Asa Merajut Listrik hingga ke Pelosok
SPV Mapping Area Pinrang Aprizal Arif A, bangun lebih pagi dari biasanya karena tugasnya pada hari itu akan terasa sangat panjang.
TRIBUN-TIMUR.COM - Pagi itu terasa berbeda, SPV Mapping Area Pinrang Aprizal Arif A, bangun lebih pagi dari biasanya karena tugasnya pada hari itu akan terasa sangat panjang.
Setelah sholat subuh dan meminum secangkir teh, Ical (26 tahun) panggilan akrabnya, mengenakan rompi dan membawa sebuah helm safety untuk berangkat ke lapangan.
Setelah seluruh perlengkapan dan perbekalan siap, Ical bergegas untuk bertolak ke lokasi desa yang jaraknya cukup jauh dari Kabupaten Pinrang.
Sebagai petugas lapangan dan amanah yang diemban untuk melistriki salah satu desa terpelosok, Ical bersama rekan-rekan kerjanya menjalankan sebuah amanah yaitu membangun infrastruktur ketenagalistrikan di Dusun Bonne, Desa Ulusaddang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang.
Proses pekerjaan diawali dengan mobilisasi tiang untuk dipancang di Dusun Bonne.
Bukan jalan mulus yang dilalui, tetapi rute ke dermaga Salimbongan dengan mendaki yang ditempuh selama 1,5 jam dari Kabupaten Pinrang lalu kemudian menyebrang menggunakan perahu kayu selama 45 menit ke Dusun Bonne.
Perjalanan ke dermaga Salimbongan sendiri terbilang cukup berat karena jalan mendaki dan berbatu apalagi saat musim hujan kendaraan roda empat cukup sulit untuk mencapai daerah tersebut.
Sesampainya di dermaga Salimbongan, Ical bersama petugas PLN dari Unit Pelayangan Pelanggan Pinrang beserta masyarakat di lapangan bergegas mengangkut tiang seberat 400 kilogram untuk dimuat di dalam perahu kayu kecil dengan kapasitas dua orang.
Satu buah perahu hanya bisa memuat 1 tiang dan 2 orang.
Dikarenakan musim hujan, memang untuk memobilisasi tiang harus menggunakan perahu kayu untuk dimuat menyeberang Sungai Saddang.
Butuh waktu 45 menit untuk menyebrang ke dusun Bonne dengan jalur sungai.
Tiang tersebut diangkut satu persatu dari total keseluruhan 60 tiang yang harus diangkut melalui jalur sungai.
Sedangkan 58 tiang diangkut melalui jalur darat yang medannya terbilang cukup berat apalagi saat musim hujan.
"Seringkali perahu kandas karena ada beberapa bagian yang dangkal, nah kalau terjadi seperti itu kami harus turun dari perahu untuk mendorong manual," jelas Ical.
"Selain itu arus air juga berlawanan dengan arah datangnya perahu," tambah Ical.
