Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Gempabumi Tektonik Berkekuatan 4,9 Magnitudo Guncang Jember, Ini Penjelasan Resmi BMKG

Gempabumi tektonik berkekuatan 4,9 magnitudo mengguncang Kabupaten Jember, Jawa Timur, sekitar pukul 16.31.23 WITA, Senin (12/8/2019).

Editor: Anita Kusuma Wardana
Instagram
Gempabumi Tektonik Berkekuatan 4,9 Magnitudo Guncang Jember, Ini Penjelasan Resmi BMKG 

TRIBUN-TIMUR.COM-Gempabumi tektonik berkekuatan 4,9 magnitudo mengguncang Kabupaten Jember, Jawa Timur, sekitar pukul 16.31.23 WITA, Senin (12/8/2019).

Dari hasil analisa BMKG menunjukkan episenter gempabumi tersebut terletak pada pada koodinat 9,65 LS dan 113,96 BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 161 km barat daya Jembrana, pada kedalaman 10 km.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.

Kepala Balai Besar BMKG Wilayah III Denpasar, Taufik Gunawan menjelaskan, dampak gempabumi berdasarkan laporan masyarakat berupa guncangan dirasakan di wilayah Jember III MMI.

Artinya getaran dirasakan nyata di dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu

Baca: Gempa Bumi Hari Ini 4,9 SR di Bali, Terasa di Kuta, Nusa Dua, Banyuwangi, Denpasar, Doa Dibaca

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami.

Gempa 4.5 Magnitudo Terasa di Badung

Selain Jember, wilayah Badung, Bali juga diguncang gempabumi tektonik berkekuatan 4.5 magnitudo, sekitar pukul 15.43.19 WITA.

Episenter terletak pada koordinat 9,6 LS dan 113,95 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 156 km barat daya Jembrana, pada kedalaman 10 km.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.

Dampak gempabumi berdasarkan laporan masyarakat berupa guncangan dirasakan di wilayah Badung II MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda yang digantung bergoyang).

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami.

Imbauan BMKG

Kepada Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.

Periksa untuk pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan.

Mohon cermati dan terus berlatih langkah - langkah praktis untuk antisipasi bahaya gempabumi, baik pada saat persiapan sebelum gempa, saat dan setelah gempabumi.

Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website ( http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg (user pemda ,pwd pemda-bmkg) atau infobmkg.

Dua Kali Gempa Guncang Bali

Gempa bumi melanda Pulau Bali, Senin (12/8/2019), dari dua lokasi berbeda.

Kedua gempa dibangkitkan sumber gempa yang sama akibat aktivitas subduksi lempeng bumi.

Sejauh ini belum ada laporan kerusakan ataupun korban jiwa akibat gempa.

Gempa pertama dengan magnitudo 4,9 terjadi pukul 06.08 Wita dengan durasi 40 detik.

Gempa ini terjadi sekitar 59 kilometer barat daya Kabupaten Jembrana dengan kedalaman 82 kilometer.

Gempa guncang Bali
Gempa guncang Bali (Instagram)

Adapun gempa kedua tercatat berdurasi sekitar 60 detik bermagnitudo 5 pada pukul 06.51 Wita, dengan lokasi sekitar 181 kilometer dari Kabupaten Jembrana sedalam 10 kilometer.

Berdasarkan alat rekam di Stasiun Geofisika Denpasar Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kedua gempa tersebut merupakan gempa yang berbeda.

Gempa kedua bukan susulan dari sebelumnya. Meskipun demikian, kedua gempa tersebut dibangkitkan sumber gempa yang sama akibat aktivitas subduksi.

Meski terasa di beberapa wilayah di Bali, hingga pukul 11.00 Wita, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menyatakan tidak ada kerusakan dan korban luka akibat gempa tersebut.

Kepala Kantor Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar Ikhsan menjelaskan, kedua gempa itu hanya berselisih beberapa menit.

”Tetapi, bukan gempa susulan dan dua gempa itu berbeda,” jelasnya, Senin (12/8/2019).

 Gempa pagi ini merupakan fenomena biasa karena interaksi lempeng Indoaustralia dan lempeng Eurasia.

Menurut Ikhsan, gempa bumi akan terus terjadi, lanjutnya, mengingat lempeng-lempeng bumi terus bergerak. Pergerakannya memungkinkan saling berinteraksi atau bergesekan satu sama lain.

”Ya, kedua gempa bumi yang terjadi Senin pagi ini mengingatkan kita semua bahwa zona subduksi masih aktif. Maka, mitigasi terus digemakan,” ujar Ikhsan.

Selanjutnya, ia menambahkan, gempa pertama yang terasa pada Senin pagi ini serupa dengan gempa pada 16 dan 24 juli 2019.

Bedanya, magnitudo pada gempa  16 Juli tersebut terekam magnitudo 5,8 dan dirasakan merata se-Bali serta bedampak pada kerusakan sejumlah bangunan bagitu pula korban luka.

Dewa Sumarta, warga Badung, mengaku merasakan gempa tersebut. Namun, ia masih merasa aman dan tidak ada kepanikan.

Provinsi Bali berupaya memperkuat mitigasi dan pengurangan risiko bencana dengan mencanangkan setiap tanggal 26 sebagai hari simulasi bencana. Hal ini merupakan gerakan untuk membangun kesadaran, kapasitas, serta kesiapsiagaan menghadapi segala bencana, khususnya bencana alam di Pulau Bali. Ancaman dan risiko yang bisa terjadi di antaranya gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, serta longsor.

Gempa Bali
Gempa Bali ()

Bali tercatat beberapa kali dilanda gempa dan tsunami besar.

Pada buku Peringatan 200 Tahun Gejer Bali, yang penyusunannya dikoordinasi I Made Kris Adi Astra, ditulis adanya gempa bumi besar pada 1815.

Pusat gempa ketika itu diperkirakan berada di laut sebelah utara Buleleng (Bali bagian utara).

Gempa ketika itu disebut menggetarkan seluruh Bali sehingga dinamakan gejerBali (gejer dalam bahasa Bali artinya bergetar).

Hal itu dimuat pada Laporan Catalogue of Tsunami on the Western Shore of the Pasific Ocean yang disusun oleh S.I. Soloviev dan CH.N. Go.

Mengutip ulang laporan itu, buku Peringatan 200 Tahun Gejer Bali tertulis gempa 22 November 1815 itu menewaskan 10.523 orang. Gempa tersebut diperkirakan berkekuatan magintudo 7,5 dan menimbulkan tsunami.

Gempa dari zona subduksi selatan Bali, yang menjadi pemicu gempa bumi dan tsunami 1977, menurut Peta Sumber Gempa Bumi Nasional 1977, memiliki potensi kekuatan maksimal hingga M 9. Sumber: Pusgen, 2017
Gempa dari zona subduksi selatan Bali, yang menjadi pemicu gempa bumi dan tsunami 1977, menurut Peta Sumber Gempa Bumi Nasional 1977, memiliki potensi kekuatan maksimal hingga M 9. Sumber: Pusgen, 2017 (Kompas.id)

Gempa dari zona subduksi selatan Bali, yang menjadi pemicu gempa bumi dan tsunami 1977, menurut Peta Sumber Gempa Bumi Nasional 1977, memiliki potensi kekuatan maksimal hingga M 9. Sumber: Pusgen, 2017

Selanjutnya, lebih dari 100 tahun kemudian, gempa berkekutan magnitudo 6,5 terjadi pada 21 Januari 1917.

Sebanyak 15.000 orang menjadi korban ketika itu. Catatan gempa besar di Bali utara kembali terjadi pada  1977 dan 1992.

Menurut I Made Kris Astra, catatan historis gempa bumi besar di Bali hingga Nusa Tenggara disebabkan dua pembangkit gempa yang berbeda yang mengapit busur kepulauan dari selatan dan utara.

Pertama, penunjaman lempeng tektonik Indo-Australian di bawah lempeng Eurasia. Kedua, pembangkit dari patahan belakang busur Flores yang aktif.(*)

(Tribun Timur/Kompas.id)

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

Sebagian Artikel terbit di Kompas.id dengan judul Dua Gempa Mengguncang Bali

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved