Siapa Prof Eddy OS Hiariej, Saksi Ahli 01 Tampil Memukau di MK, Netter Sebut Dia Salah Pilih Jurusan
Setelah kubu 02 Prabowo-Sandi, kini giliran jajaran 01 Jokowi-Maruf menghadirkan saksi di ruang sidang.
"Itu juga mengapa dia bilang saya untuk jadi jaksa. Ya saya kaget juga waktu itu,” ungkap pria berdarah Ambon ini.
Namun, jalan Eddy untuk bisa masuk FH UGM nyatanya tak semulus itu.
Di tahun 1992, begitu lulus SMA, Eddy tidak langsung lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).
“Saya setahun itu gagal loh masuk Gadjah Mada itu. Jadi tahun 1992 saya tes UMPTN tidak masuk,” ujarnya.
“Saya stres tuh enam bulan. (Karena) saya stres, saya liburan ke mana-mana aja udah."
"Terus enam bulan kemudian, mulai Desember, saya betul-betul intens belajar sampai UMPTN berikutnya. Baru lah kemudian saya lolos, masuk FH UGM,” pungkas pemilik hobi olahraga tenis, renang, dan juga membaca ini.
Di semester lima, Prof. Maria Soemardjono – Dekan FH UGM kala itu – lah yang pertama kali mencetuskan agar Eddy menjadi dosen.
Hubungan Eddy dan Prof. Maria diakui Eddy memang sangat dekat sampai-sampai orang mengatakan kalau Eddy adalah anak keempat Prof. Maria.
Faktanya bagi Eddy, Prof. Maria memang merupakan pakar hukum yang menjadi panutannya.
“Dia ngomong apa saja bisa karena dia kan mempunyai background pendidikan yang memang berbeda-beda."
"Selain itu di usianya yang sudah 72 tahun dia masih saja menerbitkan buku dan masih melakukan penelitian di lapangan,” ucap Eddy.
Satu ketika Prof. Maria mengatakan kepada Eddy, “kamu habis ini mau ke mana?” tiru Eddy.
Karena saat itu Eddy juga menjawab belum tahu akan ke mana, Prof. Maria menyarankan agar Eddy menjadi dosen di kampusnya tersebut.
Baca: SEDANG BERLANGSUNG Skor 0-0, 2 Link Live Streaming Bali United vs PSIS Semarang Nonton via HP
Baca: Kok Masih Ditemukan Jemaah Haji Bawa Rice Cooker ke Tanah Suci, Ini Alasannya
Pasca wisuda program sarjana yang digelar 19 November 1998, Eddy mengikuti tes penerimaan dosen. “6 Desember 1998 pengumuman dan saya diterima.
"Mulai 6 Desember itu saya sudah asisten sampai SK saya turun 1 Maret 1999,” papar Eddy.
Eddy yang akhirnya lebih memilih menjadi dosen ketimbang jaksa mengatakan senang menjadi dosen karena ia dapat banyak berinteraksi dengan orang.
Ia juga senang karena mau tidak mau ia harus terus belajar dan belajar, dan ia juga senang bisa bebas dari aturan seragam layaknya jaksa.
“Yang keempat, katanya sih tujuh golongan yang masuk surga itu salah satunya adalah golongan yang selalu memberikan ilmunya kepada orang lain,” ujar Eddy seraya tersenyum.(*)
Update info terbaru tentang Tribun Timur dengan Subscribe channel YouTube kami:
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Profil & Kehebatan Prof Eddy OS Hiariej Saksi Ahli Tim Jokowi di MK 'Gugatan No Urut 02 Tak Relevan',