Idulfitri 1440 H
Ratusan Pengungsi di Balaroa Salat Id di Masjid Darurat
Riuh gema takbir terus dikumandangkan oleh panitia pelaksanaan salat id Idulfitri di masjid darurat Kamp Pengungsian Balaroa, Kota Palu
Penulis: abdul humul faaiz | Editor: Suryana Anas
TRIBUNPALU.COM, PALU - Riuh gema takbir terus dikumandangkan oleh panitia pelaksanaan salat id Idulfitri di masjid darurat Kamp Pengungsian Balaroa, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Pagi itu, Rabu (5/6/2019) sekira pukul 06.15 Wita.
Warga mulai beranjak meninggalkan tenda-tenda darurat yang didiaminya selama hampir 9 bulan ini.
Baca: Malam Takbiran, Warga di Palu Sebar Ribuan Lampu Minyak
Baca: Bantu Operasi SAR, Basarnas Palu Tempatkan 1 Kapal di Perairan Timur Sulteng
Baca: Kapolres Palu Minta Warga Laporkan Rumah saat Ditinggal Mudik ke RT Setempat
Tidak seperti hari-hari biasannya, cuaca tampak cerah.
Pasalnya, di hari Idulfitri ini, dari hasil prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sebagian besar wilayah Sulteng berawan.
Ratusan pengungsi khidmat mendengarkan khatib yang memberikan ceramah.
Khatib H Abdul Rahman, memaknai musibah bencana alam yang belum lama ini mereka alami sebagai tanda kebesaran Allah.
Ia mengingatkan bahwa bencana merupakan peringatan agar tidak lalai dari perintah Allah.
"Dialah (Allah) yang mengakhirkan kita di dunia ini, dia pula yang memberikan rahmat kepada kita," ujarnya.
Kata dia, dengan salat umat muslim di seluruh dunia meletakkan dahi sebagai tanda kebesaran allah.
Dialah segalanya bagi umaat manusia, memberikan nikmat yang bertahun-tahun lamanya.
"Tapi sayang masih banyak yang tidak mensyukuri nikmat itu," katanya.
Banyak umat muslim yang sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing karena kecintaannya kepada dunia.
"Wahai orag yang mengaku beriman, tidak bergetarkah dalam dadamu peringatan Allah," kata khatib.
Ia mengingatkan bahwa lupa diri adalah bencana paling dahsyat.