Tradisi Makan Sirih Pinang Masyarakat Manokwari dan Mitosnya
Anda dapat menjumpai masyarakat di berbagai tempat di Kota Manokwari, mengunyah sirih dan pinang di tengah aktivitasnya.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Ansar
Tak sekadar bahan kunyahan belaka, sirih dan pinang juga sudah menjadi bagian tradisi masyarakat Papua. Keduanya wajib ada daan menjadi sajian dalam upacara-upacara adat masyarakat.
Maria melanjutkan, masyarakat yang baru pertama mencoba kunyah sirih pinang, biasanya akan merasakan efek samping berupa pusing.
"Itu kalau pertama mabuk-mabuk, tapi kalau sudah biasa akan hilang. Akan enak terasa," imbuhnya.
Namun, lanjut Maria, terkadang juga meski telah biasa mengunyah, namun seseorang juga biasanya mabuk pinang saat mengunyah.
None Dimutasi, Begini Kesan Ketua IGI Sulsel
Ryuji Nyaris Bobol Gawang PSM, Prosesnya Hampir Sama Saat Final Piala Indonesia
Video Viral Oknum Polisi Bripka D dan Bidan G Diarak Warga, Hanya Pakai CD, Berikut Kronologi
Hal itu dipercayai akibat kesalahan saat memanen buah pinang dari pohonnya.
Masyarakat Manokwari percaya mitos buah pinang tak boleh dilempar dari atas pohon saat dipanen.
"Itu harus diturunkan dengan baik, tak boleh dilempar. Pinang yang dilempar ini yang biasanya bikin mabuk," katanya.
"Masyarakat juga bisa bedakan rasanya mana pinang dilempar dan diturunkan," ungkapnya.
Buah yang dipanen dengan cara dilempar dan dijatuhkan dari pohonnya, menurut Maria, harus segera diangkat memutari pohonnya beberapa putaran.
Jika anda ke Manokwari, anda akan melihat hampir di seluruh bagian kota, atau di sekitar rumah warga, tanaman pinang tumbuh.
"Kita tanam di dekat rumah, sebagian untuk dipakai, sebagian dijual," tutup Maria. (tribun-timur.com)
Laporan Wartawan tribun-timur.com @Fahrizal_syam
Follow akun instagram Tribun Timur: