Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Rocky Gerung: Sejarah Tak Selalu Menulis Pemenang, Sejarah yang Baik yang Menuliskan Kecurangan

Rocky Gerung: Sejarah Tak Selalu Menulis Pemenang, Sejarah yang Baik yang Menuliskan Kecurangan

Editor: Ilham Arsyam
Youtube
Rocky Gerung saat tampil di ILC 

Rocky Gerung: Sejarah Tak Selalu Menulis Pemenang, Sejarah yang Baik yang Menuliskan Kecurangan

TRIBUN-TIMUR.COM - Program Indonesia lawyers Club (ILC) TVOne kembali tayang tadi malam Selasa (2/7/2019).

Mengangkat tema 'Wajah Demokrasi Kita', salah satu narasumber yang berbicara adalah pengamat politik Rocky Gerung.

Dalam pemaparannya. Rocky Gerung menegaskan bahwa rekonsialiasi antara kubu 01 dan 02 sulit terwujud.

"Gak pelu ada rekonsiliasi. Gak mungkin ada rekonsiliasi antara air dan minyak," kata mantan dosen filsafat UI ini.

Baca: Aksi Rocky Gerung di ILC Tadi Malam, Interogasi Karni Ilyas hingga Sindir Kubu 01 soal Rekonsiliasi

Baca: Heboh Kakak Nikahi Adik di Bulukumba, ini Hukum Pernikahan Sedarah Menurut Ustadz Abdul Somad (UAS)

Rocky menganggap, Jokowi dimenangkan secara legal, tetapi legitimasi ada pada Prabowo,.

"Bagaimana mendamaikan, dua problem satu di kutub utara, satu di kutub selatan," paparnya.

Rocky menyebut meski banyak elite parpol melalukan kesepakatan di bawah meja dengan pemenang, namun itu bukan berarti rekonsiliasi bakal terwujud.

 Menurut Rocky Gerung, harus ada badai baru untuk bisa menghasilkan rekonsiliasi dua kubu tersebut.

"Harus ada badai baru mendamaikan untuk menghasilkan rekonsiliasi, itu yang kita cari, jadi kita harus menciptakan badai baru sebetulnya," ujar Rocky Gerung

"Supaya kita bisa berselancar di situ dan menikmati tantangan di depan gelombang. Bukan sekedar Pak Karni yang berselancar, seluruh negeri ini."

"Problemnya adalah siapa yang lebih berpengalaman berselancar di tengah badai. yanga da berselancar di tengah ombak kedunguan itu. Itu yang kita hadapi," sambungnya.

Rocky hanya meminta semua pihak untuk menjadikan hal ini sebagai pelajaran.

"Terima itu sebaga fakta pelajaran demokrasi".

"Karena sejarah tak selalu menulis pemenang, sejarah yang baik adalah yang menuliskan kecurangan

Sejarah baik bukan menghapal nama-nama pahlawan tapi sejarah yang baik adalah nama-nama penghinat," tegasnya di penghujung pemaparannya.

Kritik MK

Rocky Gerung juga memberikan penilaian terhadap hasil sidang sengketa Mahkamah Konstitusi (MK).

"Kita dibuat macet berpikir, karena orang bertahan pada argumen bahwa MK sudah memutuskan secara benar, bukan secara benar, secara legal. Secara legal karena yang diajukan kepada forum MK bukan sekedar legal.

"Tapi problem etis, ada ketidakadilan masuk ke MK, dibilang 'kami tidak bisa periksa moral klaim Anda', curang itu adalah moral klaim karena kami di batas undang-undang, peralatan kami bukan akal, tapi kalkulator. Memang itu yang dilakukan," paparnya.

Dirinya merasa MK telah gagal memanfaatkan momen sidang sengketa pilpres untuk menginovasi hukum.

"Ada moral yang tidak diselesaikan, jadi terjadi pembelahan di masyarakat. Jadi saya berpendapat MK gagal memanfaatkan momentum untuk menghasilkan inovasi hukum," paparnya.

Interogasi Karni Ilyas

"Sekarang Rocky Gerung" kata Karni Ilyas kepada Rocky Gerung.

"Oke Terima kasih Pak Karni. Bagaimana memulai. Pak Karni Ilyas cuti tiga bulan. Ya 2 bulan.Itu nggak boleh. Anda bayangkan kalau polisi ikut cuti karena ngambek. kalau dokter ikut ngambek, polisi ikut cuti," kata Rocky Gerung.

"Saya gak ngambek," balas Karni Ilyas.

"Betul tidak ngambek berarti ada alasan lain. Kita berkomunikasi itu kadang-kadang dengan simbol. Oke simbol bisa dikomuikasikan kalau ada referensi yang sama. Pak Karni pakai semiotik badai. Badai itu ada namanya. Badainya apa. Darii Atlantik,Pasifik atau Laut Jawa badainya?" lanjut Rocky Gerung.

Karni Ilyas tampak tersenyum sambil menatap ke bawah.

"Kalau saya tagih misalnya kenapa badai itu mesti diterangkan. Karena itu sumber dari diskusi hari ini. Asbabun nuzul itu dari mana? Badai biasanya diberi nama perempuan," lanjut Rocky Gerung.

"Kayak nyai roro kidul," kata Karni Ilyas.

 "Badainya gak mungkin perempuan. Karena pak karni punya cem-ceman. Karena tradisi memberi nama ke badai itu prajurit Amerika kesal karena belum selesai tiba-tiba pergi berperang. Sampai sekarang saya tidak tahu apa jenis badainya. Barbi, nggak mungkin karena nama boneka. Saya beri nama ngaciro nanti orang marah, badai Jainuddin namanya," kata Rocky Gerung mengawali diskusinya.

Sebagai penutup Rocky Gerung kembali menyindir presiden ILC Karni Ilyas yang cuti 2 bulan.

Menurutnya karena ILC meminjam frekuensi publik maka dia tak boleh cuti.

"Kalau anda mau cuti harus minta izin," kata Rocky.

Lihat videonya di menit ke 4.19

Mahfud MD: Banyak Salah paham

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menjelaskan perihal isu rencana rekonsiliasi antara kubu 01 capres cawapres terpilih Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin dan kubu 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Hal ini diungkapkan Mahfud MD saat menjadi narasumber dalam program Indonesia Lawyers Club bertema 'Wajah Demokrasi Kita', Selasa (2/7/2019).

Mahfud MD mulanya menuturkan banyak yang salah paham menganai makna rekonsiliasi.

"Jadi sekarang ini kan ada seruan rekonsiliasi, banyak yang salah paham, rekonsiliasi itu seakan-akan bergabung menjadi satu," ujar Mahfud MD.

"Rekonsiliasi itu, bagi saya, bagi kita adalah menghentikan pertikaian dan kembali ke posisi masing-masing. Di dalam menjalankan konstitusi. Oleh sebab itu rekonsiliasi jangan diartikan bergabung ikut ke pemerintah semua, tidak," paparnya.

Menurut Mahfud MD, undang-undang tidak mengatur mengenai kubu oposisi maupun koalisi.

"Maka di dalam rekonsiliasi itu ada konsep koalisi atau oposisi. Koalisi atau oposisi itu bukan konsep hukum, adalah konsep politik, di dalam hukum tidak ada kata itu. Undang-undang apa coba tidak ada soal koalisi, oposisi, tidak ada."

"Tetapi di dalam politik diperbolehkan. Anda di dalam rekonsiliasi, boleh bergabung padahal sebelumnya musuh, itu boleh secara hukum pun secara moral kata Mas Budiman (politisi PDIP) tidak tepat," kata Mahfud MD.

"Tapi kata yang lain tidak apa, itu soal pilihan saja," tambahnya.

"Tinggal standar moral masing-masing itu bebas. terserah, mengukurnya masing-masing. Ada lagi tidak semua yang sifatnya perintah 'harus koalisi' tidak diartikan sebagai hukum."

"Saya sering pakai dasar hukum islam itu karena itu mewarnai dan dipakai dalam hukum modern. Misalnya tidak semua perintah itu harus dilaksanakan. Misalnya perintah berikanlah shodaqoh-mu diam-diam, tetapi kalau engkau mau mengumumkan shodaqoh-mu, lakukanlah. Tidak harus melakukan meskipun perintah," jelas Mahfud MD.

Lihat videonya di menit ke 9.25:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved