Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

TRIBUNWIKI: Menginjak Usia 73 Tahun, Beberapa Kali Berganti Nama, Begini Sejarah Lahirnya TNI

TRIBUNWIKI: Menginjak Usia 73 Tahun, Beberapa Kali Berganti Nama, Begini Sejarah Lahirnya TNI

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Arif Fuddin Usman
kompas.com
Tentara Nasional Indonesia (TNI) 

Mayoritas daerah yang mendengar itu adalah Pulau Jawa. Sementara tidak semua Pulau Sumatra mendengar. Sumatra bagian timur dan Aceh tidak mendengarnya.

Pemakaman jenazah Brigjen TNI (Purn) Andi Sose dilakukan secara militer di Taman Makam Pahlawan (TMP) Panaikang, Makassar, Selasa (26/3/19) sore.
Pemakaman jenazah Brigjen TNI (Purn) Andi Sose dilakukan secara militer di Taman Makam Pahlawan (TMP) Panaikang, Makassar, Selasa (26/3/19) sore. (Sanovra/tribun-timur.com)

Walaupun tidak mendengar pemuda-pemuda di berbagai daerah Sumatra membentuk organisasi-organisasi yang kelak menjadi inti dari pembentukan tentara.

Pemuda Aceh mendirikan Angkatan Pemuda Indonesia (API), di Palembang terbentuk BKR, tetapi dengan nama yang lain yaitu Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) atau Badan Penjaga Keamanan Rakyat (BPKR).

Tentara Keamanan Rakyat

Menyerahnya Jepang kepada tentara sekutu menyebabkan kedatangan tentara Inggris ke Indonesia yang dimanfaatkan oleh tentara Belanda untuk kembali ke Indonesia. Situasi ini menjadi mulai tidak aman.

Oleh karena itu pada tanggal 5 Oktober 1945, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan maklumat pembentukan tentara kebangsaan yang diberi nama Tentara Keamanan Rakyat.

Pemerintah memanggil bekas Mayor KNIL Oerip Soemohardjo ke Jakarta.

Baca: Viral Video Dukung Suhartina Bohari, Warga Maros: Waktunya Ada Orang Maros duduk di Senayan

Baca: Foto Apresiasi Warga Ikut Pemilih, Phinisi Hospitality Indonesia Gelar Promo Nyoblos Ki

Wakil Presiden Dr (HC) Drs Mohammad Hatta mengangkatnya menjadi Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal dan diberi tugas untuk membentuk tentara.

Pada waktu itu Markas Tertinggi TKR berada di Yogyakarta.

Presiden Soekarno pada tanggal 6 Oktober 1945, mengangkat Suprijadi, seorang tokoh pemberontakan PETA di Blitar untuk menjadi Menteri Keamanan Rakyat dan Pemimpin Tertinggi TKR.

Inspektur Kodam (Irdam) XIV Hasanuddin, Kolonel Inf Bahram, menutup pelaksanaan Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-104 Kodim 1419 Enrekang di Desa Tungka, Kecamatan Enrekang, Rabu (27/3/2019).
Inspektur Kodam (Irdam) XIV Hasanuddin, Kolonel Inf Bahram, menutup pelaksanaan Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-104 Kodim 1419 Enrekang di Desa Tungka, Kecamatan Enrekang, Rabu (27/3/2019). (Muh Asiz Albar)

Akan tetapi dia tidak pernah muncul sampai awal November 1945, sehingga TKR tidak mempunyai pimpinan tertinggi.

Untuk mengatasi hal ini, maka pada tanggal 12 November 1945 diadakan Konferensi TKR di Yogyakarta dipimpin oleh Kepala Staf Umum TKR Letnan Jenderal Oerip Sumohardjo.

Hasil konferensi itu adalah terpilihnya Kolonel Soedirman sebagai Pimpinan Tertinggi TKR.

Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 18 Desember 1945 mengangkat resmi Kolonel Soedirman menjadi Panglima Besar TKR, dengan pangkat Jenderal.

Menjadi Tentara Keselamatan Rakyat

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved