Pasca Gempa, 90 Persen Warga Karawana Sigi Menganggur
Rusaknya tanggul irigasi Gumbasa menjadi persoalan besar bagi Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Penulis: abdul humul faaiz | Editor: Suryana Anas
TRIBUNPALU.COM, SIGI - Rusaknya tanggul irigasi Gumbasa menjadi persoalan besar bagi Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Khususnya beberapa kecamatan yang dilaui oleh aliran Sungai Gumbasa.
Desa Karawana salah satunya. Warga di desa itu 90 persen ialah bekerja sebagai petani.
Baca: Lima Bulan Pasca Bencana, Mahasiswa IAIN Palu Masih Belajar di Kelas Darurat
Baca: RESMI!Pemerintah Buka Rekrutmen CPNS di Papua Barat, Login di sscn.bkn.go.id,Bagaimana dengan Papua?
Baca: Tips Jitu WhatsApp, Cara Mudah Ciduk Orang-orang yang Sering Kepoin Profil Kamu
Hingga saat ini warga tak lagi menggarap sawah karena putusnya aliran sungai menuju desa itu.
"Otomatis warga menganggur, karena warga di sini selama ini hanya bergantung pada lahan pertanian sebagai sumber penghidupan," kata Kepala Desa Karawana, Abdul Rahman, Selasa (12/3/2019).
Kata Rahman, Kurang lebih 250 hektare lahan pertanian di desa itu mati total.
"Bayangkan berapa banyak masyarakat petani di desa ini harus kehilangan pekerjaan," katanya.
Apalagi ujar Rahman, bantuan logistik mulai barkurang.
Untungnya, baru-baru ini Warga Karawana mendapat bantuan dari Relawan untuk Orang dan Alam (RoA).
Mereka mempekerjakan 123 Warga Karawana selama 25 hari.
"Kebetulan hari sabtu kemarin berakhir," jelasnya.
"Jadi setelah itu kegiatan masyarakat tidak ada," tambahnya.
Rahman berharap agar pemerintah daerah bisa menemukan solusi tepat untuk memenuhi air di kecamatan yang terimbas, khususnya Desa Karawana.
"Kalau yang lain mungkin masyarakat bisa mengantisipasi, tapi masalah air ini yang agak sulit," keluhnya.
Selain persoalan air, Lahan pertanian Desa Karawana juga mengalami peurunan dan berombak seluas 50 hektare.
Ini juga menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah desa untuk perbaikan lahan.
Makanya kami berkonsultasi ke pemerintah daerah, apakah dana DD ini bisa kita alokasikan untuk perbaikan lahan sawah yang rusak, kalau memang ada regulasinya kenapa tidak," tukasnya.
Rahman berujar bahwa pemerintah desa pernah menolak bantuan Wahana Visi dalam bentuk pembibitan.
Bantuan berupa bibit jagung itu terpaksa ditolaknya karena tak ada air.
"Bagaimana kita mo terima itu bantuan sementara tidak dilaksanakan kan rugi juga," tandasnya.
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :