Ingin Bantu Warga Kurang Mampu Samsuddin di Palu ? Begini Caranya
Bersama lima orang anaknya, mereka hidup bernaung di rumah tak layak huni.
Penulis: abdul humul faaiz | Editor: Sudirman
Jika pun ada, ia mendapatkannya hanya di saat perayaan Idul Adha.
"Kalau makan daging hanya setahun sekali. Itu pun kalau dikasih saat hari raya kurban," ucap samsudin tersenyum.
Dalam kondisi serba kekurangan, Samsudin bertekad memberikan hak pendidikan kepada anak-anaknya.
Namun untuk memenuhinya, ia terpaksa menitipkan anak pertama dan kedua pada kerabatnya di Kabupaten Buol.
Itupun dalam situasi yang yang tidak disengaja.
Sementara anak ketiga dan empat adiknya, tinggal bersama mereka di rumah tak layak itu.
“Hanya anak ketiga yang mampu saya biayai. Kedua kakanya terpaksa saya titipkan pada keluarga di Buol," jelasnya.
Samsudin lantas bercerita tentang masa lalunya, saat kali pertama menginjakan kaki di Tanah Kaili, Sulteng.
Perantauan itu bekerja serabutan. Beberapa kali menjadi buruh bangunan, kemudian menjadi penjaga toko di Palu. Disaat itu lah ia bertemu Nurhayati.
Wanita hingga kini masih setia menjadi pendamping hidupnya itu adalah mualaf.
Samsudin kemudian membimbingnya mencari bekal di akhirat nanti.
"Istri saya kemudian memeluk agama Islam, sebelum menikah dengan saya. Kami kemudian tinggal bersama di kos-kosan di Palu," katanya.
Meski sudah menetap lama di Pantoloan, Samsudin rupanya tak melupakan sanak familinya di kampung halaman.
Ia pun berniat untuk kembali sekedar melepas rindu.
"Kalau nanti saya punya cukup uang, saya akan pulang kampung untuk bertemu keluarga," tandasnya.