Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

28 Tahun Merantau, Polisi Penjaga Percetakan Surat Suara di Makassar Rindu Makan Jalangkote

Mereka ditugaskan langsung dari Bareskrim Mabes Polri, Resimen Dua Pasukan Pelopor, Jakarta.

Penulis: Firki Arisandi | Editor: Suryana Anas
TRIBUN TIMUR/FIKRI ARISANDI
Bripka Baba Tiro, Polisi Penjaga Percetakan Surat Suara di Makassar 

TRIBUNBULUKUMBA.COM, UJUNG BULU - Dua pria dengan tatapan tajam, menyambut para tamu yang berkunjung di salah satu percetakan di Kota Makassar.

Dua pria itu telah berada di percetakan sejak Januari 2019 lalu.

Mereka punya hak penuh untuk melarang setiap orang yang hendak masuk kawasan percetakan, termasuk karyawan.

Baca: Suasana Penyortiran Surat Suara di Gudang KPU Barru

Baca: Pangdam Batalkan Kunjungan ke Enrekang

Baca: Delapan Sirine Peringatan Tsunami Diusulkan Dipasang di Pesisir Pantai Palu

Dialegnya khas Jawa, sedikit 'medok'. Tidak menggunakan "ki" ataupun kata "mi" di akhirnya katanya, seperti laiknya orang Makassar pada umumnya.

Mereka adalah Bripka Muksin dan Bripka Baba Tiro, penjaga percetakan surat suara Pemilu 2019.

Mereka ditugaskan langsung dari Bareskrim Mabes Polri, Resimen Dua Pasukan Pelopor, Jakarta.

Sore itu, di akhir pekan pertama Maret 2019, Reporter Tribun Timur sempat berbincang dengan Bripka Baba Tiro.

Meski dialegnya khas Jawa, ternyata Bripka Baba Tiro adalah orang Sulawesi Selatan (Sulsel) asli.

Dia lahir di Pangkajene Kepulauan alias Pangkep pada tahun 1968. Namun, kata dia, di ijazahnya tertulis 1970.

"Waktu SD (Sekolah Dasar), guru saya salah tulis. Jadi semua identitas berubah jadi 1970," katanya.

Di Pangkep, Baba Tiro mengaku menghabiskan masa kecilnya di Jl Pramuka (Sekarang Jl Fadeli Luran), di Kelurahan Minasa Te'ne.

Ia bersekolah di Pangkep hingga tingkat SMA. Tercatat sebagai alumnus SD Negeri 17 Langnga-langnga, SMP 1 Pangkep, dan SMEA Negeri Bunguro.

Dialeg Jawanya kental, karena telah tinggal di Tanah Jawa sedari tahun 1991, atau sekitar 28 tahun lalu. Sejak lulus Tamtama Polri.

Di Jawa, kata dia, justru dirinya dianggap berasal dari Aceh, karena memiliki kata "Tiro" di namanya.

"Jadi sejak lulus jadi prajurit tahun 1991, saya langsung bertugas di Jawa, dan hingga saat ini," jelasnya.

Rindu Makan Jalangkote

Sejak berada di Kota Makassar, Bripka Baba Tiro mengaku menerima banyak kunjungan.

Baik dari keluarganya, hingga dari teman seangkatannya, yang telah pindah tugas ke Makassar.

Tugasnya di Makassar kali ini bak pulang kampung, meski tak sampai di kampung halamannya, Pangkep.

Meski banyak dikunjungi kerabat, Baba Tiro tak dapat mengobrol terlalu lama.

Karena dirinya harus fokus menjaga proses percetakan surat suara pemilu 2019.

"Tapi bersyukur bisa kembali ke Makassar lagi. Meskipun hanya tugas sementara," katanya.

Makanan yang paling ia rindukan di Sulsel adalah Jalangkote.

Kerinduannya dengan makanan tradisional Makassar itu, akhirnya bisa dilampiaskan.

Setelah kerabatnya datang membawa Jalangkote, beberapa waktu lalu.

"Keluarga sudah datang bawakan Jalangkote. Beda memang airnya, itu yang tidak ada samanya di Jawa," kata Baba Tiro. (TribunBulukumba.com)

Laporan Wartawan Tribun Timur, @arisandifirki

Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :

Jangan Lupa Follow akun Instagram Tribun Timur:

Ar

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved