Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hoaks Marak di WhatsApp Jelang Pilpres 2019, Ternyata Penyebarnya Kebanyakan "Emak-emak"

Hoaks marak di WhatsApp jelang Pilpres 2019, penyebarnya kebanyakan "emak-emak" . Duh, "emak-emak" banyak nyebar

Editor: Edi Sumardi
KOMPAS.COM
Ilustrasi hoaks terkait Pilpres 2019. 

Banyak Dilakukan 'Emak-emak'

Hoaks atau berita bohong makin marak menjelang Pilpres.

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI baru saja merilis temuan 130 hoaks politik sepanjang Januari hingga Maret 2019.

Hoaks politik antara lain berupa kabar bohong yang menyerang pasangan calon presiden dan wakil presiden, partai politik peserta Pemilu, maupun penyelenggara Pemilu.

Pelaksana Tugas Kepala Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu, memperkirakan April 2019 ini peredaran hoaks akan meningkat.

"Berharap sih tidak, tapi inilah fakta yang tidak bisa kita pungkiri," katanya.

Menurut Ferdinandus berdasarkan pengamatan Kominfo melalui mesin AIS (mesin pengais konten negatif), kebanyakan yang dilaporkan menebar hoaks adalah ibu-ibu (emak-emak) melalui layanan pesan WhatsApp.

"Tantangan bagi kami, bagi negara, bagi Kominfo, adalah orang-orang tua, ibu-ibu, ketika mendapat informasi dari seseorang, kemudian mereka ikut menyebarkan. Mereka pikir apa yang diterima itu benar."

"Ini tantangan besar kami, terutama di grup-grup Whats App karena grup Whatts App sebenarnya kanal pribadi, kanal privat, private conversation, di mana kami baru terlibat aktif men-take down sebuah nomor WhatsApp setelah mendapat aduan dari masyarakat, melalui aduan konten baik melalui e-mail atau Twitter," papar Ferdinandus Setu.

Baca Ini, Cara Kerja Pembuat Berita Hoax Kelas Kakap, Ada Tentang Jokowi Juga
Ilustrasi hoaks. (FREEPIK)

Studi khusus yang telah dilakukan oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia ( Mafindo), kata Ferdinandus, menyebut hasil senada dengan mesin AIS Kominfo.

"Kaum ibu-ibu yang mendapatkan laporan masyarakat yang paling banyak, melalui aduan konten, bahwa merekalah yang paling banyak menyebarkan hoax melalui WhatsApp."

Untuk motivasi penyebaran hoaks politik, kata Ferdinandus, terkait pilihan politik.

"Walaupun dia kadang-kadang tahu itu hoaks, itu dia tetap sebarkan karena menguntungkan jagoan-jagoan dalam konstestasi pemilu. Ini temuan kita hasil dari mesin kita."

Kominfo menurutnya berupaya menangkal hoaks dengan tiga cara.

"Selain pemblokiran, melalui mesin AIS yang bekerja 24 jam, tujuh hari seminggu, didukung seratusan verifikator, lalu penegakan hukum kerja sama dengan Mabes Polri.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved