Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Wiki

TRIBUNWIKI: Nyatakan Dukung Jokowi Meski Berbeda dengan Pilihan Partainya, Berikut Profil Bima Arya

Selanjutnya Bima lulus kuliah di Universitas Parahyangan dengan gelar sarjana hubungan internasional.

Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Ina Maharani
instagram.com
Bima Arya 

 
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Bima Arya Sugiarto menyatakan dukungannya terhadap capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.

Melansir dari Kompas.com ia tetap memilih pasangan no urut 01 meski berbeda pilihan dengan pasangan calon yang diusung partainya, yaitu Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Bima mengungkapkan alasannya sehingga berani mendeklarasikan pilihan politiknya itu.

Menurut Bima, Jokowi merupakan sosok yang jujur serta satu arah antara kata dan perbuatan. Jokowi, lanjut dia, pantas dijadikan sebagai panutan atau role model bagi seluruh kepala daerah.

Bima mengaku, banyak belajar dari Jokowi untuk menjadi seorang pemimpin. Oleh karena itu, lanjut dia, tidak ada kata lain selain mendukung Jokowi.

"Saya belajar menjadi kepala daerah pertama kali kepada Pak Jokowi. Itu tahun 2012, saat saya maju di Kota Bogor menjadi wali kota," ungkap Bima, Sabtu (13/4/2019).

Bagi Bima, meski dukungannya kepada Jokowi bertolak belakang dengan sikap partainya, dia tetap ikhtiar dengan keputusannya itu.

Bima menuturkan, siap menerima segala konsekuensinya, termasuk sanksi pemecatan sebai kader partai berlambang matahari putih itu.

"Insyaallah saya siap dengan segala resikonya," katanya.

Dia mengungkapkan, seharusnya PAN berada di barisan gerbong partai pengusung mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Sebab, lanjut Bima, PAN adalah partai yang lahir dari rahim reformasi dengan platform nasionalis dan pluralis. Menurut dia, PAN adalah partai tengah yang menjunjung tinggi keberagaman.

"Bicara soal platform partai, semestinya PAN menjatuhkan pilihan kepada Jokowi, bukan yang lain. Pak Ketum sudah tahu soal pilihan saya ini," ungkapnya.

Bima mengatakan, tidak pernah sedikit pun memiliki niat untuk keluar dari PAN. Sebagai salah satu orang yang ikut membesarkan nama PAN, Bima beranggapan pilihannya itu sesuai dengan warna partainya.

Oleh karena itu, dia memutuskan untuk menyampaikan secara terbuka soal pilihan politiknya pasca-lepas jabatan sebagai Wali Kota Bogor yang habis pada 7 April 2019.

"Hari ini, saya adalah warga biasa bukan kepala daerah. Hari ini saya seorang kader partai yang memilih dengan segala resikonya untuk berbeda dengan garis partai. Saya meyakini PAN adalah partai tengah yaitu partai yang menjunjung tinggi keberagaman," tutup dia.

Wali oKta Bogor

Dikutip dari wikipedia.org Bima Arya Sugiarto lelaki kelahiran Bogor, Jawa Barat, 17 Desember 1972.

Ia adalah seorang politisi Indonesia.

Bima juga merupakan wali kota Bogor periode 2014-2019.

Bima lahir di Bogor pada 17 Desember 1972.

Bima merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Dia merupakan putra dari Toni Sugiarto, seorang pewira polisi.

Pendidikan

Bima menamatkan pendidikan SD di SDN Polisi IV, SMP di SMPN 1 Bogor, SMA di SMAN 1 Bogor.

Selanjutnya Bima lulus kuliah di Universitas Parahyangan dengan gelar sarjana hubungan internasional.

Bima lalu melanjutkan studinya di Monash University di Melbourne, Australia; dan Australian National University di Canberra, Australia.

Data Diri

Nama lengkap: Bima Arya Sugiarto
Panggilan: Bima
Tempat, tanggal lahir: Bogor, Jawa Barat, 17 Desember 1972
Kebangsaan: Indonesia

Partai politik: Partai Amanat Nasional

Istri: Yane Ardian

Anak
1. Kinaura Maisha Kenatra
2. Mahesha

Instargam: @bimaaryasugiarto

Pendidikan

1985: SDN Polisi 4 Bogor
1988: SMPN 1 Bogor
1991: SMAN 1 Bogor
1996: Sarjana Hubungan Internasional FISIP Unpar
1998: Master of Arts, Studi Pembangunan, Monash University Melbourne Australia
2006: Doktor Ilmu Politik, Australian National University Canberra Australia

Nonformal

2009: Workshop, Indonesian Future Leaders, Nanyang University Singapore
2008: Studi Banding, Sistem Pemilu dan Kepartaian, Islamabad, Karachi, Pakistan.
2008: Workshop, Indonesian Young Leaders, Tokyo, Jepang.
2012: Workshop, Pemimpin Politik se-Asia Tenggara, Centre for Democratic Institution Canberra

Karier

1998-2001: Dosen Fisip Universitas Parahyangan
2001-sekarang: Dosen Universitas Paramadina
2001-2002: Asisten Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Paramadina
2004-2006: Peneliti di Research School for Pasific and Asian Studies, Canberra.
2006-2010: Direktur Eksekutif Lead Intitute Paramadina
2007-2008: Konsultan di Partnership for Governance Reform, UNDP
2008-2010: Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia
2009-2010: Pemimpin Redaksi Majalah Rakyat Merdeka
2010-sekarang: Dosen Pasca Sarjana Universitas Paramadina
2010-sekarang: Komisaris Charta Politika Indonesia
2014-sekarang: Wali Kota Bogor

Organisasi dan Kepemimpinan

1992-1993: Wakil Ketua HIMAHI FISIP Unpar
1993-1994: Ketua Senat Fisip Unpar
1993-1995: Departemen Pemuda Paguyuban Bogoriensis
1998-2000: Direktur Eksekutif Solidaritas Masyarakat Anti Narkotika (SMART)
1998-2000: Wakil Sekretaris DPD PAN Kota Bandung
2002-2004: Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Australia
2009-2012: Ketua Umum Ikatan Alumni Smansa Bogor
2010-2015: Ketua PP Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP)
2010-2015: Ketua Dewan Pembina Gen A
2015-2020: Wakil Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional

Sumber berita: https://regional.kompas.com/read/2019/04/13/21111731/alasan-bima-arya-berani-dukung-jokowi-meski-beda-pilihan-dengan-pan.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved