Kabar Buruk untuk Anies Baswedan di HUT RI dan Hari Ini, Udara Jakarta Terburuk di Dunia
Kabar buruk untuk Anies Baswedan di HUT RI dan hari ini, udara Jakarta terburuk ketiga dan kedua di dunia.
TRIBUN-TIMUR.COM - Kabar buruk untuk Anies Baswedan di HUT RI dan hari ini, udara Jakarta terburuk ketiga dan kedua di dunia.
Dalam tempo 2 hari berturut-turut, kualitas udara Jakarta menempati urutan atas di dunia.
Apa solusi menghadapi masalah ini?
DKI Jakarta menempati peringkat ketiga sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia, Minggu (18/8/2019).
Berdasarkan data AirVisual hingga pukul 07.34 WIB, kualitas udara Jakarta tercatat tidak sehat, dengan Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara sebesar 157 dengan konsentrasi parameter PM2.5 68 ug/m3.
Kendati demikian untuk tingkat nasional, kualitas udara Jakarta masih lebih baik dibanding Tangerang Selatan, Pontianak, dan Bekasi.
Tangerang Selatan dengan US AQI 189, Pontianak dengan US AQI 186, dan Bekasi dengan US AQI 176.
Adapun Kota Hangzhou di China menempati posisi puncak kota dengan kualitas udara terburuk di dunia dengan US AQI 162 dan konsentrasi parameter PM2.5 77,5 ug/m3.
Sementara Kota Krasnoyarsk di Rusia menempati posisi kedua kota dengan kualitas udara terburuk di dunia dengan US AQI 160.
Kemudian Kota Chengdu di China menempati posisi keempat kota dengan kualitas terburuk di dunia dengan US AQI 153.
Kota Shanghai yang juga berada di Negeri Tirai Bambu menempati posisi kelima kota dengan kualitas terburuk di dunia dengan US AQI 149.
Di HUT Kemerdekaan RI, Terburuk Kedua
Sehari sebelumnya, DKI Jakarta menempati peringkat kedua sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia, Sabtu (17/8/2019), atau HUT Kemerdekaan ke-74 Indonesia.
Berdasarkan pantauan AirVisual, kualitas udara Jakarta tercatat tidak sehat dengan AQI sebesar 157 dengan konsentrasi parameter PM2.5 66,3 ug/m3.
Kota Krasnoyarsk di Rusia memuncaki peringkat kualitas udara kota paling buruk di dunia dengan US AQI 163 dan konsentrasi parameter PM2.5 79,5 ug/m3.
Posisi ketiga diikuti Kota Chengdu, Tiongkok, yang mencatatkan indeks kualitas udara sebesar 155 dengan konsentrasi parameter PM2.5 63 ug/m3.
Berikutnya, Kota Shanghai, Tiongkok, menempati posisi keempat dengan US AQI sebesar 154 dan konsentrasi parameter PM2.5 61 ug/m3.
Kota Dubai, Uni Emirat Arab, membuntuti dengan indeks kualitas udara 140, atau tidak sehat bagi kelompok sensitif, dan konsentrasi parameter PM2.5 51,3 ug/m3.
Selanjutnya, Kota Wuhan, Tiongkok, juga tercatat tidak sehat bagi kelompok sensitif dengan US AQI 148, dan konsentrasi parameter PM2.5 54,5 ug/m3.
Kota Kabul di Afghanistan menyusul di posisi tujuh dengan US AQI 136, dan konsentrasi parameter PM2.5 49,8 ug/m3.
Kota Bogota di Kolombia dan Kota Lahore, Pakistan, berturut-turut menempati posisi kedelapan dan sembilan dengan US AQI masing-masing 114 dan 106 dengan konsentrasi parameter PM2.5 40,8 ug/m3 dan 37,5 ug/m3.
Di posisi ke-10, Kota Johannesberg di Afrika Selatan mencatatkan indeks kualitas udara 95 dengan konsentrasi parameter PM2.5 33 ug/m3.
Diatasi Pakai Perluasan Ganjil Genap
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengklaim, perluasan sistem pembatasan kendaraan bermotor berdasarkan nomor polisi ganjil dan genap akan efektif memperbaiki kualitas udara Jakarta.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, perluasan sistem ganjil genap akan meningkatkan kinerja lalu lintas, seperti peningkatan kecepatan kendaraan karena kemacetan berkurang.
Peningkatan kinerja lalu lintas, kata Syafrin, otomatis akan memperbaiki kualitas udara Jakarta di 25 ruas jalan yang diberlakukan perluasan sistem ganjil genap.
"Untuk ganjil genap ini, dengan kita perluas, tentu sesuai dengan perencanaan dan analisis yang kami lakukan, ini akan efektif untuk meningkatkan kinerja lalu lintas pada 25 ruas jalan tadi, dan automatically juga akan meningkatkan kualitas lingkungan, dalam hal ini perbaikan kualitas udara," ujar Syafrin di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (7/8/2019).

Menurut Syafrin, sistem ganjil genap yang selama ini diberlakukan di sembilan ruas jalan di Jakarta berhasil memperbaiki kualitas udara.
Namun, dia tidak merinci berapa persen kenaikan perbaikan kualitas udara tersebut.
"Berdasarkan data yang kami lakukan, analisa evaluasi pada semester pertama kemarin, kualitas udara pada koridor-koridor di jalan yang ditetapkan ganjil genap itu meningkat," kata Syafrin.
Perluasan ganjil genap akan diberlakukan di 25 ruas jalan, yakni 9 ruas jalan yang selama ini sudah diberlakukan ganjil genap dan 16 ruas jalan tambahan.
Sosialisasi perluasan ganjil genap dimulai dari 7 Agustus hingga 8 September 2019.
Kemudian, uji coba di ruas jalan tambahan dimulai pada 12 Agustus sampai 6 September 2019.
Sementara pemberlakuan ganjil genap dengan tilang di ruas jalan tambahan dimulai pada 9 September 2019.
Perluasan sistem ganjil genap ini merupakan bagian dari Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerbitkan Ingub tersebut pada Kamis (1/8/2019) untuk menekan polusi udara di DKI Jakarta.(*)