Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tinggal di Gubuk Berlantai Tanah, Nenek dari Mandai Maros Ini Butuh Uluran Tangan Dermawan

Hasiah Daeng Kebo, nenek di Lingkungan Kadieng, Kelurahan Bontoa, Kecamatan Mandai,Maros. Gubuknya hanya berukuran 3x4 meter.

Penulis: Ansar | Editor: Suryana Anas
TRIBUN TIMUR/ANSAR
Hasiah Daeng Kebo, nenek di Lingkungan Kadieng, Kelurahan Bontoa, Mandai, Kabupaten Maros yang butuh uluran tangan pemerintah atau dermawan 

TRIBUN MAROS.COM, MANDAI - Hasiah Daeng Kebo, seorang nenek di Lingkungan Kadieng, Kelurahan Bontoa, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, butuh uluran tangan dari pemerintah dan dermawan.

Wanita kelahiran Maros, 63 tahun silam tersebut, sudah puluhan tahun tinggal sendiri di Gubuk reyot .

Gubuk yang tidak layak huni tersebut, hanya berukuran 3x4 meter.

Baca: Hanya Raup 833 Suara, Legislator PDIP Enrekang Pastikan Diri Terdepak Dari Parlemen

Baca: Pemilu 2019 -Begini Suka-duka Petugas Outsourching KPU Selayar, Tidur Hanya 3 Jam

Baca: Diduga Keracunan Kosmetik, Remaja Asal Polewali Mandar Sulbar Meninggal Dunia, Bibirnya Bengkak

Meski terdaftar sebagai warga miskin, beberapa tahun terakhir, nene Hasiah tidak pernah mendapat bantuan.

Gubuk Hasiah hanya berdinding seng bekas, atap bocor, papan dan balok juga sudah lapuk.

Hasiah tinggal dan berjuang sendiri untuk tetap bertahan hidup. Suaminya meninggal puluhan tahun lalu.

Hasiah pernah tinggal di belakang SDN 1 Batangase, Kelurahan Bontoa, Mandai.

Dia berjualan nasi kuning sejak tahun 1996 silam. Namun karena usia terus bertambah, Hasiah sudah tidak mampu untuk jualan lagi.

Hasiah kemudian memilih untuk menjual lahan yang di tempati rumahnya. Hal itu dilakukan untuk dapat bertahan hidup.

Setelah menjual tanah miliknya 6 tahun lalu, Hasiah memindahkan gubuknya di depan SDN 1 Batangase. Namun lahan yang di tempatinya, milik PT Angkasa Pura I.

Saat itu, gubuk Hasiah digusur karena Angkasa Pura melakukan perluasan bandara.

"Saya Sudah lama tinggal sendiri. Sejak saya jual tanah, kehidupan semakin sulit. Saya terpaksa saya jual tanah karena tidak ada biaya bertahan hidup," kata Hasiah, Juamt (26/4/2019).

Gubuk yang ditinggali, juga hanya berlantai tanah.

Bagian atapnya sudah mulai berlubang. Sehingga, saat hujan turun, air dengan mudah masuk ke dalam rumah.

"Dinding rumah bocor-bocor. Atap sengnya juga banyak bocor. Kalau hujan deras saya basah kuyup di dalam rumah. Saya mau sekali dapat bantuan dari pemerintah nak," katanya

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved