Bukan Senjata Nuklir, 'Perang Dunia III' antara Amerika Serikat vs Iran Nyaris Pecah Gara-gara ini
Perang antara Amerika Serikat dengan Iran nyaris pecah gara-gara sebuah drone. Namun drone tersebut bukanlah drone biasa, melainka mata-mata AS
TRIBUN-TIMUR.COM-'Perang Dunia III' nyaris pecah antara Amerika Serikat dengan negara wilayah Timur Tengah, Iran.
Dikutip dari Wikipedia, Perang Dunia III adalah konflik hipotesis yang merupakan kelanjutan dari Perang Dunia II (1939–1945).
Konflik ini akan berskala global, dengan spekulasi yang umum bahwa akan mungkin terjadi Perang Nuklir yang ditandai dengan munculnya senjata biologi dan senjata kimia.
Perang ini nyaris terjadi bukan karena senjata nuklir yang sempat disebut-sebut bisa memicu Perang Dunia III, melainkan gara-gara sebuah drone.
Namun drone tersebut bukanlah drone biasa, melainkan 'pesawat' mata-mata milik Amerika Serikat.
Iran pun mengumumkan telah menembak jatuh sebuah drone mata-mata milik AS, pada Kamis (20/6/2019) pekan lalu, karena dianggap telah memasuki wilayah udaranya tanpa izin.
Insiden itu nyaris memicu perang antara AS dengan Iran, setelah Presiden Donald Trump Trump memberikan izin serangan terhadap Teheran, sebelum kemudian membatalkannya.
"Itu adalah serangan tanpa alasan terhadap aset pengawasan AS di wilayah udara internasional," kata Kapten Angkatan Laut, Bill Urban, juru bicara Komando Pusat AS, dalam sebuah pernyataan.
Baca: Garuda Perluas Jaringan Kargo dengan 100 Teknologi Drone, Rencananya Triwulan 4 Dioperasikan
Baca: Perang Dingin Mega dan SBY Mulai Cair, Agus dan Ibas Sowan saat Lebaran, Rekonsiliasi PDIP-Demokrat?
Baca: Menteri Keuangan Sebut Ekonomi Turun karena Perang Dagang, Ini Reaksi Anggota Fraksi Gerindra
Baca: Wadan Lantamal VI Inspeksi kesiapan Kapal Perang KAL Mamuju I-6-64
Namun seperti apa drone yang ditembak jatuh Iran itu, sehingga membuat AS nyaris membalas dengan serangan mematikan ke Iran?
Dilansir CNN, drone Global Hawks pertama kali diterbangkan AS pada 2001 dan telah digunakan dalam misi di Irak, Afghanistan, Afrika Utara, dan kawasan Asia Pasifik.
Drone tersebut digunakan dalam misi intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR) dan memberi data atas wilayah laut dan pesisir yang luas secara real-time.
"Pesawat itu dirancang untuk mengumpulkan citra hampir secara real-time dari area yang luas dalam segala cuaca, baik siang maupun malam," kata perusahaan pertahanan dan kedirgantaraan Northrop Grumman, yang mengembangkan drone ini.
Berbeda dengan drone MQ-1 Predator dan MQ-9 Reaper yang difungsikan sebagai drone serang dengan kemampuan peluncuran roket, drone Global Hawk tidak dilengkapi senjata dan hanya digunakan sebagai pengumpul informasi.
Dari sisi harga, drone Global Hawk juga jauh lebih mahal dibandingkan Predator atau Reaper. Menurut informasi yang diperoleh CNN, sebuah drone RQ-4A bernilai 110 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,5 triliun.
Drone tersebut telah digunakan sebagai dasar untuk pengembangan drone generasi berikutnya, seperti RQ-4B yang lebih besar, atau MQ-4C Triton, yang merupakan hasil evolusi dari keluarga RQ-4.
Drone tersebut dilengkapi dengan sejumlah sensor yang berfungsi untuk melancarkan misi pengumpulan data.
Drone Global Hawk itu memiliki dimensi lebar sayap 35,4 meter, panjang 13,5 meter, dan tinggi 4,6 meter. Drone ini disebut mampu terbang hingga mencapai ketinggian 19.800 meter.
Pesawat tanpa awak tersebut juga diklaim mampu terbang dalam segala kondisi cuaca selama lebih dari 24 jam setiap kalinya.
Dalam salah satu misi disebutkan, drone ini mampu menyajikan informasi intelijen secara rinci dari hasil pengawasan dan pengintaian real-time untuk area seluas lebih dari 100.000 kilometer persegi.
Bandara Gatwick di London, Inggris belum lama ini mengalami serangan 'teror' drone.
Akibat drone yang meneror landasan pacu, ratusan penerbangan dibatalkan demi keamanan.
Bandara Gatwick merupakan bandara tersibuk kedua di London.
Total ada dua drone yang terlihat di daerah pagar yang berdekatan dengan landasan pacu, menurut laporan BBC News yang berasal dari pernyataan Airport Operating Chief, Chris Woodroofe.
Gangguan tersebut telah membuat Bandara Gatwick ditutup pada Rabu (19/12/2018), dan hal ini menyebabkan semua penerbangan dibatalkan karena mencegah resiko kecelakaan pesawat.
Baru pada Sabtu (22/12/2018) Bandara Gatwick bisa kembali membuka landasan pacunya.
Lalu, seberapa berbahayakah drone bagi bandara dan pesawat terbang?
Dikutip TribunTravel.com dari laman The Sun, apa pun yang berdekatan dengan pesawat terbang memiliki potensi bahaya, termasuk drone.
Sebagian besar drone, dengan berbagai bentuk, berat, dan ukuran, sangat berbahaya apabila mereka terbang di sekitar pesawat terbang.
Risiko berbahaya ini mencakup insiden drone yang menabrak pesawat terbang dan terganggunya frekuensi radio pesawat.
Jika hal ini terjadi, pilot akan kehilangan kontrol terhadap pesawat yang diterbangkannya dan dapat menimbulkan kecelakaan.
Pilot memang telah menyerukan pengujian lebih lanjut tentang dampak potensial drone pada mesin pesawat terbang, tetapi itu akan memakan biaya yang mahal, lapor The Guardian.
Mengutip laman The Guardian, terdapat kenaikan pada peristiwa drone yang hampir menabrak pesawat terbang sejak 2015.
Menurut UK Airprox Board (UKAB), ada 92 angka kejadian antara pesawat terbang dan drone yang terbang berdekatan pada 2017.
Angka itu tiga kali lipat lebih besar dibandingkan pada 2015, yakni 'hanya' 29 peristiwa.
Data juga menunjukkan adanya peningkatan angka penggunaan drone.
Kenapa bandara bisa sampai ditutup?
Ketika ada risiko drone yang berada di dekat pesawat udara, bandara akan ditutup dan sejumlah penerbangan akan tertunda atau dibatalkan.
Asosiasi global maskapai penerbangan, IATA, memperingatkan adanya peningkatan eksponensial dalam laporan penggunaan drone/RPA (Remotely Piloted Aircraft ) yang beroperasi sangat dekat dengan pesawat berawak dan bandara.
IATA juga menyadari adanya dampak finansial dari gangguan yang disebabkan oleh drone yang terbang ddi ekat bandara.
Yakni, pengalihan dan penundaan penerbangan di Bandara Gatwick menelan biaya puluhan ribu poundsterling.
Menurut undang-undang yang berlaku di Inggris, menerbangkan drone dengan ketinggian lebih dari 120 meter atau di wilayah udara terlarang seperti di dekat bandara merupakan hal yang melanggar hukum.(*)
Langganan Berita Pilihan tribun-timur.com
di Whatsapp Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur
Dapatkan news video terbaru di kanal YouTube Tribun Timur:
Follow juga akun Instagram tribun-timur.com:
Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judul Bandara Gatwick London 'Diteror' Drone, Seberapa Berbahaya Drone bagi Pesawat Terbang?, https://travel.tribunnews.com/2018/12/23/bandara-gatwick-london-diteror-drone-seberapa-berbahaya-drone-bagi-pesawat-terbang?page=all.
Penulis: Rizkianingtyas Tiarasari
Editor: Sinta Agustina