Kalapas Polewali Dicopot Pasca Kerusuhan Warga Binaan
Setelah Haryoto dinonaktifkan, Anwar mengangkat pelaksana harian (Plh) Kalapas Polewali yang baru.
Penulis: edyatma jawi | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, POLMAN - Kepala Lapas Kelas II B Polewali, Haryoto dinonaktifkan pasca kerusuhan warga binaan.
Haryoto diberhentikan usai investigasi penyebab kerusuhan di Lapas Polewali, Minggu (23/6/2019).
Pencopotan Kalapas diputuskan pada, Senin (24/6/2019).
Hal itu disampaikan langsung Kepala Divisi Pemasyarakatan Kemenkumham Sulbar, Anwar.
Setelah Haryoto dinonaktifkan, Anwar mengangkat pelaksana harian (Plh) Kalapas Polewali yang baru.
Yakni I Wayan Nurasta Wibawa yang kini menjabat Kepala Rutan Kelas II B Majene.
I Wayan Nurasta Wibawa mengatakan, dirinya langsung melaksanakan tugas setelah ditunjuk sebagai pelaksana harian. Ia pun telah berkenalan dengan warga binaan di Lapas Polewali.
Sebelumnya, Lapas Polewali rusuh lantaran seratus lebih warga binaan mengamuk. Mereka melempari sejumlah ruangan menggunakan batu. Alhasil, beberapa kaca jendela pun pecah.
Kericuhan itu terjadi sebab Haryoto enggan mengusulkan cuti bersyarat untuk warga binaan berinisial Mh.
Warga binaan tersebut dinilai belum mampu menguasai baca Alquran sebagai syarat untuk pengajuan cuti bersyarat. Hal itu menimbulkan reaksi keras dari warga binaan.
Terkait hal itu, I Wayan berjanji akan mengevaluasi kebijakan baca Alquran sebagai syarat pemberian cuti. Hal itu tidak akan diterapkan lagi.
"Kita normatif saja," ujar I Wayan, Selasa (25/6/2019).
Meski begitu, menurut I Wayan, pembinaan rohani dan spritual tetap akan dilanjutkan di Lapas Polewali. Itu merupakan agenda wajib dalam pembinaan narapidana.
Tak hanya bagi muslim, hal itu juga akan diterapkan untuk warga binaan yang menganut kepercayaan lain.
"Seperti umat Nasrani harus bisa baca Alkitab, Hindu harus bisa juga baca Weda," jelasnya. (Tribun Polman.com)
Laporan Wartawan Tribun Timur, @edyatmajawi