Disebut Gunakan Honor Perawat Saat Kunker ke Bandung, Begini Penjelasan Manajemen RSUD Bulukumba
Pasalnya, banyak rumah sakit di Kota Makassar yang disebut layak dan bahkan dinilai lebih baik dari rumah sakit tujuan di Bandung.
Penulis: Firki Arisandi | Editor: Syamsul Bahri
TRIBUNBULUKUMBA.COM, UJUNG BULU - Kunjungan kerja (Kunker) Manajemen RSUD Sulthan Dg Radja Bulukumba, ke RSU dr M Salamun, Bandung, Jawa Barat, Kamis-Jumat (2-3/5/2019), menyisahkan cerita.
Studi banding yang dipimpin langsung oleh Direktur Rumah Sakit, dr H Abdur Rajab itu, dinilai hanya buang-buang anggaran.
Baca: Kementan Guyur Pasar Jakarta Dengan Bawang Putih dan Telur
Baca: Update Real Count C1 KPU pemilu2019.kpu.go.id Data Masuk 71%, Pabowo Kejar Perolehan Suara Jokowi?
Pasalnya, banyak rumah sakit di Kota Makassar yang disebut layak dan bahkan dinilai lebih baik dari rumah sakit tujuan di Bandung.
Kritikan tersebut tersebar di media sosial (Medsos), termasuk facebook dan juga di grup-grup WhatsApp.
Namun, saat dikonfirmasi, Rabu (8/5/2019) pagi, pihak RSUD Sulthan Dg Radja Bulukumba, punya alasan tersendiri.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Akreditasi RSUD Sulthan Dg Radja Bulukumba, dr Rizal Ridwan Dappi.
Menurut dr Rizal, tujuan mereka ke Bandung, untuk melakukan studi terkait Reakreditasi SNARS edisi 1, yang mana telah dilalui oleh RSAU dr M Salamun, Bandung.
"RSAU dr Salamun ini merupakan rumah sakit pertama di Indonesia yang telah menjalani survei reakreditasi SNARS edisi 1 dengan hasil paripurna. Bahkan RSAU Salamun telah masuk persiapan menghadapi survei verifikasi kedua reakreditasi SNARS edisi 1," jelas dr Rizal.
Selain itu, lanjut dr Rizal, RSAU Salamun juga merupakan salahsatu rumah sakit yang direkomendasikan oleh surveyor KARS sebagai rumah sakit untuk benchmark.
Disisi lain, RSAU Salamun sama-sama tipe B dengan RSUD Sulthan Dg Radja Bulukumba.
"RSAU Salamun mempunyai produk unggulan yang disebut home care yang rencananya akan dijadikan percontohan di RSUD Sulthan Dg Radja," jelas dr Rizal.
Tak sampai disitu, perjalanan dinas pihak manajemen rumah sakit kali ini, juga disebut menggunakan dana honor para perawat.
Pasalnya, perawat di rumah sakit yang beralamat di Jl Srikaya No 17 Kota Bulukumba itu, belum menerima honor lebih dari tiga bulan.
Namun, lagi-lagi pihak rumah sakit membantah hal tersebut.

"Gaji perawat sementara diproses. Surat pertanggungjawabannya sudah ditandatangani dirut," jelas Kasubag Humas dan Promkes RSUD, Gumala Rubiah.
Terhambatnya proses pencairan honor perawat kali ini, lanjut Gumala, lantaran pihak rumah sakit bakal memberlakukan sistem remunerasi atau sistem balas jasa.
Namun, peraturan bupati (Perbup) tentang remunerasi tersebut baru sementara dibuat.
"Lambat diproses karena kita mau memberlakukan remunerasi, tapi karena perbubnya sementara dibuat jadi kita masih menggunakan pola lama. Kalau sudah remun nanti tidak adami honor," pungkas Gumala.
Namun bukan kali ini saja para medis di tempat itu bermasalah, pada tahun 2010 lalu sejumlah para medis melukan aksi mogok massal. Passalnya uang jasa medis belum dibayarkan oleh Pemkab Bulukumba. (TribunBulukumba.com)
Laporan Wartawan Tribun Timur, Firki Arisandi, IG: @arisandifirki
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:
Follow juga Instagram Tribun Timur:
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perjalanan Kasus Pencucian Uang Mantan Ketua GNPF MUI Bachtiar Nasir",