Sejarah 12 Tahun Lalu, Tragedi Pesawat Milik BUMN Tewaskan 21 Penumpang, Ketum Muhammadiyah Nyaris!
Sejarah 12 Tahun Lalu, tragedi pesawat Milik BUMN Tewas kan 21 Penumpang, Ketum Muhammadiyah Nyaris!
Sebelum dipakai Garuda Indonesia pada 7 Oktober 2002, pesawat tersebut sudah dipakai oleh sejumlah maskapai penerbangan.
Hasil Penyelidikan KNKT
TribunKaltim.co mengutip Kompas.com, hasil penyelidikan yang dipublikasi oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebut B737 Garuda Indonesia melakukan approach yang terlalu tajam.
Approach adalah fase dalam pendaratan saat pesawat mengarah mendekat dan turun mendarat di runway.
Normalnya, approach yang stabil adalah dalam batas toleransi ketinggian dan kecepatan, serta batas jalur luncur (glideslope).
Jalur luncur yang aman adalah dengan sudut kemiringan 3 derajat ke arah runway.
Di atas atau di bawah 3 derajat, approach dianggap tidak stabil.
Dalam kasus GA200, B737 tersebut mendarat dengan lintasan di atas glideslope karena posisinya masih terlalu tinggi sementara jarak ke landasan sudah dekat.

Pilot pesawat mencoba mengejar jalur luncur yang normal.
Tetapi, akibat vertical speed terlalu tinggi, pesawat menjadi sulit dikontrol saat roda hendak menyentuh landasan, akhirnya benturan keras terjadi dan pesawat terpental ke luar landasan.
Insiden yang merugikan
Insiden pesawat yang keluar landasan (disebut runway excursion) ini menurut Australian Transportation Safety Bureau (ATSB) menjadi kecelakaan yang paling sering terjadi, menyumbang 96 persen dari semua kecelakaan yang terjadi di runway.
Hingga tahun 2012 lalu, terdapat lebih dari 650 kecelakaan yang termasuk kategori runway excursion.
Sebanyak 65 orang di antaranya adalah kecelakaan fatal yang merenggut banyak korban jiwa, sekitar 1.121 orang dalam kurun 1995 hingga 2010.
Federal Aviation Administration (FAA) sendiri mengestimasi kerugian industri penerbangan dari kejadian runway excursion mencapai 1 miliar dollar AS per tahun.