Rizal Ramli Diam-diam Sering Kirim Pesan WhatsApp ke Jokowi, Padahal Pendukung Prabowo, Apa Isinya?
Perhelatan pesta Politik Pilpres 2019 sudah berlalu. Namun kubu dua kelompok masih terus saling lempar argumen.
Sebab, ia mengetahui pemberhentiannya di Kabinet Kerja Jokowi bukan karena kinerjanya, melainkan karena kelompok kepentingan tertentu.
“Hanya sedih, @jokowi sudah disandera oleh kelompok vested-interest, tinggalkan Trisakti."
"Contoh paling nyata, Mentri Perdagangan yg sangat rugikan petani. Apakah Jkw bisa kembali mandiri, nobody know?” paparnya.
Baca: 2 Cewek Cantik Terciduk Jongkok depan Kos-kosan, Malah Tertawa saat Tahu Terekam CCTV, Ngapain?
Baca: Desa Panaikang Jaring Aspirasi Warganya dalam Musyawarah Desa RKPDes
Baca: Pj Wali Kota Silaturahmi, KCU Taspen Makassar Siap Bantu Pemkot
Sebelumnya, Rizal Ramli meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya mencapai 4,5 persen.
Sebab, ia meyakini penerimaan pajak Indonesia akan merosot di tahun 2020.
Hal itu diungkapkan Rizal Ramli dalam tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Rabu (10/7/2019) malam.
“Ekonomi nyungsep, kesejahteraan payah, dan ini masih akan berlanjut dalam waktu dekat,” kata Menteri Keuangan di era Gus Dur itu.
"Karena tahun ini menurut kami ekonomi akan di bawah 5 persen, kemungkinan 4,5 persen,” sambungnya.
Sebab, katanya, penerimaan pajak akan merosot, sehingga pilihan satu-satunya ialah mengutang dengan bunga tinggi.
“Indonesia kalau pinjam selalu dua persen, satu persen lebih mahal dari negara yang peringkatnya di bawah kita. Harusnya kita lebih murah,” ungkap pria yang akrab disapa RR itu.
“Maka saya katakan Menteri Keuangannya Menteri Keuangan Terbalik, terbaik untuk kreditor dan terbalik untuk negara,” sindirnya.
Tentunya, kata RR, kreditor di awal senang Indonesia selalu meminjam uang dan membayar pinjaman dengan lancar.
“Saya sebagai bankir seneng banget, tapi begitu makin gede dia makin khawatir,” ucap RR.
Jika hal itu terjadi, kata RR, maka Indonesia tidak belajar dari krisis ekonomi tahun 1998, di mana utang Indonesia terhadap swasta melebihi batas.
“Akhirnya ngemis sama IMF pinjam 25 miliar dolar. IMF syaratnya satu oke, tapi naikin BBM 74 persen. Dinaikin Pak Harto 1 Mei, dan apa yang terjadi? Kita tahu lah sejarahnya,” beber RR.