Tak Hanya Terbaik di Luar Pulau Jawa, Unhas Jadi PTN Paling Produktif Nomor 5 di Indonesia
Unhas meraih peringkat ke-6 sebagai perguruan tinggi paling produktif di Indonesia. Hingga 2019, Unhas mampu menghasilkan 44.965 publikasi.
TRIBUN-TIMUR.COM-Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atau Kemenristekdikti baru saja merilis hasil klasterisasi perguruan tinggi di Indonesia tahun 2019, Jumat (16/8/2019).
Dari hasil pemetaaan tersebut, ada 13 perguruan tinggi negeri yang masuk dalam klaster 1.
Salah satu di antaranya, yakni Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Unhas mampu mempetahankan posisinya di peringkat ke-8 seperti tahun 2018 lalu.
Meristekdikti, Mohammad Nasir mengatakan, tujuan dari klasterisasi perguruan tinggi tersebut agar Kemenristekdikti dapat membuat kebijakan yang tepat untuk masing-masing perguruan tinggi.
Baca: Daftar 10 PTN dan PTS Terbaik 2019 versi Kemeristekdikti, Cek Ada Nama Kampus Tempat Kuliahmu?
Baca: Unhas Posisi 8 Perguruan Tinggi Non Vokasi, Begini Reaksi Wakil Sekretaris IKA Unhas Sapri Pamulu
Baca: Versi Kemenristekdikti 2019 Unhas Peringkat 8, UNM Melorot di 29 UMI & Unismuh Tak Masuk 100 Besar
Dengan demikian, peningkatan mutu perguruan tinggi dapat lebih terfokus.

“Tujuan kami ingin mendorong perguruan tinggi Indonesia semakin maju dan masuk ke kelas dunia. Dorongan ini menjadi sangat penting. Kalau kita sudah sampaikan ini, kita bisa lakukan pemetaan," ungkap Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi ( Menristekdikti) Mohamad Nasir yang mengumumkan Klasterisasi Perguruan Tinggi Indonesia 2019.
Selain itu, klasterisasi ini juga memberikan informasi kepada masyarakat mengenai performa perguruan tinggi.
Ketua Tim Penyiapan Dokumen untuk Klasterisasi PT 2019 Unhas Suharman Hamzah PhD menjelaskan bahwa capaian ini menunjukkan bahwa Unhas telah berada pada jalur yang benar dalam pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi.

Tahun ini, klasterisasi perguruan tinggi menggunakan empat variabel yaitu: input, proses, output, dan outcome.
"Bagi Unhas, capaian ini menunjukkan mana wilayah yang perlu dioptimalkan pada masa mendatang," kata Suharman melalui rilis, Jumat (16/8/2019).
Keempat variabel tersebut masing-masing meniliki bobot dan seluruhnya terbagi lagi ke dalam 20 indikator.
Variabel input memiliki bobot 15%, dengan indikator:
- Prosentase dosen berpendidikan S3
- Prosentase dosen dalam jabatan lektor dan guru besar.
- Rasio jumlah mahasiswa terhadap dosen.
- Jumlah mahasiswa asing
- Jumlah dosen asing.
Variabel proses memiliki bobot 25%, dengan indikator: