Mau Mengajar di Luar Negeri? Ini Tips dari Penerima Beasiswa Amerika
Fitrah saat ini sedang berada di Washington DC, Amerika Serikat, mengikuti program beasiswa bernama Fulbright Foreign Language Teaching Assistant.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Mendapat beasiswa pendidikan di luar negeri tentu menjadi impian banyak orang.
Namun, untuk mendapatkan itu, tak semudah dengan mendapatkan beasiswa di dalam negeri, banyak hal yang harus dilalui calon penerima.
Terkadang, seleksi yang ketat membuat banyak calon gagal mendapat beasiswa. untuk itu, salah seorang penerima beasiswa, Andi Muhammad Fitrah (30), membagikan tips untuk para pemburu beasiswa luar negeri.
Fitrah saat ini sedang berada di Washington DC, Amerika Serikat, mengikuti program beasiswa bernama Fulbright Foreign Language Teaching Assistant.
Ia menjadi Asisten Dosen di Johns Hopkins University, SAIS, salah satu universitas terkemuka di dunia. Selain itu saya juga mengambil kuliah 2 semester tentang Language Studies dan American Studies.
Fitrah mengatakan, untuk memenangkan beasiswa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan para calon penerima.
Pertama, pelamar harus tahu kriteria yang diinginkan oleh penyedia beasiswa sebelum mendaftar.
"Seeprti beasiswa saya, karena ini untuk mengajar bahasa, tentunya pelamar sudah harus memliki pengalaman mengajar bahasa baik itu bahasa Inggris atau bahasa asing," ucapnya.
Kedua, menurut Fitrah, sangat penting untuk melakukan pendaftaran di awal, bahkan jika perlu berkas-berkas sudah harus disiapkan jauh sebelum pendaftaran dibuka.
"Mengapa? karena waktu pendaftaran yang diberikan sejak program ini dibuka sampai ditutup relatif sangat singkat. Kebanyakan para pelamar terkendala di situ karena persiapan berkas sampai tes Toefl itu membutuhkan waktu juga," ungkapnya.
"Sehingga banyak pelamar yang tidak lagi memeriksa aplikasinya dengan baik atau meluangkan waktu untuk mereview essay yang ditulis. Padahal kunci memenangkan beasiswa yang utama adalah pengisian aplikasi dan penulisan essay," tambahnya.
Menurut Fitrah, kedua hal ini butuh waktu untuk dipersiapkan dan jika terburu-buru maka dipastikan kualitas essay dan pengisian apikasinya akan kurang maksimal.
Lanjut Fitrah, ketiga, banyak pelamar yang cenderung melakukan tindakan plagiarisme untuk membuat essay-nya sempurna, padahal essay yang diinginkan oleh penyedia beasiswa adalah essay yang betul-betul original dan bukan hasil jiplakan.
Selain itu, penyedia beasiswa juga memiliki kemampuan untuk mendeteksi tindakan plagiarisme.
"Jadi tidak heran banyak pelamar yang menurutnya essaynya sudah sangat sempurna tapi tidak mendapat panggilan interview. Kemungkinan isi dari essaynya hasil jiplakan atau mungkin saja apa yang dituliskan dinilai tidak realistis oleh penyedia beasiswa atau para panelists," jelasnya.