Dua Bulan di Penjara, Ini Selalu Dipikirkan Dosen UNM Wahyu Jayadi
Tersangka kasus pembunuhan pegawai kampus Universitas Negeri Makassar, Siti Zulaeha Djafar ini ditahan sejak Minggu 24 Maret 2019 lalu.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, SUNGGUMINASA - Wahyu Jayadi telah dua bulan lebih menjalani masa tahanan di Mapolres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru, Sungguminasa Kabupaten Gowa.
Tersangka kasus pembunuhan pegawai kampus Universitas Negeri Makassar, Siti Zulaeha Djafar ini ditahan sejak Minggu 24 Maret 2019 lalu.
TRIBUNWIKI: Andi Muliana Sam, 1 Dari 4 Srikandi di DPRD Wajo Periode 2019-2024
LKA MPM UINAM Menutup Ramadan dengan Wakaf 1000 Alquran di NTT dan Bulukumba
Doktor jebolan Universitas Negeri Jakarta ini, mengalami perubahan perilaku selama hampir tiga bulan menjalani masa tahanan.
Wahyu Jayadi yang awalnya banyak melamun, belakangan ini rutin berzikir dari balik jeruji besi. Wahyu juga rutin melaksanakan salat wajib lima waktu.
"Alhamdulillah klien kami kini makin alim dalam penjara. Dia banyak beribadah kepada Allah dalam menjalani prosedur hukum," kata Kuasa Hukum Wahyu Jayadi, M Shyafril Hamzah kepada Tribun Timur, Selasa (4/6/2019).
Shyafril melanjutkan, Wahyu Jayadi juga rutin melaksanakan ibadah puasa dalam balik jeruji besi. Ia ikut menjalankan rukun Islam ketiga di bulan ramadan ini.
Istrinya, Ifa rutin membesuk dan membawakan makanan kepada Wahyu Jayadi ke sel tahanan. Kadangkala sang anak ikut berserta saudara-saudara Wahyu Jayadi.
"Istrinya sering membawakan menu buka puasa dan sahur," sambung Shyafril.
Dulunya Sering Melamun
Dosen ilmu keolahragaan itu dulunya sering melamun dalam awal-awal masa tahanannya.
Kuasa Hukum Wahyu Jayadi, M Shyafril Hamzah mengatakan, kliennya tak kuasa menerima kenyataan pahit harus mendekam dalam jeruji besi.
Apa lagi, kliennya tersebut termasuk doktor muda di kampus Universitas Negeri Makassar. Bahkan selangkah lagi meraih gelar profesor.
"Klien kami ini sering terdiam secara tiba-tiba kalau ditemani berbicara. Dia syok menerima nasibnya di penjara," kata Shyafril kepada Tribun Timur, Kamis (24/5/2019).
"Jadi Pak Wahyu itu sering melamun pikir gelar profesornya yang rencanakan dikukuhkan pada tanggal 5 April 2019 kemarin," sambung pria Pangkep tersebut.
Selain karir akademik, kata Shyafril, Wahyu Jayadi juga masih memiliki beban pikiran lain.
Shyafril menyebut, Wahyu sering memikirkan nasib keempat anaknya yang mesti menanggung malu akibat perbuatan ayahnya.
"Anak bungsunya yang berumur lima tahun sering menangis. Dia rindu Bapaknya karena sering satu ranjang tidur dengan Bapaknya," imbuh Shyafril.
"Pak Wahyu itu selama ini juga selalu menyempatkan bermain bersama anak bungsunya sebelum tidur, ia rutin lakukan itu sepulang kerja demi menyenangkan hati anaknya," sambung Shyafril.
Oleh karena itulah, kata Shyafril, Wahyu sering melamun dalam penjara. Ia tak henti memikirkan karir akademiknya serta keempat anaknya.

"Saya coba sampaikan ke Pak Wahyu untuk menerima kenyataan ini. saya minta dia bertaubat. Makanya dia sekarang fokus memperbaiki diri dengan taat beragama," pungkasnya.
Laporan Wartawan Tribun Timur @bungari95
Update info terbaru tentang Tribun Timur dengan Subscribe channel YouTube kami: