Ceramah Ramadan di ICDT, Kasubag Tata Usaha Kemenag Bulukumba Bahas Sifat Rendah Hati
Kasubag Tata Usaha Kemenag Bulukumba, Muhammad Yunus, menjadi pembawa tausiah zuhur di Islamic Center Dato Tiro (ICDT) Bulukumba
Penulis: Firki Arisandi | Editor: Suryana Anas
TRIBUNBULUKUMBA.COM, UJUNG BULU - Kasubag Tata Usaha Kementerian Agama Kemenag Bulukumba, Muhammad Yunus, menjadi pembawa tausiah zuhur di Islamic Center Dato Tiro (ICDT) Bulukumba, Kamis (16/5/2019).
Dalam tausiahnya, ia membahas tentang ihsan dan tawaduk.
Dalam Islam, ihsan ini adalah seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihatnya, dan jikalaupun tak mampu melihatnya, maka orang tersebut yakin Allah melihat perbuatannya.
Baca: Disorot Dewan Soal Serapan Anggaran, Wabup Bulukumba: Ini Tanggungjawab Dewan Juga!
Baca: Eksistensi Desa dan Kelurahan Muslim Bulukumba Sepeninggal Patabai Pabokori
Baca: Wabup Bulukumba Resmikan Masjid yang Dibangun Warga di Pelosok Kajang
"Salahsatu contoh ihsan, misalnya ada orang yang membeli ikan di pasar seharga Rp 45 ribu, kita kasi penjual Rp50 ribu, namun penjual tidak ada kembalianya, dan kita bilang ambil saja semua. Maka Rp 45 ribu-nya ini ikhlas, sementara Rp 5 ribu-nya ihsan," kata Muhammad Yunus.
Ihsan ini, kata Muhammad Yunus, melahirkan tawaduk, sifat rendah hati atau tidak mengambil hak yang bukan miliknya.
Muhammad Yunus kembali memberikan contoh terkait sikap tawaduk.
Dalam sebuah tempat pertemuan, kata Yunus, ada kursi pada deretan depan yang memiliki label nama.
Kemudian, ada orang lain yang menduduki kursi yang memiliki nama tersebut.
"Karena bukan pemilik kursi, protokoler pasti akan meminta orang itu pindah. Begitupun sang pemilik kursi, walaupun dia duduk di kursi biasa, paling belakang, ia pasti dipanggil oleh protokoler untuk duduk ditempat yang telah disediakan," jelas Yunus.
Namun, ihsan dan tawaduk ini tak dapat diperoleh jika hati seorang manusia itu kotor.
Olehnya, pada momentum Ramadan ini, ia mengajak jamaah untuk membersihkan kotoran tersebut.
Pasalnya, pada Ramadan, terdapat tiga petak yang diberikan Allah, yakni petak malam rahmat, penuh ampunan, dan pembebasan dosa.
Ia menganalogikan, 10 malam pertama Ramadan ibarat menamam padi, 10 malam kedua waktu panen, dan 10 malam kemudian waktu memakan hasil panen.
"Pertanyaannya sekarang, sejauh mana hasil panen kita. Kalau anda pupuk dengan baik, nanti hasil yang didapat juga baik," tambahnya.
Diakhir tausiahnya, ia mengajak seluruh jamaah untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan pasca Pemilu 2019.
"Jangan saling menyalahkan, kalau ada caleg yang menawarkan program tapi tidak dipilih, jangan marah, mari kita instrospeksi diri. Sesungguhnya, ada campur tangan Allah yang mengetuk hati manusia," pungkasnya. (TribunBulukumba.com)
Laporan Wartawan Tribun Timur, Firki Arisandi, IG: @arisandifirki
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:
Follow juga Instagram Tribun Timur: