Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Balitbang Kementan Gelar Bimtek Embung di Riau

Badan Litbang Kementerian Pertanian (Kementan) bekerjasama dengan Universitas Riau dan Pemda setempat menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek)

Editor: Waode Nurmin
zoom-inlihat foto Balitbang Kementan Gelar Bimtek Embung di Riau
Kementan
Balitbang Kementan Gelar Bimtek Embung di Riau

TRIBUN-TIMUR.COM -- Badan Litbang Kementerian Pertanian (Kementan) bekerjasama dengan Universitas Riau dan Pemda setempat menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) di Aula BPTP Balitbangtan Riau, Sabtu (20/4).

Kegiatan ini diikuti oleh 40 peserta terdiri dari Dosen, Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Riau, Kabid Sarpras, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Penyuluh Dinas Pertanian kabupaten Kampar, para Peneliti dan Penyuluh BPTP Balitbangtan Riau.

"Ini merupakan implementasi dari Intruksi Presiden nomor 1 tahun 2018 tentang percepatan pembangunan embung kecil dan bangunan penampungan lainya di desa," kata Harmanto, Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

Harmanto mengatakan, ada tiga kementerian yang terlibat dalam pembangunan embung di seluruh Indonesia. Masing-masing Kementerian Pertanian, Kementerian Desa PDTT dan Kementerian PUPR.

"Kerjasama ini membuahkan 5.500 embung atau dam parit baik ukuran kecil maupun sedang di seluruh Indonesia. Ini juga sebagai model percontohan dalam membangun sekitar 30.000 buah di seluruh Indonesia dari Dana Desa," katanya.

Menurut Harmanto, ada tiga prasyarat dalam pembangunan embung, dam parit maupun long storage. Pertama, kata dia, pembangunan harus ada sumber air sebagai suplesi utama. Kedua harus ada hamparan sawah atau lahan yang akan diairi.

"Dan ketiga harus ada kelompok tani atau gapoktan sebagai pelaku pembangunan embung dan pengelola embung agar bermanfaat dan tetap terpelihara," katanya.

Sejauh ini, kata Harmanto, Kementerian Pertanian, dalam hal ini BBSDLP dan BPTP seluruh Indonesia telah melakukan identifikasi lokasi-lokasi pembangunan embung dan bangunan air lainnya di lahan kering atau tadah hujan untuk melayani irigasi seluas 4 juta hektare.

"Lokasi tersebut sudah dikompilasi dalam SIPPERDES untuk dibangun hingga tahun 2019 dengan dana desa," katanya.

Sementara itu, Dr. Budi Kartiwa dari CESA menyampaikan bahwa metode Survei Identifikasi Design (SID) harus melalui berbagai tahapan. Beberapa diantaranya adalah ukuran, bahan dan jenis bangunan. Selain itu, metode ini juga harus menghitung rincian anggaran biaya (RAB) dan lokasi yang tepat dengan areal sawah atau lahan irigasi menggunakan bantuan software aplikasi Avenza.

"Nah, hasil praktek di lapangan dengan para peserta Bimtek, bahwa propinsi Riau sebagian besar merupakan daerah rawa dan pasang surut. Ini merupakan masalah karena lahan pasti mengalami kekeringan dan kebanjiran," katanya.

Karena itu, lanjut dia, pembangunan embung tidak cocok dibangun di beberapa tituk. Akan tetapi pembangunan long storage atau pintu air maupun polder memanjang dinilai mampu menampung air yang bisa digunakan pada musim kemarau.

"Yang terpenting jika sudah dibangun harus dirawatan agar pengelolaan air berjalan dengan baik. Dalam hal ini lewat kelompok tani atau himpunan kelompok pemakai air dalam suatu kelembagaan yang profesional," katanya.

Hadir dalam bimtek ini perwakilan dari BBSDLP, Saeful Bahri. Kepada peserta, Saeful menyampaikan pentingnya SiSULTAN dan Peta Loka sumber daya lahan pertanian di propinsi Riau yang didominasi oleh hamparan lahan yang rata baik di hulu maupun di hilir.

Kata dia, situasi cekungan dan genangan air yang dimanfaatkan sebagai air irigasi pada musim kemarau harus benar-benar dikelola secara baik. "Apalagi sistem ini sudah memberikan gambaran penggunaan lahan dan rekomendasi sumber daya air untuk pertanian dan kelestariannya," katanya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved