Ini Kisah Wanita Lanjut Usia Pembuat Nisan di Takalar
Nursiah adalah satu-satunya lansia wanita pengerajin pot dan nisan berbahan semen di sepanjang jalan Poros Takalar-Jeneponto.
Penulis: Muh Syahrul Padli | Editor: Imam Wahyudi
"Pembeli tidak tentu. Kadang empat hari baru ada yang laku. Kadang satu Minggu tidak laku satu pun. Prinsip saya, biar saja keuntungan tak seberapa yang penting laku," jelasnya.
Nursiah kemudian menunjuk beberapa harga barang kreasi buatannya. Pot ukuran sedang harganya 65.000, ukuran paling kecil 30.000 rupiah.
"Kalau nisan harganya sedikit lebih mahal dari harga pot karena perlu besi untuk rangkanya," jelas Nursiah.
Nursiah mengaku telah mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Namun untuk bantuan bedah rumah, ia tak masuk kategori penerima karena lahan tempat tinggalnya milik orang lain.
Meski demikian, beras untuk keluarga prasejahtera telah ia dapat. Walau ia tetap harus pintar-pintar mengakalinya agar cukup menopang kebutuhannya.
"Kalau kebetulan tidak dapat pembeli pot atau nisan, terpaksa kami memetik kangkung lalu dijadikan lauk. Kalau beras yang tinggal sedikit, kami bikin bubur agar cukup," tambah Nursiah.
Dengan segala keterbatasan, Nursiah dan keluarganya berharap tetap dapat hidup melalui usaha sendiri.
"Bisa dibilang, kami hidup dengan mengolah semen dan pasir. Kami selalu berusaha bersyukur atas apa yang kami punya," tutup Nursiah.
Laporan Wartawan TribunTakalar.com, @syahrul_padli