OPINI
OPINI - Magnet Baru Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Partai kader menekankan kebijakan pada kaderisasi partai, peningkatan kualitas kader. Sedangkan partai massa mengedepankan kebijakan pada kuantitas
Oleh :
Ismail Mangngaga
Kader Muda PKB Sulawesi Selatan dan Wakil Ketua DPW PKB Sulsel
Sejarah kepartaian di Indonesia sejak zaman kolonial telah memperlihatkan spesifikasi kapasitas keanggotaan partai politik menjadi dua yaitu partai kader dan partai massa.
Partai kader menekankan kebijakan pada kaderisasi partai, peningkatan kualitas kader. Sedangkan partai massa mengedepankan kebijakan pada kuantitas kader, simpatisan dan pencarian anggota sebanyak-banyaknya.
Dikotomi dua jenis partai ini dengan segala konsekuensinya terkadang diadopsi oleh partai berdasarkan kebutuhan dan dinamika politik, keduanya memungkinkan untuk diadopsi oleh Partai Politik dalam strategi pemenangan Pemilu.
Bahkan Dua pemimpin nasional utama Indonesia, Soekarno dan Hatta pun memperlihatkan kekhasan yang berbeda dalam mengendarai dan mendirikan partai politik.
Kasus Ayah dan Anak Dibakar di Mobil, Aulia Kesuma Sewa 4 Pembunuh Bayaran, Ini Peran Masing-masing
Hamsyah Politisi PPP Jabat Ketua Sementara DPRD Bantaeng
Pada Tahun 1920-an Bung Karno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) dan mendeklarasikan partainya sebagai partai rakyat, partai massa dan partainya kaum marhaen.
Bung Karno beranggapan bahwa kekuatan massa adalah urat nadi dalam mencapai tujuan-tujuan partai. Kepiawaianya berpidato yang mampu menyihir dan mengumpulkan massa membawa partai ini memiliki massa besar dan dibanjiri simpatisan, walau pada akhirnya setelah Bung Karno ditangkap dan diasingkan karena situasi politik, para kader dan simpatisan PNI buyar seperti ayam yang kehilangan induk.
Lain hal dengan Bung Hatta yang mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Hatta), memandang pentingnya strategi pengembangan partai dengan jalan mendidik kader dan mempersiapkan para kader yang berjiwa pemimpin, partai tak seharusnya bergantung pada agitasi namun pencarian kader yang kuat dan militan.
Meski kurang berperan nyata dalam kancah perjuangan politik, namun kehadiran partai ini mampu melahirkan dan mendidik kader kader pemimpin pejuang nasional, yang pada akhirnya dimasanya menjadi pemimpin-pemimpin menjelang dan pasca revolusi kemerdekaan.
Persija vs PSM, Suporter PSM di Wajo Harap Darije Benahi Lini Belakang
Kenalan di Medsos, Perempuan Asal Gowa Diperkosa 5 Pria di Makassar, 2 Pelaku Sudah Ditangkap
Pasca Muktamar PKB di Nusa Dua Bali tgl 20-22 Agustus 2019, selain menelorkan 9 poin Deklarasi Komitmen Bali sebagai hasil Muktamar dengan terpilihnya kembali Gus Abdul Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum DPP PKB secara Aklamasi.
Penegasan kembali PKB sebagai Partai Kader dan terpilihnya Em Hasanuddin Wahid (Cak Udin) sebagai Sekjend PKB adalah, dua daya magnet yang akan memberikan kekuatan baru bagi PKB.
Ditengah sulitnya memberikan label dan garis penegasan antara partai kader dan partai massa bagi partai politik Indonesia hari ini, semakin mencairnya beberapa partai-partai politik dari sisi ideologi, hingga adanya partai dengan julukan partai kader yang berorientasi massa atau partai yang berorientasi pasar (Market Oriented Party).
Alih alih menjadi partai yang berorientasi penjualan (Sales Oriented Party) maka adalah sebuah pilihan yang berani, yang tentu bukan tanpa alasan bagi PKB untuk menegaskan diri kembali menjadi Partai Kader.
Captive Market 65% lebih pemilih PKB dari kaum Nahdiyyin sebagai pemilih tradisional berdasarkan survey adalah sebuah modal besar, namun ditambah dengan magnet Kader Muda PKB yang sudah mulai merapatkan barisan dengan riang gembira, tentu akan membuat laju maristokrat PKB akan bisa melampaui zamannya.
Absen di Liga 3, PSSI Maros: Kami Tidak Terima, Jika Persim Dapat Sanksi
Kasus Ayah dan Anak Dibakar di Mobil, Aulia Kesuma Sewa 4 Pembunuh Bayaran, Ini Peran Masing-masing
PKB sebagai partai titisan para ulama tentu memiliki radar yang kuat untuk mendeteksi akar masalah atas dinamika kehidupan berbangsa, beragama dan bernegara hari ini.