RENUNGAN RAMADHAN
Didik Anak, Sikap Orangtua: Kasihan atau Sayang? Ini Saran Direktur Sekolah Islam Athirah
Renungan Ramadhan ini ditulis Direktur Sekolah Islam Athirah Syamril Al Bugisyi sekaligus penulis buku Kerja Itu Ibadah.
Masih balita sudah punya smartphone. Awalnya kelihatan positif karena anak ada aktivitas.
Tapi lama kelamaan dia kecanduan dan kurang bergerak yang berdampak negarif kepada fisik dan mental.
Jual Philippe Coutinho, Barcelona Butuh Rp 4,2 Triliun Datangkan De Ligt dan Antoine Griezmann
Bisa juga karena kasihan maka segala tindakannya ditolerir karena alasan masih kecil.
Atau tidak ditugaskan untuk mengerjakan aktivitas pribadi tertentu secara mandiri. Segalanya dibantu apalagi jika anak memang punya asisten khusus.
Beberapa tahun lalu ada kasus anak SMA belum bisa pakai baju, kaos kaki dan sepatu sendiri karena selama ini selalu dipakaikan.
Akhirnya saat dia lulus SMA dan harus pindah kota untuk kuliah maka neneknya pun ikut pindah bersamanya agar ada yang membantunya.
Berbeda jika cara pandangnya karena sayang.
Sejak kecil anak-anak diajari untuk self help atau membantu dirinya sendiri.
Belajar mandiri seperti makan sendiri, buang air kecil dan besar dan membersihkannya sendiri (toilet training).
Pakai baju, kaos kaki dan sepatu sendiri.
Pada tahap awal itu sangat sulit dan butuh kesabaran. Jika tidak sabar maka akan muncul rasa kasihan akhirnya dibantu lagi semuanya.
Maka gagallah proses belajar mandiri. Tapi jika orang tua berpikir jangka panjang dan ingin anaknya kelak mandiri maka tidak dibantu tapi dilatih.
Hal yang biasa jika makannya masih belepotan dan makanan banyak yang tercecer.
Pelabaran Jalan Poros Malino, Pemkab Gowa Kembali Keciprat Dana 25 M
Tapi lama kelamaan dia akan bisa makan dengan bersih dan apik.
Demikian pula saat anak menghadapi masalah dengan temannya. Latih dia untuk secara ksatria menghadapinya.