Tribun Wiki
TRIBUNWIKI: Disindir Ustaz Abdul Somad, Jadi Trending Google, Siapa Tito Karnavian? Ini Profilnya
Ia adalah seorang perwira tinggi polisi yang saat ini menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Ustaz Abdul Somad kembali menjadi perbincangan.
Nama Tito Karnavian pun menjadi trending topic google, Rabu (15/5/2019).
Kali ini terkait dengan dirinya yang mempertanyakan penangkapan yang terkesan pilih-pilih.
Pertanyaan itu disampaikan Ustaz Abdul Somad saat bersama dengan Tito Karnavian di acara Damai Indonesiaku di tahun 2018.
Program itu ditayangkan kembali dari Stasiun TV tvOne pada Senin (13/5/2019).
Dilansir dari Tribunnews, Tito Karnavian awalnya membahas kemungkinan adanya gejolak yang sama seperti negara muslim yang berada di Timur Tengah.
Ustaz Abdul Somad lalu memberikan penjelasan.
Ustaz Abdul Somad mengatakan harus ada kepastian hukum terkait persoalan yang belum pasti .
"Kepastian hukum tentang yang tidak pasti, dipastikan," ujar Ustaz Abdul Somad dikutip TribunJakarta.com, pada Selasa (14/5/2019).
Pendakwah itu lalu berkata saat banyak yang tahu bahwa dirinya akan bertemu dengan Tito Karnavian, banyak pesan yang memintanya untuk bertanya ke Kapolri itu.
Pesan yang masuk ke aplikasi WhatsApp Ustaz Abdul Somad itu terkait penangkapan yang dilakukan pihak kepolisian terkesan tebang pilih.
Namun, Ustaz Abdul Somad tak terang-terangan soal siapa yang ditangkap namun ia mengibaratkan dengan es lilin dan es kobar.
"Banyak WA yang masuk ke saya supaya minta tanya langsung ke bapak, Ustaz Somad tolong tanyakan kenapa Es Lilin ditangkap Es Kobar enggak, ini tidak bisa saya jawab," ujar Ustaz Abdul Somad.
Ustaz Abdul Somad mengatakan seharusnya Kaporli memberikan klarifikasi dan penjelasan.
Hal tersebut demi menghindari rusaknya hubungan masyarakat dengan kepolisian.
"Dan ini musti ada dari Mabes (Polri) menjelaskan, dan kalau itu dijelaskan dengan seksama apa yang terjadi di sana ada pihak ketiga yang merusak hubungan," ujar Ustaz Abdul Somad.
"Apalagi di samping kita adalah Islam, tapi kita juga budaya Timur, budaya komunikasi yang baik, budaya Melayu, budaya adat istiadat kita malah kita lebih unik."
Mendengarkan pernyataan dari Ustaz Abdul Somad yang menjelaskan soal pertanyaannya, Kapolri Tito Karnavian hanya mengangguk.
Hal tersebut terjadi karena Tito Karnavian tak memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan dari Ustaz Abdul Somad.
Tak cuma itu Ustaz Abdul Somad lantas mendoakan agar suasana di Indonesia tetap damai.
Siapa Tito Karnavian?
Dilansir dari wikipedia, Jenderal Polisi Prof Drs H Muhammad Tito Karnavian, MA, PhD lahir di Palembang, Sumatra Selatan, 26 Oktober 1964.
Ia adalah seorang perwira tinggi polisi yang saat ini menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Tito Karnavian mengenyam pendidikan SMA Negeri 2 Palembang kemudian melanjutkan pendidikan AKABRI pada tahun 1987 karena gratis dan tidak ingin membebankan biaya orang tuanya.
Tahun 1993, Tito menyelesaikan pendidikan di Universitas Exeter di Inggris dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies, dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih Strata 1 dalam bidang Police Studies.
Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama ditempuh di Sekolah Xaverius, kemudian sekolah menengah atas ditempuh di SMA Negeri 2 Palembang.
Tatkala duduk di kelas 3, Tito mulai mengikuti ujian perintis.
Semua tes yang ia jalani lulus, mulai dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Kedokteran di Universitas Sriwijaya, Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Keempatnya lulus, tapi yang dipilih adalah AKABRI, terutama Akademi Kepolisian.
Kapolda Papua
Dalam surat telegram Kapolri Jenderal Pol. Timur Pradopo, Inspektur Jenderal Tito diangkat menjadi Kepala Polda Papua pada 3 September 2012 menggantikan pejabat lama, Irjen Pol Bigman Lumban Tobing.
Namun, secara resmi baru aktif pada 27 September 2012.
Padahal Polda Papua saat itu (2012) hanya memiliki satu Polda untuk Pulau Papua yang begitu besar, ini berbeda dengan Pulau lain yang memiliki beberapa Polda.
Dengan demikian banyak harapan dan tanggung jawab besar dipikulkan kepada Irjen Pol. Tito Karnavian yang saat itu masih berusia 47 Tahun.
Jauh setelah tidak menjabat Kapolda Papua dan terjadi kegaduhan politik di DPR akhir tahun 2015, akibat rekaman pembicaraan kasus pemufakatan jahat Mantan Ketua DPR terhadap PT Freeport bulan November 2015, nama Tito Karnavian disebut dalam rekaman yaitu yang berhubungan dengan Pilpres 2014 dalam kapasitasnya sebagai Kapolda Papua.
Tito pun membantah dan mengatakan bahwa dia pernah membicarakan Freeport tetapi konteksnya berbeda, yaitu kepada Menteri ESDM Sudirman Said dalam saran pengamanan Freeport.
Asrena Polri
Dalam rotasi pejabat tinggi dalam Polri setingkat Kapolda pada 2014, Kapolda Papua Irjen Pol Tito Karnavian menempati jabatan baru sebagai Asrena (Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran).
Tito menempati pos yang sebelumnya dipegang oleh Irjen Pol Sulistyo Ishak, yang mengakhiri jabatannya di Polri karena telah purna tugas.
Berada pada pusat episentrum Indonesia, Tito Karnavian mendapat banyak sorotan media dan publik.
Banyak gebrakan yang dilakukan Tito diawal jabatannya, salah satunya yaitu Tito meminta jajarannya untuk blusukan mengurai kemacetan setiap Senin pagi dibandingkan melakukan Apel Pagi.
Salah satu kasus besar yang dihadapi Tito yaitu teror bom dan penembakan di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat pada awal Januari 2016.
Dengan pengalamannya yang mendalam soal terorisme, dalam waktu kurang dari 5 jam Ibukota sudah kembali dikuasai dan kondusif dan 7 tersangka sudah tertangkap.
Dalam surat telegram dengan nomor ST/604/III/2016 per tanggal (14/3/2016), Tito akan dipromosikan menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menggantikan Komjen (Pol) Usman Saud Nasution yang memasuki masa pensiun.
Secara otomatis pangkatnya dinaikan menjadi bintang tiga atau Komisaris Jenderal Polisi. Penyesuaian Kepangkatan.
Kapolri
Polri dikritik karena lambatnya pengungkapan kasus penyiraman air keras oleh orang tak dikenal terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Walaupun polisi telah memeriksa 59 saksi, Tito menyebut pengungkapan kasus penyerangan Novel lebih sulit dibandingkan kasus Bom Bali dan Kampung Melayu.
Novel menduga serangan pada dirinya terkait sejumlah kasus korupsi yang ia tangani.
Tidak tuntasnya pengusutan kasus 100 hari pasca-kejadian membuat publik mempertanyakan kinerja kepolisian dan mendesak Polri untuk mengusut kasus serupa, yakni pembacokan pakar teknologi informasi Hermansyah.
Pencopotan Kapolres Solok
Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian mencopot Kepala Polres (Kapolres) Solok AKBP Susmelawati Rosya karena dianggap kurang tegas menangani persekusi yang diduga dilakukan Front Pembela Islam (FPI) terhadap seorang dokter, Fiera Lovita (FL).
Keputusan itu didasarkan atas keterangan FL yang merasa tertekan setelah mengalami persekusi berupa teror dan intimidasi oleh sekelompok orang dari ormas tertentu.
Tentang Tito Karnavian:
Nama: Tito Karnavian
Nama Lengkap: Jenderal Polisi Prof Drs H Muhammad Tito Karnavian, MA, PhD
Lahir: Palembang, Sumatra Selatan, 26 Oktober 1964
Orang Tua: Kordiah (Ibu)
Achmad Saleh (Ayah)
Pasangan: Ir Hj Tri Suswati
Anak:
Via
Opan
Agga
Alma mater: Akademi Kepolisian (1987)
Pekerjaan: Polisi
Penghargaan sipil: Adhi Makayasa (1987)
Riwayat pendidikan
- SD Xaverius 4 di Palembang (1976)
- SMP Xaverius 2 di Palembang (1980)
- SMA Negeri 2 Palembang (1983)
- Akademi Kepolisian (1987); Penerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik.[7]
- Master of Arts (M.A.) in Police Studies, University of Exeter, UK (1993)
- Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) (1996); Penerima bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan PTIK terbaik
- Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand (Sesko) (1998)
- Bachelor of Arts (B.A.) in Strategic Studies, Massey University, New Zealand (1998)
- Sespim Pol, Lembang (2000)
- Lemhannas RI PPSA XVII (2011) penerima Bintang Seroja sebagai peserta Lemhanas terbaik.
- Ph.D in Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization at S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore (magna cum laude) (2013)
Kasus menonjol yang pernah ditangani
- Bom Kedubes Filipina (2000)
- Bom malam Natal (2000)
- Bom Bursa Efek Jakarta (2001)
- Bom Plaza Atrium Senen (2001)
- Bom Makassar (2002)
- Bom JW Marriott (2003)
- Bom Kedubes Australia (2004)
- Bom Bali II (2005)
- Mutilasi 3 siswi di Poso (2006)
- Bom Pasar Tentena (2005)
- Bom Hotel Ritz Carlton dan JW Marriott (2009)
- Bom bunuh diri Polres Cirebon (2011)
- Bom Sarinah Thamrin (2016)
- Operasi Tinombala (2016–Sekarang)
Buku
- Indonesian Top Secret: Membongkar Konflik Poso, Gramedia, Jakarta, 2008.
- Regional Fraternity: Collaboration between Violent Groups in Indonesia and the Philippines, Bab dalam buku "Terrorism in South and Southeast Asia in the Coming Decade", ISEAS, Singapura, 2009.
- Bhayangkara di Bumi Cenderawasih, ISPI Strategic Series, Jakarta, 2013.
- Explaining Islamist Insurgencies, Imperial College, London, 2014.
Tanda Pangkat
- Letnan Dua (1987)
- Letnan Satu (1990)
- Kapten (1993)
- Mayor (1997)
- Ajun Komisaris Besar Polisi (2001)
- Komisaris Besar Polisi (2005)
- Brigadir Jenderal Polisi (2009)
- Inspektur Jenderal Polisi (2011)
- Komisaris Jenderal Polisi (2016)
- Jenderal Polisi (2016)
Riwayat Jabatan
- Pamapta Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya (1987)
- Kanit Jatanras Reserse Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya (1987–1991)
- Wakapolsek Metro Senen Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya (1991–1992)
- Wakapolsek Metro Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya
- Sespri Kapolda Metro Jaya (1996)
- Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakarta Pusat Polda Metro Jaya (1996–1997)
- Sespri Kapolri (1997–1999)
- Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya (1999–2000)
- Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya (2000–2002)
- Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulsel (2002)
- Koorsespri Kapolda Metro Jaya (2002–2003)
- Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya (2003–2005)
- Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya (2004–2005)
- Kapolres Serang Polda Banten (2005)
- Kasubden Bantuan Densus 88/AT Bareskrim Polri (2005)
- Kasubden Penindak Densus 88/AT Bareskrim Polri (2006)
- Kasubden Intelijen Densus 88/AT Bareskrim Polri (2006–2009)
- Kadensus 88/AT Bareskrim Polri (2009–2010)
- Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (2011–21 Sept 2012)
- Kapolda Papua (21 Sept 2012–16 Juli 2014)
- Asrena Polri (16 Juli 2014–12 Juni 2015)
- Kapolda Metro Jaya (12 Juni 2015–16 Maret 2016)
- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (16 Maret 2016–13 Juli 2016)
- Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (13 Juli 2016–Sekarang)
Sumber foto: TRIBUNNEWS/HERUDIN
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian. (TRIBUNNEWS/HERUDIN)
Sumber berita: http://www.tribunnews.com/nasional/2019/05/14/reaksi-tito-karnavian-tanggapi-ustaz-abdul-somad-pertanyakan-penangkapan-yang-terkesan-pilih-pilih?page=all