OPINI - Partisipan Mitra dan Pengamat
Televisi berulang-ulang menayangkan kampanye terbuka capres dan cawapres (awal April 2019) yang dihadiri ratusan ribu rakyat (massa)
Oleh Anwar Arifin AndiPate
Guru Besar Ilmu Komunikasi
TELEVISI berulang-ulang menayangkan kampanye terbuka capres dan cawapres (awal April 2019) yang dihadiri ratusan ribu rakyat (massa). Kebanyakan yang datang bukan politisi, melainkan adalah ‘partisipan politik’ yang datang secara sukarela atau digerakkan tim-sukses. Keterlibatan rakyat itu merupakan reaksi politik sebagai salah satu bentuk efek sosialisai politik dan komunikasi politik.
Partisipasi politik itu dapat juga dipandang sebagai tindakan politik yang dapat diamati polanya untuk dibuat prediksi pada hari pemungutan suara Pemilu Serentak 17 April 2019. Selaku ilmuwan yang terlibat juga sebagai politisi (1998-2019) menemukan, adanya dua tipe ‘partisipan politik’ yaitu partisipan mitra dan partisipan pengamat.
Pada umumnya partisipan mitra adalah aktivis atau orang–orang muda yang ingin menjadi politisi, dengan melibatkan diri dalam kegiatan politik sebagai ‘mitra politisi’. Mereka juga khalayak media yang aktif dalam politik praktis, karena mungkin diberi tugas dan fungsi semacam ‘tim-sukses’ oleh politikus.
Sedangkan [artisipan pengamat pada umumnya kalangan akademisi yang memiliki minat, pengetahuan, dan kompetensi, serta rajin mengikuti perkembangan politik secara kritis, sebagai khalayak media. Mereka juga sering menyatakan pendapat secara terbuka melalui media, tetapi tidak mau terlibat dalam kegiatan politik praktis.
Pada umumnya partispan mitra tampil sebagai partisipan ‘atentif’yaitu aktif. Bukan saja memerhatikan pesan politik, tetapi juga menanggapi pesan itu dengan melakukan dialog dengan para politisi.
Partisipan mitra juga aktif menggalang massa dengan melakukan pendekatan kepada rakyat melalui komunikasi dialogis, terutama dengan para ‘pemimpin pendapat’ (opinion leader). Bahkan ia sering juga berperan sebagai komunikator efektif, terutama untuk membentuk citra dan opini publik bagi politisi mitranya.
Setelah berpengalaman sebagai partisipan mitra, ia mengembangkan diri menjadi politisi dengan menjadi anggota partai politik. Bahkan dalam Pemilu 2019 muncul strategi baru para politisi level nasional, membiayai dan menjadikan beberapa partisipan mitra-nya menjadi caleg DPRD provinsi dan/atau DPRD kabupaten/kota sebagai mitra dalam berkampanye dan menggalang suara rakyat untuk memenangi pemilu.
Dalam kepustakaan ilmu politik, memang dikenal ‘rumus manusia politik’ dari Harold D Laswell yaitu Politik: pld) = P. Artinya, pribadi (p) ditansformasikan (1) dan dipindahkan (d) ke gelanggang politik. Kemudian dirasionalkan (r) menurut kepentingan publik dan/atau nilai komunitas yang diterima secara luas.
Artinya faktor ‘kepribadian individu’ menentukan perilakunya di gelanggang politik untuk memengaruhi keputusan politik. Perilaku itu mencakup tindakan memberikan suara dalam Pemilu. Kegiatan partisipan politik itu sangat menentukan suksesnya Pemilu, terutama dalam meningkatkan partisipasi rakyat yang dalam Pemilu serentak 2019 ini ditargetkan KPU naik menjadi 77,5% dari 75% tahun 2014 dan 70,90% tahun 2009. (*)
Catatan: tulisan ini telah terbit di Tribun Timur edisi cetak, Rabu (11/04/2019)