Kumpulan Ucapan Hari Raya Nyepi 2019, Kirim via Facebook, IG, Twitter atau WA Sekarang
Kumpulan Ucapan Hari Raya Nyepi 2019 dalam Bahasa Indonesia & Bahasa Bali
14. 'Rahajeng Nyanggra Rahina Nyepi Caka 1940. Dumogi Rahayu Sareng Sinamian tur Ngardi Jagat Shanti lan Jagaditha.'
15. 'Rahajeng Nyanggra Rahina Nyepi Caka 1940 Dumogi Polih Kerahajengan lan Kerahayuan Sareng Sami.'
Baca: Sekda Takalar Minta Pabrik Jagung ke Pengurus Muhammadiyah
Baca: Diskusi Dengan Wirausahawan Muda Bantaeng, Ini Kata Legislator Sulsel
Baca: VIDEO: Viral di Instagram Berkat Suara Merdunya, Begini Kehidupan Ikbal di Wajo
Hari Raya Nyepi identik dengan ogoh-ogoh
Ogoh-ogoh biasa ditampilkan dalam sebuah parade, pawai, atau festival.
Bermacam-macam bentuk dan warna ogoh-ogoh yang dirangkai dan dihias untuk menyambut Hari Raya Nyepi.
Mulai dari bentuk raksasa besar berwana kuning hingga raksasa yang menyerupai naga berwarna ungu.
Namun, ogoh-ogoh ternyata memiliki berbagai fakta unik lho.
Dilansir Tribunjatim.com dari berbagai sumber, berikut ulasannya:
1. Asal nama ogoh-ogoh
Ogoh-ogoh sesungguhnya merupakan gambaran akan bhuta kala yang diwujudkan ke dalam suatu bentuk.
Bhuta kala berasal dari kata "Bhuta," artinya sesuatu yang sudah ada dan "Kala," artinya kekuatan atau energi.
Dalam ajaran Hindu Dharma, butha kala mempresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.
Bhuta kala sering digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, biasanya dalam wujud Rakshasa, seperti naga dan gajah.
Dilansir dari Bobo, penamaan ogoh-ogoh sendiri berasal dari sebutan dalam Bahasa Bali yaitu "Ogah-Ogah" yang artinya sesuatu yang digoyang-goyangkan
2. Simbol energi negatif
Kemunculan ogoh-ogoh merupakan suatu bentuk simbolisasi.
Ogoh-ogoh dikatakan menyimbolkan energi-energi negatif sang bhuta kala, dengan perwujudan menyeramkan untuk dipralina (dilebur) dengan air maupun api.
Hal ini ditandai dengan dibakarnya ogoh-ogoh setelah selesai diarak.
3. Makna tersembunyi
Ogoh-ogoh merupakan cerminan sifat-sifat negatif pada diri manusia, sehingga pengarakannya dilakukan di berbagai lokasi di sekitar banjar atau desa dan melewati jalan-jalan utama sehingga tampak oleh semua warga.
Hal tersebut memiliki maknanya sendiri.
Dilansir dari TribunWow, ogoh-ogoh yang dibangun secara bersama memberikan inspirasi atau ide kepada semua orang untuk bersedia melihat sifat-sifat negatif dalam diri kita dan menjadi terbuka karenanya.
Selain itu, ogoh-ogoh diarak keliling desa bertujuan agar setan-setan yang ada di sekitar desa itu ikut bersama ogoh-ogoh.
Karena setan-setan menganggap bahwa ogoh-ogoh merupakan rumah dan kemudian ikut dibakar oleh masyarakat.
4. Banyak versi cerita
Terdapat banyak versi cerita mengenai awal mula munculnya tradisi ogoh-ogoh ini.
Pertama, ada yang mengatakan bahwa awal mula tercetus ide membuat pawai ogoh-ogoh ini berkaitan dengan ditetapkannya Hari Raya Nyepi sebagai hari raya nasional oleh Presiden RI sekitar tahun 1983.
Perayaan atas tersebut ditandai dengan dibuatnya seonggok benda mirip patung yang kini dikenal dengan nama ogoh-ogoh.
Pembuatan ogoh-ogoh pertama kali dilakukan di Br Abiantubuh, Kesiman dengan pemrakarsanya, yaitu Bapak I Made Jayadi.

Ketika itu bentuknya masih sederhana, tubuhnya yang terbuat dari ambu (daun muda dari pohon enau) ditambah dengan topeng seadanya.
Cerita lainnya menyebutkan bahwa ogoh-ogoh dikenal sejak jaman Dalem Balingkang, dimana pada saat itu ogoh-ogoh dipakai pada saat upacara Pitra Yadnya (upacara untuk menghormati leluhur).
Lalu, ada pula yang berpendapat bahwa ogoh-ogoh terinspirasi dari tradisi Ngusaba Ndong-Nding di Desa Selat Karangasem.
Informasi lain menyebutkan bahwa ogoh-ogoh muncul sekitar tahun 70an.
5. Ogoh-ogoh di era modern
Dikutip dari Tribunnews.com, dalam perkembangannya, ogoh-ogoh ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat.

Baca: TRIBUNWIKI: Nyepi Identik dengan Parade Ogoh-Ogoh, Apa Itu? Berikut Penjelasannya
Tujuan Hari Raya Nyepi
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta).
Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
(Tribunnews.com/ Umar Agus W)