Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Fakta Baru Pembunuhan Siti Zulaeha: Bukti Video Call, Meja Korban, hingga Pengakuan Suami Almarhumah

Sederet fakta baru terungkap dari pernyataan salah satu saksi soal Video Call hingga pengakuan suami almarhumah, Sukri.

Editor: Sakinah Sudin
HO/ Dok Pribadi
Fakta Baru Pembunuhan Siti Zulaeha: Bukti Video Call, Meja Korban, hingga Pengakuan Suami Almarhumah 

Fakta Baru Pembunuhan Siti Zulaeha: Bukti Video Call, Meja Korban, hingga Pengakuan Suami Almarhumah

TRIBUN-TIMUR.COM, SUNGGUMINASA - Kasus Pembunuhan karyawati UNM Siti Zulaeha Djafar oleh Dosen UNM Kota Makasar Dr Wahyu Jayadi terus bergulir.

Sampai sejauh ini, motif pembunuhan Siti Zulaeha (40) oleh rekan kerjanya di UNM, Dr Wahyu Jayadi masih sebatas gegara harga diri dan emosi.

Motif Wahyu Jayadi membunuh Siti Zulaeha, staf Sub Bagian Rumah Tangga UNM, diketahui usai tes kejiwaan RS Bhayangkara Makassar, Selasa (26/3/2019).

Empat Hari di Polres Gowa, Wahyu Jayadi Tempati Ruangan ber-AC, Makan 3 Kali Sehari

Namun, sederet fakta baru terungkap dari pernyataan salah satu saksi soal Video Call hingga pengakuan suami almarhumah, Sukri.

Berikut Fakta Baru kasus Wahyu Jayadi bunuh Siti Zulaeha:

1. Riwayat Video Call

Tapi, fakta lain selain motivasi Wahyu Jayadi membunuh Siti Zulaeha karena harga diri dan emosi setelah ditampar, ternyata adalah riwayat aktivitas dari handphone pelaku.

Salah satu saksi yang enggan disebutkan namanya, mengatakan ada riwayat panggilan di handphone tersangka yakni beberapa daftar Video Call antara korban dan pelaku.

"Daftar riwayat Video Call akun WhatsApp yang ada dalam handphone tersangka ini lupa dihapus, saya kemarin melihat itu," ungkap sumber TRIBUN-TIMUR.COM, Rabu (27/3/2019).

Sumber Video Call mengungkapkan, sesudah Wahyu Jayadi ditangkap, sumber Video Call sempat menahan handphone tersangka, lalu mengecek adakah percakapan antara korban dan tersangka.

"Tidak ada percakapan dalam handphone tersangka, tapi saat dicek panggilan masuk dan keluar, ada riwayat Video Call. Bahkan lebih dari 10 Video Call," ujar sumber TRIBUN-TIMUR.COM tersebut.

Sumber Video Call tidak melihat jelas, tanggal berapa dan jam berapa tersangka dengan korban saling Video Call. Tapi dipastikan, korban dan tersangka sering lakukan itu.

Menurutnya, seharusnya penyidik yang menamgani kasus ini yaitu tim penyidik Polres Gowa harus mendalami maksud Video Call antara tersangka dan korban.

"Harusnya penyidik dalami ini, saya kira handphone tersangka sudah diamankan. Bahkan handphone milik korban juga ada ditangan penyidik Polres Gowa," jelasnya.

2. Meja Siti Zulaeha

Penyidik Polres Gowa yang menangani kasus pembunuhan, staf pegawai UNM Siti Zulaeha Djafar belum memeriksa meja kerja korban.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Subag Rumah Tangga UNM, Amiruddin (55) saat ditemui di gedung Pinisi, Jl AP Pettarani, Kota Makassar, Selasa (26/3/2019) siang.

"Belum ada polisi yang datang memeriksa meja almarhumah Pak," ungkap Amiruddin kepada tribun, di ruang kerja Siti Zulaeha di lantai 4 gedung Phinisi, Subag Rumah Tangga.

Sambil menunjuk meja kerja almarhumah Siti, Amiruddin mengaku sejak diketahui Siti Zulaeha meninggal, meja korban tidak berani disentuh sebelum datang penyidik.

"Sebelum datang penyidik bahkan sampai sekarang tidak ada polisi yang datang, kita juga tidak berani pegang meja almarhumah takutnya ada sidik jari," lanjut Amiruddin.

Di atas meja almarhumah tersebut, terlihat ada satu unit komputer, satu unit printer, beberapa tumpukan berkas, jaket merah, dan juga beberapa tiket pesawat Lion Air.

"Almarhumah memang bertugas mengurus tiket pemberangkatan, kalau tidak salah itu tiket Lion untuk pemberangkatan pimpinan ke luar daerah," tambah Amiruddin.

Sementara itu ruang kerja tersangka, Dr Wahyu Jayadi yang merupakan dosen FIK UNM, berada di lantai 2 Bagian Unit Pelaksana Teknis (UPT) tertutup rapat-rapat.

3. Pengakuan Suami Siti Zulaeha

Polres Gowa terus melakukan pendalaman terkait kasus pembunuhan Siti Zulaeha Djafar (40) pegawai kampus Universitas Negeri Makassar.

Kali ini suami Siti Zulaeha Djafar, yakni Sukri Tenri Gau diperiksa penyidik Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Gowa, Rabu (27/3/2019).

Kasubag Humas Polres Gowa, AKP Mangatas Tambunan mengatakan, Sukri dimintai keterangan selama tiga jam 30 menit, sejak pukul 11:00 Wita hingga 14:30 Wita. Penyidik mengajukan 15 pertanyaan.

Suami Zulaeha Ikut Diperiksa Polisi, Bagaimana dengan Istri Wahyu Jayadi yang kini Menghilang?

Dari hasil pemeriksaan, kata Tambunan, Sukri menyampaikan tidak ada perubahan sikap yang terjadi pada istrinya belakangan ini.

Meski demikin, sambung Tambunan, Sukri mengaku sering mendapat keluh kesah dan curahan masalah yang disampaikan istrinya.

Korban Siti Zulaeha kerap bercerita terkait urusan pekerjaannya di kantor. Pekerjaan ini memiliki keterkaitan dengan Wahyu Jayadi.

Menurut Tambunan, Siti Zulaeha pernah terlibat dalam kepanitiaan bersama Wahyu Jayadi di kampus UNM.

"Korban dan tersangka masuk dalam kepanitiaan kegiatan proyek di kampus UNM untuk sertifikasi guru-guru SMA," kata Tambunan kepada Tribun Timur.

Perwira tiga balok ini melanjutkan, korban sering curhat kepada suami tentang pengadaan barang dalam kepanitiaan ini. Wahyu Jayadi disebutkan sering puas dengan pekerjaannya.

Namun Tambunan tidak menceritakan secara gamblang mengenai bentuk masalah pekerjaan tersebut.

Hal ini juga belum disebutkan apakah memiliki kaitan dengan pembunuhan yang dilakukan Wahyu Jayadi.

Menurut Tambunan, motif pembunuhan serta ancaman hukuman bisa berkembang ke depan. Hasil pemeriksaan bisa mengubah persangkaan pasal yang dikenakan.

Wahyu Jayadi saat ini dikenakan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, dilapis pasal 351 ayat 3 KUHP tentang penganiyaan berat menimbulkan kematian.

"Penyidikan masih terus berjalan. Motif atau pun ancaman hukuman bisa saja berubah," sambung Tambunan.

4. Sosok Siti Zulaeha di Mata Suami

Suami Zulaeha, Sukri Tenri Gau memberikan keterangan usai diperiksa penyidik Satreskrim Polres Gowa.
Suami Zulaeha, Sukri Tenri Gau memberikan keterangan usai diperiksa penyidik Satreskrim Polres Gowa. (Ari Maryadi Tribun Gowa)

M Sukri juga berkisah soal mendiang istrinya, Siti Zulaeha Djafar. Di mata Sukri, Zulaeha merupakan sosok dengan memiliki karakter tegas dan teguh pendiriannya.

"Almarhum keras pendirian. Teguh prinsip ke siapa pun. Dia akan melawan kalau tidak sesuai dengan prinsip itu," kenang Sukri saat dikonfirmasi di Halaman Mapolres Gowa, Rabu (27/3/2019).

Sukri mengaku masih tak percaya istrinya tercinta meninggal dunia dengan cara yang tragis. Apalagi dibunuh oleh Wahyu Jayadi, rekan kerjanya di kampus Universitas Negeri Makassar (UNM).

Selama 14 tahun membina bahtera rumah tangga, Sukri mengaku tak pernah terlibat konflik dengan istrinya.

Ia dan istrinya selalu akrab dan mesra.

Nahas istri yang ia cintai telah tiada usai dibunuh oleh Wahyu Jayadi.

Kesedihannya kian mendalam, sebab pelaku pembunuhan ini adalah teman dekat istirnya.

"Pelaku dengan almarhumah ini teman kantor, tetangga, ikatan persaudaraannya sangat kental," kata Sukri.

"Kalau bisa dibilang apa yang saya makan di rumah, bisa dia makan. Di rumahnya juga, tidak ada batas," sambung Sukri.

Ayah tiga anak ini kini mesti membesarkan anak-anaknya seorang diri tanpa Zulaeha.

Ia berharap aparat kepolisian selaku penegak hukum bisa mengungkap dengan jelas motif pembunuhan yang dilakukan Wahyu Jayadi ini.

Menurutnya, Wahyu Jayadi mesti diberi hukuman setimpal untuk bisa mengobati luka keluarganya.

"Saya mengharapkan kepolisian mengusut tuntas motif pembunuhan sebetulnya. Kita tidak mau ada ganjalan di hati," katanya.

"Meski dengan pengungkapan apapun hukuman yang diberikan tidak akan pernah mengobati rasa sakit hati keluarga besar kami,” ujarnya.

“Namun dengan proses peradilan ini, mudah-mudahan bisa mengurangi sakit bagi keluarga besar kami," tandasnya.

Diketahui, Sukri dimintai keterangan oleh penyidik Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Gowa.

Ia diperiksa untuk pendalaman terkait hubungan korban dengan pelaku, serta bagaimana karakter korban selama ini.

Suami Siti Zulaeha, Sukri, berharap polisi mengungkap tuntas kasus ini.

"Keadilan tidak mengembalikan istri saya tapi bisa mengurangi rasa sakit hati keluarga kami," kata suami Siti Zulaeha, Sukri, usai pemeriksaan.

Kasus Pembunuhan Siti Zulaeha

Diketahui, Siti Zulaeha ditemukan tewas, Jumat (22/3) pagi, di Pattallassang, Gowa. Sedangkan Dr. Wahyu baru diamankan tim Resmob Polda Sulsel, pada sore harinya.

Informasi yang dihimpun, Wahyu Jayadi sempat berniat melarikan diri saat diamankan tim Reamob di RS Bhayangkara. Terbukti dari foto dan ungkapan sumber dari kepolisian.

Terpisah, kata Kepala Rumah Sakit atau Karumkit Bhayangkara Kombes Pol dr Farid Amansyah tersangka melakukan perbuatannya karena korban menamparnya hingga tersangka emosi.

"Tersangka jawab dengan baik, jadi motif tersangka karena tersinggung dan harga diri," ungkap dr Farid saat dikonfirmasi tribun timur.com, Rabu (27/3/2019) sore.

Kombes Farid enggan menjelaskan secara detail hasil pemeriksaan tersangka, karena menurutnya ini adalah rahasia medis seseorang yang dijamin Undang Undang (UU).

"Tentunya, kerahasiaannya dijamin dengan undang-undang. Kecuali atas permintaan hakim pengadilan atau pro justisia baru bisa untuk sampaikan," ujar dr Farid.

Pagi-pagi Cari Gunting Kuku

Dr Wahyu Jayadi, tersangka pembunuh Siti Zulaeha, disebut sempat mencari gunting kuku pada Jumat (22/3/2019) pagi, sebelum korban ditemukan.

"Pagi-pagi sempat ia (Wahyu) cari gunting kuku," ujar salah satu staf pegawai UNM yang enggan disebut namanya, saat ditemui di gedung Phinisi UNM, Selasa (26/3/2019).

Kata saksi, pagi-pagi sekitar pukul 06.00 Wita, Wahyu Jayadi sempat mencari gunting kuku di sekitaran basement parkir gedung Pinisi.

"Tapi karena tidak ada, yang bersangkutan langsung mencari di luar. Katanya mau beli di kios, tidak tahu gunting kuku itu untuk apa," jelas saksi kepada tribun timur.com.

Mayat Zulaeha, staf pegawai Bagian Rumah Tangga UNM, ditemukan warga Jl Pattallassang, Gowa, tepat depan Gudang Perumahan Zarindah, Japing, Gowa, sekitar pukul 09.30 Wita.

Salah satu pegawai UNM, Alamsyah (42) memberikan keterangan jika Wahyu Jayadi menginap di mobilnya yang terparkir pada lantai dasar gedung Phinisi, Jl AP Pettarani, Makassar.

"Jadi pagi itu saya lihat mobilnya parkir di parkiran bawah, ternyata ada Pak Wahyu Jayadi, jadi langsung saya pukul mobil dan dia kaget, katanya sakit giginya," ungkapnya.

Saat Alamsyah membangunkan Wahyu Jayadi sekitar pukul 08.20 Wita, saat belum ada info terkait penemuan mayat Siti Zulaeha di Pattallassang, Kabupaten Gowa.

Alamsyah sempat ke lantai 10 gedung Phinisi lalu ke lantai 4 untuk merokok. Tapi saat itu, Alamsyah bertemu lagi dengan Wahyu Jayadi yang mengeluh badannya sakit.

"Di situ dia (Wahyu) bilang sakit semua itu badannya. Dia panggil petugas kebersihan untuk pijit. Nah, tidak lama fotonya almarhumah masuk di whatsapp-nya," jelas Alamsyah.

Disitu, Wahyu dan Alamsyah yang sempat melihat isi pesan itu kaget, karena nomor plat mobil korban dan juga foto jenazah tersebar di akun sosial media (Sosmed).

"Dari situ kita langsung ke ruang kerjanya ibu Sula (nama akrab korban di UNM) agar mencari infonya, di situ kami tidak terlalu perhatikan Pak Wahyu Jayadi," ujar Alamsyah.

(TRIBUN-TIMUR.COM/ DARUL AMRI LOBUBUN/ MUSLIMIN EMBA)

Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:

Follow juga Instagram Tribun Timur:

(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved