Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sindir Jokowi, Fahri Hamzah: Pak Presiden, Menyerahlah! Bapak Sudah Terkepung, Waktu Sudah Habis

Sindir Jokowi, Fahri Hamzah: Pak Presiden, Menyerahlah! Bapak Sudah Terkepung, Waktu Sudah Habis

Editor: Ilham Arsyam
tribunnews
Fahri Hamzah dan Jokowi 

Sementara, di kultwit-nya hari ini, Fahri Hamzah melontarkan puja-puji kepada Prabowo Subianto.

"Susah kalau jenderal gak pernah ke Medan perang...jadi pengecut...beraninya perang intelijen memakai fasilitas negara... Kata Mereka bikin perang total...ya perang memakai aparatur negara untuk melumpuhkan lawan dari belakang... waspada kawan2 tetap fokus ke depan..," tulisnya.

"Kalau Prabowo itu jenderal tempur, ia terjun ke Medan perang, terjun beneran pakai parasut...pertaruhkan nyawa, kata prajuritnya, “..dia kan mantu presiden, sebenarnya bisa menghindar...dia gak mau...dia turun ke battle pertaruhkan nyawa...” maka dia ksatria...," sambungnya.

Sebelumnya, Centre for Strategic and International Studies (CSIS) merilis hasil survei nasional elektabilitas pasangan capres dan cawapres jelang Pilpres 2019.

Berdasarkan hasil survei CSIS yang diikuti 1.960 responden dari 34 provinsi tersebut, pasangan Joko Widodo-Maruf Amin meraih elektabilitas 51,4 persen, unggul 18,1 persen dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang meraih 33,3 persen.

“Sementara yang belum menentukan pilihan 1,2 persen dan tidak jawab atau rahasia sebesar 14,1 persen,” ujar peneliti CSIS Arya Fernandes, di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (28/3/2019).

Arya menjelaskan, 20 hari jelang Pilpres 2019, basis suara kedua paslon sudah sangat mantap pada pilihannya.

Di kubu Jokowi-Maruf Amin, sebanyak 84,4 persen pemilihnya menyatakan sudah sangat mantap pada pilihannya, sedangkan 15,6 persen masih ragu-ragu atau masih bisa berpindah.

Di kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sebanyak 81,3 persen pemilihnya menyatakan sangat mantap, dan 18,7 persen lainnya masih bisa berpindah.

“Sehingga kemungkinan adanya migrasi suara dari satu paslon ke paslon lain dalam jumlah besar sulit terwujud,” jelas Arya.

Survei yang dilaksanakan pada 15-22 Maret 2019 itu menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error sekitar 2,21 persen, dan tingkat kepercayaan 95 persen.

“Dalam melaksanakan survei kami lakukan dengan pertemuan tatap muka langsung dan mengajukan kuesioner, jadi bukan survei internet atau telepon,” ungkapnya.

“Survei ini juga didanai secara mandiri dari Yayasan CSIS,” sambungnya.

Anggap Sampah

Sebelumnya, Fadli Zon, anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, tidak ambil pusing soal hasil survei Charta Politika.

Teranyar, hasil survei Charta Politika menempatkan pasangan Jokowi-Maruf Amin unggul 53,6 persen dari pasangan Prabowo-Sandi yang hanya 35,4 persen.

Menurut Fadli Zon, lembaga survei Charta Politika tidak memiliki kredibilitas dalam menggelar survei, karena tidak menyatakan diri independen.

Baca: Prabowo Subianto Buka-bukaan Sebut Nama Menteri di Kabinetnya Jika Terpilih,Ada yang Lulusan Harvard

"Ya survei-survei itu seperti saya sering katakan itu tak kredibel. Mereka itu merupakan klien dan punya hubungan dengan paslon, kecuali mereka mengatakan independen,' ujar Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/3/2019).

Lembaga survei yang merangkap menjadi konsultan politik salah satu pasangan calon tersebut, menurut Fadli Zon, dapat menjadi predator demokrasi.

"Jadi mereka dibayar menjadi konsultan politik, dan yang dikerjakan itu adalah survei. Jadi survei ini satu manipulasi, karena mereka bekerja untuk keuntungan, bukan bekerja secara independen," paparnya.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved