Zaenal Tayeb: Pariwisata Makassar Nol, Kecuali?
Jejeran tokoh Sulsel yang sukses diperantauan duduk berdampingan. Satu meja tampak mencolok, seorang lelaki dengan rambut
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Meja bundar diisi para saudagar yang memadati pelataran Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Jl Sudirman, Makassar, Sabtu (15/6/2019).
Jejeran tokoh Sulsel yang sukses diperantauan duduk berdampingan. Satu meja tampak mencolok, seorang lelaki dengan rambut seleher diikat, berkemeja putih dan celana hitam tampak beda.
Ia ternyata Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Bali, Zainal Tayeb.
Ia datang bersama puluhan anggotanya, khusus meramaikan Pertemuan Saudagar Bugis Makassar (PSBM). Evemt tahunan yang tak sekadar pertemuan, beberapa gagasan, ide, dan sumbangsih diberikan.
Berbicara tema PSBM tahun ini, 'Bersinergi Memajukan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal'. Sebagai pengusaha hotel dan properti di Bali, Lombok, dan Bayuwangi ia punya pemikiran terkait tema tersebut.
Reporter Tribun Timur, Muhammad Fadhly Ali usai welcome party mewancarai Zainal Tayeb, pemilik 5 hotel dan beberapa perumahan itu, Sabtu (15/6/2019) malam. Berikut kutipan wawancaranya.
Sudah berapa lama menjadi ketua KKSS Bali?
Sekarang sudah masuk 25 tahun, saya sebenarnya sudah mau berikan ke anak. Tapi anggota arahkan ke saya lagi. Malah sekarang lebih luas, jadi Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi
Bagaimana perkembangan KKSS Bali?
Untuk perkembangan anggota luar biasa, anggota yang kami jaring sekitar ribuan orang. Soal perkembangan bisnis saudagar Bugis-Makassar di Bali, kita dikenal kerja keras, banyak lini bisnis yang disasar mulai dari UMK hingga UKM
Bagaimana dengan bisnis Anda sendiri?
Waktu gempa di Lombok, tepatnya Gili Trawangan dan Gili Air, empat hotel saya kena imbasnya. Vila Ombak runtuh, Ombak Sunset runtuh, Ombak Paradise runtuh, bahkan satu hotel yang belu kita resmikan pun runtuh. Namun seiring berjalanya waktu Vila Ombak mulai kami bangun, semoga Oktober nanti mulai beroprasi kembali
Berapa jumlah hotel yang Anda miliki?
Empat di Lombok, satu di Banyuwangi. Nama hotel saya di Banyuwangi itu Mira Hotel.
Selain Hotel bisnis apa lagi yang dikembangkan?
Saya juga developer. Pengembang perumahan dan rumah inap seperti guest house. Saya punya tanah di Lombok, Bali, dan Banyuwangi. Makanya kalau mau bangun hotel mudah, karena saya punya lahannya.
Adakah bisnis di Makassar?
Ada satu, namanya Gowa Discovery Park (GDP), berlokasi di Benteng Sombaopu. Namun saya kecewa dengan pemerintah, saya sudah berinvestasi di sana, tapi sertifikat tanahnya tidak jelas. Nah, kapan saja bisa diambil oleh pemerintah.
Rencana bisnis di Makassar?
Saya rencana ingin bangun perumahan di Makassar, tahun depan semoga bisa terealisasi. Saya masih cari lahan.
Terkait tema PSBM tahun ini, bagaimana tanggapan Anda?
Pariwisata di Sulsel khususnya Makassar nol. Kenapa? Tak ada inovasi. Kecuali satu di Toraja, namun pemerintah harus bangun Bandara Internasional di sana. Mengapa demikian, Toraja itu jadi destinasi kedua bahkan ketiga setelah turis ke Bali dan Lombok.
Apa yang perlu ditingkatkan dalam menunjang pariwisata di Sulsel?
Pertama itu aksesnya. Pemerintah harus konsen pada bandara yang memadahi agar maskapai datang membuka direct langsung. Bandingkan di Bali, 2 jam sampai 3 jam sudah bisa lihat semua keindahan Bali. Nah mau ke Toraja, singgah di Makassar, harus 7 jam perjalanan lagi ke sana. Nah baru kelola secara profesional desinasinya