Dialog Akbar Gema NTT YPUP Makassar Hadirkan Asisten II
Dengan pembicara utama, GB Fakultas Hukum UMI Prof Dr Abd Rahman SH, MH Dr Antonius Ali Wutun, S Pd M Hum, dan Ir Stepanus Swardi Hiong.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Imam Wahyudi
Pemerintah daerah harus menyampaikan kepada pemerintah pusat untuk meninggkatkan alokasi anggaran untuk pendidikan dari 20 persen menjadi 35 persen.
Suasana semakin panas saat masuk pada sesi tanya jawab dari peserta dialog yang mengkritik kebijakan pemerintah.
“Penerapan nepotisme di NTT harus dihilangkan, perekrutan pegawai harus transparansi dan berkualitas,” kritik Yosep Teok.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ferdi Ojan salah satu peserta dialog.
“Berantas kemiskinan harus di sosialisasikan kepada masyarakat agar jangan malas. Pengawasan dalam pemberantasan KKN sehingga tidak terjadi kegagalan reformasi birokrasi," katanya.
Stephanus Swardi Hiong sebagai salah satu narasumber di aspek Ekonomi Politik di Nusa Tenggara Timur.
Dalam penyampaiaannya dikatakan bahwa “Kesejatraan rakyat dibutuhkan kolaborasi timbal balik antara ekonomi dan politik.
Pemerintahan yang baik seharusnya diukur dari, transparansi, partisipasi publik, memahami regulasi dan potensi jumlah penduduk.
Beberapa hal disampaikan Stephanus bahwa dalam meningkatkan perekonomian masyarakat pemerintah tidak boleh mengalihfungsikan sektor-sektor lain menjadi ladang pariwisata.
Adapun solusi yang ditawarkan untuk meningkatkan perekonomian di NTT adalah tingkatkan etos kerja, pemberdayaan sumber daya manusia, social of control untuk pemerintah, meningkatkan ekonomi kreatif, pengembangan teknologi harus diprioritaskan, pemerintah harus bersikap adil, jujur dan tidak provokatif.
Dari sudut pandang aspek sosial budaya Antonius Ali Wutun mengatakan bahwa transformasi Budaya lokal NTT dalam etos kerja sangat membangun NTT Maju.
Potensi sosial budaya di NTT melibatkan bahasa daerah, etos kerja, nilai kejujuran, nilai ketaatan, nilai kedisiplinan, nilai bekerja keras dan gotong royong.
Ketika potensi-potensi sosial budaya ditumbuhkembangkan dengan baik, maka akan menjunjung tinggi nilai sosial budaya secara kolektif.
Disamping itu sosial budaya juga mengangkat harkat dan martabat manusia pada prinsipnya.
“Solusi yang ditawarkan dalam dialog tersebut yakni; “Peningkatan pendidikan melalui bahasa daerah, penerapan pendidikan berkaraktek, pemerintah dan masyarakat harus berakselerasi demi konektifitas dari sosial budaya serta menyekolahkan anak-anak di luar NTT untuk memperoleh ilmu pendidikan berkualitas yang nantinya diimplementasikan kembali di NTT," tutupnya.
Laporan Wartawan Tribun Timur, Desi Triana Aswan/ @iniilul