Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Quick Count 2019

Esai PT LSI Denny JA dan Harapannya kepada Rocky Gerung, BW dkk Usai Prabowo Kalah versi Quick Count

Esai PT LSI Denny JA dan Harapannya kepada Rocky Gerung, BW dkk Usai Prabowo Kalah versi Quick Count

Editor: Mansur AM
kolase tribun-timur.com (instagram.com)
Jokowi dan Prabowo beda sikap terkait hasil quick count Pilpres 2019, berikut esai Denny JA pemilik PT LSI bagi mereka yang menolak quick count tapi merayakan quick count Pilkada DKI Jakarta 

Sebelum menyampaikan tiga harapan itu, kita apresiasi dulu mantan presiden SBY. Betapa ia menunjukkan kelasnya sebagai negarawan. Ketika ia melihat ada kepentingan negara kurang diuntungkan, politik partisan ia kalahkan.

Lihatlah sikapnya. Ketika pawai paling akbar kubu Prabowo di GBK Jakarta tak menggambarkan keberagaman Indonesia, lantang SBY berseru. Jangan eksklusif. Indonesia untuk semua. All for All.

Ketika minimal 6 lembaga survei menyampaikan hasil quick count di minimal 13 stasiun TV, dan ini quick count yang sudah puluhan kali dibuat lembaga survei itu, dengan jejak yang tak pernah salah, SBY membaca gelagat.

Semua Quick Count memenangkan Jokowi dengan angka 54-55 persen. Terbaca ketidak puasan kubu Prabowo mulai riuh rendah. Bahkan sebelumnya, Amien Rais menyerukan people power jika pemilu curang.

SBY kembali bersikap. Ia mulai menarik pasukan Demokrat dari markas Prabowo. SBY kembali menyerukan jangan pernah melakukan tindakan yang melawan hukum dan melanggar konstitusi.

Tapi hal serupa apa yang kita harap dilakukan oleh kaum cerdik pandai di kubu Prabowo?

-000-

Pertama, kita harap para cerdik pandai itu mendekati Prabowo, rebut Prabowo dari pengaruh lingkaran yang hanya membuat ABS (Asal Bapak Senang) saja.

Rizal Ramli hingga Rocky Gerung sebaiknya bersatu mendatangi Prabowo. Jangan biarkan Prabowo malah lebih dipengaruhi oleh mereka yang diragukan kemampuan untuk membuat penialain rasional.

Contoh paling sederhana: Klaim kemenangan. Prabowo merasa mempunyai data perhitungan real count. Ia pun mengklaim menang 62 persen. Karena data itu, bahkan ia membuat perayaan kemenangan.

Bukankah para cerdik pandai di kubu Prabowo dapat dengan mudah membantu Prabowo menelaah kebenaran laporan real count itu? Dan itu teramat sederhana. Matematika tingkat elementer.

Misalnya, cukup dengan menunjukkan, apakah data real count itu valid. Apakah itu bukan data palsu. Katakalanlah itu valid, tapi apakah sudah cukup prosentase data yang masuk untuk mengklaim kemenangan?

Apakah data itu diambil dari 34 provinsi secara proporsional dan random? Ataukah data Real Count itu hanya berasal dari provinsi yang kubu Prabowo menang saja.

Dari 34 Provinsi, memang Prabowo menang di 14 provinsi. Jika data itu mayoritas hanya dari 14 provinsi yang menang, dan hanya sedikit saja, tidak proporsional dari 20 provinsi yang Prabowo kalah, jelas itu cara menghitung yang salah.

Terlalu besar klaim kemenangan itu jika bersandar pada kesalahan elementer matematika.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved