Citizen Reporter
Laporan Irwan Suaeb: Suasana di Maktab 93 Jamaah Haji Indonesia Asal Makassar di Padang Arafah
Laporan Irwan Suaeb: Suasana di Maktab 93 Jamaah Haji Indonesia Asal Makassar di Padang Arafah
Penulis: Abdul Azis | Editor: Mansur AM
Al-Shakhrat adalah satu tempat berada di bawah Jabal Rahmah di padang Arafah.
Dan ketika berada di Arafah, perbanyaklah doa.
Hindari melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat merusak ibadah Anda; mengobrol atau berjalan-jalan.
Lebih baik Anda memperbanyak doa dan dizikir, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Berikut adalah hadist yang menjelaskan tentang hal tersebut:
Rosulullah SAW bersabda:
لِمَا رُوِىَ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (وراه الترمذي
Artinya:
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari ‘Arafah dan sebaik-baik apa yang aku dan para Nabi sebelumku katakan adalah:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَ لَهُ اْلحَمْدُ يُـحْيِي وَيُـمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Artinya:
“Tiada Tuhan melainkan Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah segala kerajaan dan pujian dan Dialah Yang Maha berkuasa atas segala sesuatu” (HR at-Tirmidzi) (2)
-
Tata Cara
Jika orang haji tidak berada di ‘Arafah pada waktu wukuf, maka tiada hajibaginya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
“Artinya : Haji adalah wuquf di Arafah.
Maka siapa yang mendapati ‘Arafah pada malam hari sebelum terbit fajar, sesunggunya dia telah mendapat haji”
(HADITS RIWAYAT AHMAD, ABU DAWUD, TIRMIDZI DAN IBNU MAJAH)
Sebenarnya, tidak ada yang spesifik tentang kewajiban berwuquf, kecuali berdiam di kawasan Arafah antara waktu dzuhur sampai maghrib.
Namun dari segi pandangan hukum Islam, siapa yang berhenti walau sejenak di Padang Arafah setelah tergelincirnya matahari 9 Dzulhijjah, maka wukufnya dapat dinilai shahih.

Aktivitasnya pun, tidak ada yang khusus, asalkan tidak keluar dari kawasan itu dan tidak melanggar ketentuan ibadah haji secara umum maka wukufnya dianggap sah. Dan, dengan sendirinya sudah memenuhi rukun haji.
Ada beberapa tata cara yang dilakukan saat wuquf.
Tata cara wukuf, yaitu dimulai dengan mendengarkan khotbah wuquf, dilakukan dengan shalat jama’ taqdim, dapat dilakukan berjamaah atau sendirian.
Saat wukuf juga disarankan memperbanyak istighfar,zikir, dan doa.
Ali bin Abi Thalib ra, ia berkata: bahwa Rasulallah saw berwukuf lalu berangkat (meninggalkan Arafah) ketika matahari terbenam.
(HR SHAHIH AT-TIRMIDZI) (1)
-
Inti Sari
Semua ibadah harus dimulai dari niat.
Tetapi Wukuf ini lebih mendalam dari sekedar niat.
Karena ia berisi perenungan, pemikiran, pemahaman dan komitmen terhadap “niat”.
Bukan hanya untuk keabsahan ritual haji yang sedang kita jalani, melainkan lebih jauh dari itu, untuk menjalani realitas hidup kita, sepulang dari tanah suci.

Di tempat wukuf, Allah menyiapkan situasi dan kondisi yang dapat mengantar pikiran dan jiwa agar lebih terarah kepada pencapaian kesempurnaan kita sebagai makhluk dwi dimensi.
Makhluk yang diciptakan Allah dari debu tanah dan Ruh Ilahi, tapi bukan untuk menetap di dunia, melainkan membangunnya guna mengekalkan kita di akhirat.
Rasul saw. berpesan: “Ada saat–saat dalam perjalanan masa ini dimana Allah menganugerahkan aneka anugerah, maka berusahalah menemukan saat-saat itu.”
TAFSIR AL MISBAH
Nah, yang tidak berada di sana, cobalah “ber wukuf “, yakni menghentikan walau sejenak hiruk-pikuk kesibukan.
Tenangkan jiwa, merenunglah.
Insya Allah ketika itu Anda akan mendengar suara yang mengantar Anda merasakan kehadiran Allah swt. dan dorongan untuk berinteraksi dengan-Nya.
dari Abu Hurairah ra Rasulallah saw bersabda: “Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah”.
(HR AT-TIRMIDZI)
Arafah di sebut dalam Al-Qu’ran dalam bentuk plural ”Arafat” sebagaimana tertera dalam surat al-Baqarah ayat no. 198,
لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ ۚ فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ ۖ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ
Artinya: ”Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat”