide untuk memekarkan diri dari Provinsi Maluku yang beribukota di Ambon.
3. Aspek Sumber daya Manusia (SDM)
Unkhair terbentuk karena ingin mempersiapkan lulusan perguruan tinggi yang mampu mengelola pembangunan, dan pemerintahan dalam jumlah cukup dan kualitas yang memadai.
Untuk mempersiapkan terbentuknya provinsi, maka kader-kader (atau SDM) mumpuni diperlukan untuk itu. Dalam kondisi waktu itu yang cuma tamatan SMA, maka dibutuhkanlah pendirian universitas.
Perihal Nama "Khairun"
Pada tahun 1963 ketika ide pendirian kampus direncanakan, muncul beberapa nama.
Namun forum tersebut memilih nama Universitas Khairun yang diambil dari salah satu nama Sultan di Kesultanan Ternate.
Pemilihan nama Khairun yang merupakan usulan Adnan Amal itu, berdasarkan pada beberapa hal:
(1) Khairun adalah sultan yang memiliki intelektualitas tinggi. Ia pernah belajar di Goa dan bisa berkomunikasi dalam bahasa Portugis dan Spanyol,
(2) Khairun secara bahasa berarti ‗baik‘ dalam Bahasa Arab.
Ini menjadi inspirasi kebaikan bagi masyarakat dan universitas ke depannya.
Pemilihan nama Universitas Khairun (tanpa kata ‗sultan‘) memungkinkan karena di beberapa nama kampus juga ada yang menggunakan kata ‗sultan‘, juga ada yang tidak, seperti Universitas Hasanuddin (tanpa kata ‗sultan‘).
Masa Kritis Yayasan
Pada tahun 1974-1977, Yayasan Unkhair mengalami masa-masa kritis.
Pada tahun ini H Jusuf Abdulrahman diperhadapkan pada pilihan-pilihan.
Pada posisi dia sebagai PNS pada waktu itu harus mempertaruhkan diri ke Kopertis VII (waktu itu) agar Yayasan Unkhair tidak ditutup.
Untuk mempertahankan Unkhair, maka harus ada tenaga yang mengorbankan diri untuk membina dan tetap mempertahankan eksistensi Yayasan Unkhair.
Sebab, para tenaga yang mengabdi pada waktu itu, tidak lagi mau melaksanakan tugas pengajaran karena tidak ada uang untuk pembiayaan.
Prinsipnya pada fase ini Yayasan Unkhair menghadapi masa sedih, karena mahasiswa juga ikut mencari uang guna memberikan gaji para dosennya.
Dengan berbagai upaya tersebut pada akhirnya memberikan secercah harapan tentang eksistensi Yayasan Unkhair yang sudah diambang tutup.
Upaya ini dilakukan dengan begitu kuat saat itu, adalah merupakan konsekuensi dari cukup tegasnya aturan yang diberlakukan, yakni jika sebuah daerah yang telah membuka universitas swasta maupun negeri dan kemudian ditutup maka sampai kapanpun daerah tersebut tidak akan bisa mendirikan lagi sebuah universitas.
Inilah inti kekhawatiran para pendiri Yayasan Unkhair pada waktu.
Di atas dasar semangat dan dalam kekhawatiran mendalam tersebut Unkhair mulai menapaki jalan untuk menunjukkan eksistensinya di tengah berbagai keterbatasan yang dimiliki.
Sebagai langkah konkret untuk mendukung proses pembelajaran dan aktivitas Yayasan Unkhair pada waktu itu, maka pembiayaan dilakukan oleh Muspida untuk pertama kalinya, sebab Muspida waktu itu adalah dewan penyantun, presidium universitas, dan juga menjadi rektor.
Di masa-masa sulit itu, Yayasan unkhair mulai menunjukkan kiprahnya dengan terus bergerak ke arah yang perlahan mulai membaik. *1978-1998: Fase Kebangkitan.
Data Universitas:
Nama Kampus: Universitas Khairun
Moto: Maju Bersama Dengan Ilmu Membangun Negeri
Jenis: Perguruan Tinggi Negeri
Didirikan: 15 Agustus 1964
Rektor: Prof. Dr. Husen Alting, SH., MH.
Lokasi: Ternate, Maluku Utara, Indonesia
Kampus: Urban
Situs web: unkhair.ac.id
Para tokoh pendiri Unkhair adalah sebagai berikut:
1. M.S. Djahir (Bupati Maluku Utara)
2. Baharuddin Lopa (Kepala Kejaksaan Negeri Maluku Utara)
3. Adnan Amal (Hakim Pengadilan Negeri Ternate)
4. Mursaha (Kepala Kepolisian Resort Maluku Utara)
5. Yasin Muhammad (Dosen IKIP Manado)
6. A.K. Safar (Kepala SMA Negeri Ternate)
7. Abdul Samad Abdul Latif (Kepala SGA Negeri Ternate)
8. Idrus Hasan (mahasiswa IKIP Manado)
9. Ibrahim Abbas (mahasiswa IKIP Manado)
10. Said Ammarie (Kepala DAKOMIB Maluku Utara)
11. Jasin Bopeng (KPS Ternate)
12. Karel Tan (Kepala Dinas Kesehatan Maluku Utara)
13. Letnan Kolonel Suwignyo (Komandan Kodim 1501 Maluku Utara tahun 1964)
14. Muhammad Hanafi (Pegawai Bagian Umum Kantor Bupati Maluku Utara)
15. Muhammad Nasir (Pegawai Bagian Umum Kantor Bupati Maluku Utara)
Sumber berita: https://www.tribunnews.com/regional/2019/08/30/4-mahasiswa-senior-universitas-khairun-yang-lakukan-perploncoan-akhirnya-diskors
Foto: Universitas Khairun