Najwa Shihab Ungkap Alasannya Takut Tinggalkan Tempat Kerja Lamanya, Ternyata Soal Masa Depan
Siapa yang tak kenal kenal sosok Najwa Shihab. Si presenter yang dikenal tegas, lugas, dan berani saat membawakan Talkshow Mata Najwa.
TRIBUN-TIMUR.COM - Najwa Shihab Ungkap Alasannya Takut Tinggalkan Tempat Kerja Lamanya, Ternyata Soal Masa Depan
Siapa yang tak kenal kenal sosok Najwa Shihab.
Si presenter yang dikenal tegas, lugas, dan berani saat membawakan Talkshow Mata Najwa.
Namanya mulai dikenal sejak putri Quraish Shihab saat membawakan acara di Metro TV.
Pertanyaan-pertanyaannya yang sangat tajam dan membuat suasana panggung mnejadi tegang adalah keahlian wanita berusia 41 tahun ini.
Namun, setelah 17 tahun lamanya berkarier di Metro TV, kabar mengejutkan datang dari Najwa Shihab.

Baca: Najwa Shihab Selalu Berani saat Wawancara Narasumber, Kok Malah Takut dengan Pertanyaan Ini
Baca: Detik-detik Najwa Shihab Tersentak Dengar Perkataan Gubernur Papua Lukas Enembe: Apa Maksudnya?
Baca: Mata Najwa, Reaksi Najwa Shihab Dengar Pernyataan Gubernur Papua Sampai Ulangi Ucapan Lukas Enembe
Dirinya memutuskan untuk hengkang dari program Mata Najwa sekaligus meninggalkan Metro TV.
Hal tersebut sontak saja membuat publik terkejut, pasalnya wanita kelahiran Makassar ini bisa dibilang merupakan icon dari Metro TV.
Setelah undur diri, Najwa Shihab membangun sebuah digital platform yaitu Narasi TV dan kembali ke dunia jurnalis yaitu sebagai presenter di acara Mata Najwa Trans 7.
Putri kedua dari Quraish Shihab ini membeberkan bahwa sudah sejak lama dirinya ingin membangun usaha atau digital platform.
Tetapi, banyak sekali kekhawatiran dalam dirinya untuk harus meninggalkan perusahaan yang sudah membesarkan namanya dan karirnya.
"Sebetulnya keinginan untuk mencoba dunia digital sudah lama, tapi saya takut, ketakutan itu saya merasa sangat dalam."
"Memang ada faktor pendorong (mencoba dunia digital) tapi lebih banyak faktor menarik (ketakutan), akhirnya saya putuskan untuk keluar dari Metro," ungkap Najwa Shihab saat ditemui Grid.ID di Amartha Head Office, Jalan Ampera, Jakarta Selatan, Kamis (28/3/2019).
"Metro itu perusahaan pertama saya, dimulai dari reporter tengah malam, sampai akhirnya dapat kepercayaaan jadi presenter dan sampai jadi Wakil Pemimpin Redaksi," lanjutnya.
Baca: Video Panas Mantan Pegawai Bank di Palembang Viral di Whatsapp (WA), Nih 5 Faktanya
Baca: Tingkatkan SDM, Bupati Enrekang Anggarkan Rp 14 M untuk Program Pendidikan Emas
Baca: Video Panas Mantan Pegawai Bank di Palembang Viral di Whatsapp (WA), Nih 5 Faktanya
Di samping itu, keputusannya untuk meninggalkan Metro TV diungkapkan Najwa Shihab melalui pemikiran yang sangat panjang.
Dirinya tak bisa jika harus menjalani hal yang sama terus-menerus.
Peran dunia digital sudah mulai mendominasilah yang membuat Najwa Shihab akhirnya memberanikan diri untuk meninggalkan dunia pertelevisian.
"Bukan tanpa drama dan ketakutan, saya terjun bebas tapi bukan tanpa perhitungan. Saya lihat dunia berubah karena teknologi,"
"Cara kita mengkonsumsi media berubah, sekarang semua orang apa yang dahulu bisa dilakukan hanya bisa dilakukan orang tertentu atau wartawan tapi sekarang orang biasa pun bisa menyampaikan atau melaporkan sesuatu melalui internet," ungkap Najwa Shihab.
"Cara wartawan bercerita juga harus berubah, karna pertimbangan 'ih kalau tidak berubah akan ditinggal,' kuncinya di situ. Tak ada pilihan selain berubah," lanjutnya.
Kini Najwa Shihab berani mengejar dan mewujudkan mimpinya sejak dulu, yaitu membangun digital platform Narasi TV.
Detik-detik Najwa Shihab Tersentak Dengar Perkataan Gubernur Papua Lukas Enembe: Apa Maksudnya?
Belakangan masyarakat heboh membicarakan soal kerusuhan di Papua.
Aksi demonstrasi di sejumlah daerah pecah buntut kerusuhan di asrama Papua di Surabaya beberapa waktu lalu.
Topik hot ini juga yang diangkat dalam Talkshow Mata Najwa yang dibawakan Najwa Shihab.
Mengangkat teman 'Nyala Papua', Najwa Shihab dan crew meawancarai sejumlah tokoh Papua untuk mencari duduk permasalahan tersebut.
Hadir salah satunya Gubernur Papua, Lukas Enembe.
Di depan Najwa Shihab dan pemirsa, Lukas menjelaskan, masalah yang dihadapi saat ini cukup sensitif hingga rawan keributan.
Baca: Mata Najwa, Reaksi Najwa Shihab Dengar Pernyataan Gubernur Papua Sampai Ulangi Ucapan Lukas Enembe
Baca: Aktivis Papua Ungkap Sosok Presiden yang Ngerti Rakyat Papua ke Najwa Shihab! Sebut Ada Ruang Dialog
Baca: Setelah Upload Foto Bareng Anak Papua Najwa Shihab Kini Cari Pace Papua Pelantun Lagu Bugis
Dilansir di saluran YouTube Najwa Shihab, Kamis (22/8/2019), mulanya, presenter Najwa Shihab menanyakan mengenai permintaan maaf Gubernur Jawa Timur, Khofifah dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta menahan emosi.
Diketahui, sebelumnya ada insiden penangkapan terhadap 43 mahasiswa Papua di Surabaya, dengan tudingan merusak bendera Indonesia, Sabtu (17/8/2019).
Karenanya, warga Papua di Manokwari dan Fakfak melayangkan protes dengan menggelar aksi yang sepat ricuh pada Senin (219/8/2019) dan Rabu (21/8/2019).
"Pak Gubernur ada komentar mengenai permintaan maaf Ibu Khofifah dan pernyataan Presiden Jokowi yang mengatakan 'emosi boleh tetapi lebih baik saling memaafkan', apa lagi yang seharusnya bisa dilakukan," tanya Najwa Shihab.
Lukas lalu mengatakan ada sejumlah ucapan yang tidak baik ditujukan kepada masyarakat Papua.
"Jadi ini banyak sekali terjadi," ujar Lukas.
"Siapapun di dunia ini, namanya rasisme dibenci di seluruh dunia," tambahnya.
"Jadi saya harap orang Indonesia sudah 74 tahun merdeka, sadar itu, kita sama seperti era kolonial. Apa bedanya?," ungkap Lukas Enembe.
Baca: 2 Pemain Persib Bandung Dipinjamkan ke Klub Liga 2, Siapa Saja?
Baca: Ormas se-Sulsel dan Anak-anak Papua di Makassar Gelar Deklarasi Damai di Claro Hotel
Baca: Lowongan Kerja Bank Mandiri Cari Banyak Staf Sejumlah Daerah Cek Sekarang, IPK 2,75 Daftar Online
Ia menuturkan bahwa kolonialisme terhadap Papua dan membuat hal lainnya terpicu.
"Jadi karena kerap kali terjadi, ini pemicunya membuat yang lain terungkap?" tanya Najwa Shihab.
"Ini pemicu utamanya yang terjadi di Papua. Jadi saya pikir sudah 74 tahun merdeka, NKRI kita jaga, Bhineka Tunggal Ika kita jaga. Dari Sambang - Merauke juga harus dijaga," sebut Lukas.
"Di Papua itu multi etnis. Saya kemarin lihat yang demo-demo itu, saya ngomong kepada mereka, apa yang mau kalian sampaikan, sampaikan kepada saya."

Baca: Mutu Pendidikan SD Gowa Peringkat 6 se-Sulawesi Selatan
Baca: Dinas Kominfo Makassar Gelar Bimtek Standar Service Execellent NTPD 112 Makassar
Baca: Kak Syam Ingin Jadikan Petani Bulukumba Berdaulat
Lukas pun mengatakan saat itu ada tuntutan merdeka dari masyarakat Papua yang menemuinya.
Namun ia enggak menerima usulan itu.
"Jadi memang Papua itu rawan saat ini. Tidak boleh siapapun orang Indonesia bicara sembarangan terhadap Papua. Karena kita beda, orang Papua belum di-Indonesiakan secara baik," ungkapnya.
Najwa Shihab pun tersentak dengan ucapan Lukas.
"Belum di-Indonesiakan secara baik, apa maksudnya? Apa yang harus dilakukan untuk meng-Indonesiakan seseorang?" tanya Najwa Shihab.
"Sampai hari ini dalam pengertian, secara keseluruhan masyarakat Papua belum menerima rasa ke-Indonesiaan mereka. Masih merasa saya orang Papua," papar Lukas.
Ia menuturkan saat itu semua pihak yang datang berunjukrasa untuk dukungan kemerdekaan.
"Wah itu kaget saya, jadi tidak boleh picu persoalan di Papua. Persoalan di Papua itu cukup rumit," pungkasnya.
Lihat videonya dari 8.02
Kerusuhan di Papua
Kerusuhan terjadi di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8/2019).
Sejumlah massa menggelar aksi unjuk rasa hingga melumpuhkan jalan Yos Sudarso yang merupakan jalan utama kota Manokwari.
Tak hanya melumpuhkan jalan, massa juga turut membakar Gedung DPRD Papua Barat.
Seorang warga bernama Lisman Hasibuan mengungkapkan kronologi dari aksi protes ini.
"Mereka kecewa dengan tindakan aparat di Jawa Timur dan kedua mereka kecewa katakan orang Papua membuat situasi di sana memanas," kata warga bernama Lisman Hasibuan saat dihubungi, Senin (19/8/2019), dikutip TribunWow.com dari Kompas.com Senin (19/8/2019).
Kerusuhan ini menjalar hingga ke Fakfak, Papua Barat, Rabu (21/8/2019).
Pengunjuk rasa merusak, bahkan membakar Pasar Thumburuni.

Massa pengunjuk rasa pun bergerak menuju kantor Dewan Adat agar dapat membicarakan masalah tersebut dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) setempat.
Pada saat itulah, ada oknum yang mengibarkan bendera Bintang Kejora, yang kerap kali dikaitkan dengan referendum Papua.
Karo Ops Polda Papua Kombes Pol Moch Sagi membeberkan situasi tersebut hampir mirip dengan kejadian di Manokwari maupun Sorong, dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Rabu (21/8/2019).
Sagi menambahkan, untuk pengamanan di Fakfak, 1 SSK BKO Brimob dari Polda Sulawesi Tenggara, diberangkatkan di wilayah tersebut.
"Untuk situasi terkini relatif aman terkendali," ujar Sagi. (GridHot)
Follow akun instagram Tribun Timur:
1