Revolusi Digital 4.0, Priska Adnan: Perempuan Dituntut untuk Multitasking
"Mari bersyukur menjadi seorang perempuan. Perempuan itu unik, kita dianugerahi banyak potensi untuk berkontribusi," kata Priska, Kamis (14/3/2019).
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Hasrul
TRIBUN-TIMUR.COM, SUNGGUMINASA - Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gowa, Priska Paramita Adnan mengatakan, perempuan adalah tokoh utama dalam mendidik generasi-generasi selanjutnya.
Untuk itu, kata Priska, seorang perempuan harus selalu belajar di era revolusi digital 4.0 ini. Sebab perempuan dituntut untuk bisa multitasking (tugas ganda).
"Mari bersyukur menjadi seorang perempuan. Perempuan itu unik, kita dianugerahi banyak potensi untuk berkontribusi," kata Priska, Kamis (14/3/2019).
Baca: Amdal Bendungan Jenelata Gowa Rampung, Desain Segera Menyusul
Baca: Cucu Wapres Mohammad Hatta Berani Komentari Prabowo Soal Koruptor, Kok Bahasa Keras?Cek Identitasnya
Priska mengatakan, perempuan itu memiliki banyak keahlian. Potensinya bisa dikembangkan.
"Kerajinan dan talenta bisa diasah lagi dalam mencari jenis-jenis pekerjaan yang dapat mendorong faktor ekonominya," kata Priska.
Menurut Priska, perempuan mesti pandai bermedia sosial untuk memasarkan barang-barang atau kerajinan keterampilan yang mereka buat.
"Harus punya daya juang yang tinggi dan mau mendengarkan saran maupun belajar dari orang lain. Makanya perempuan itu sangat perlu jadi multitasking," sambung Priska.
Priska menilai, perempuan mesti selalu percaya diri akan kemampuan yang dimiliki. Hal ini juga, kata Priska, menjadi langkah-langkah bagi TP PKK Gowa dalam mendukung upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan di Gowa.
Priska mencontohkan, dalam kasus human traficking (perdagangan orang) jika ada bujukan-bujukan dan janji-janji manis dari penyalur tenaga kerja.
"Perempuan bisa berpikir dua kali, karena di daerahnya sendiri banyak pekerjaan-pekerjaan yang bisa mereka lakukan," kata Priska.
Priska mengatakan selama ini peran TP PKK di Gowa cukup berkesinambungan. Untuk di kelembagaan PKK Gowa, ada kader PKDRT (Pencegahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga) yang bekerjasama dengan tokoh masyarakat.
"Jadi kader PKDRT itu menjelaskan baik dari segi hukum maupun agama bahwa kekerasan sangatlah dibenci oleh Allah SWT. Dari norma adat istiadat pun juga dengan menggandeng tokoh masyarakat," tandas Priska.
"Sehingga pada waktu terjadi tindak kekerasan, kader PKDRT desa sebagai lini pertama yang berfungsi sebagai penengah dan komunikator antara dua belah pihak yang berselisih untuk kemudian diselesaikan baik itu secara kekeluargaan maupun berlanjut ke P2TP2A," sambung Priska.
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ari Maryadi
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :
Jangan Lupa Follow akun Instagram Tribun Timur: