3 Hari Lagi Bebas, Apa Dilakukan Ilham Arief Sirajuddin Setelah Keluar Penjara? Kapok di Politik?
3 Hari Lagi IAS bebas penjara, Apa yang Akan Dilakukan Ilham Arief Sirajuddin Setelah Keluar? Kapok di Politik?
Penulis: Abdul Azis | Editor: Mansur AM
Yang kami tau hanyalah Ayah resmi ditahan oleh KPK & tidak bisa kami temui selama 7 hari.
Mengingat dan membayangkan berbagai berkah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada kami sekeluarga selama 4 tahun belakangan ini, membuat saya sedikit lupa bagaimana perasaan saya di hari itu.
Seakan lupa dengan perasaan sedih & hancur nya hati saya kala itu karena tidak bisa berhenti bersyukur atas kebaikan Allah pada kami sampai hari ini.
Tetapi ada 1 hal yang saya ingat & tidak akan saya lupakan. Kesedihan yang tak terbendung dalam sosok Aliyah Mustika.
Ya, orang yang kami panggil Ibu.
Pada tanggal 10 Juli 2015, rasanya mustahil & tidak mungkin apabila saya sebagai seorang remaja perempuan yang sedang beranjak dewasa, tidak merasakan kesedihan yang mendalam akibat harus dipisahkan dengan sosok Ayah.
Tetapin perasaan sedih itu kemudian semakin memuncak karena harus melihat betapa rapuhnya Ibu di hari itu.
Seakan tidak bisa menerima kenyataan & ingin ikut menemani Ayah di sampingnya.
Tak henti-hentinya beliau menceritakan tentang Ayah sambil menatap kosong dengan berlinang air mata.
Salah satu yang saya ingat adalah saat Ibu bercerita tentang pagi hari itu sebelum Ayah meninggalkan rumah, Ibu sempat menawarkan untuk membawakan bekal kurma untuk buka puasa nanti.
Tetapi Ayah menjawab sambil meyakinkan Ibu : “Tidak perlu. Saya pasti buka puasa di rumah.”
Air mata Ibu semakin deras mengalir ketika mengakhiri cerita nya itu. Sebagai seorang anak perempuan, rasanya sangat tidak tega melihat sosok Ibu menangis bagaikan anak kecil.
Entah mengapa, kekhawatiran terbesar ku ketika Ayah harus ditahan saat itu bukanlah tentang diriku, tetapi tentang Ibu.
Membayangkan bagaimana beratnya tanggung jawab yang harus Ibu jalankan, memegang berbagai peran dalam rumah tangga & pekerjaan, rasanya diri ini sangat tidak tega.
Bahkan melihat bagaimana terpuruk & lemahnya Ibu pada hari itu, saya sempat khawatir Ibu tidak akan mampu menerima kenyataan ini & tidak bisa menjalankan semua tanggung jawabnya.