Korban Banjir di Tompobulu Maros Butuh Bantuan Air Bersih
Untuk mendapatkan air minum, warga harus mencari toko di desa lain. Pasalnya, di Dusun Tombolo, air bersih tidak diproduksi lagi karena masalah PDAM.
Penulis: Ansar | Editor: Hasrul
TRIBUN-MAROS.COM, TOMPOBULU - Puluhan korban banjir akibat penambangan liar di Desa Tompobulu, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, membutuhkan bantuan air bersih, Selasa (5/3/2019).
Pasalnya, sejak banjir merendam pemukiman Sabtu pekan lalu, distribusi air PDAM terhenti. Bantuan air bersih untuk dikomsumsi, juga sangat minim.
Baca: Sebelum Ditemukan Meninggal, Hakim PT TUN Makassar Sempat Pulang Kampung dan Tak Masuk Kantor
Seorang warga Tomopobulu, Daeng Sirua mengatakan, sekutar 40 Kepala Keluarga yang menjadi korban banjir, saat ini kesulitan mendapat air bersih. Warga hanya mengandalkan air sungai.
"Kami sangat butuh bantuan air bersih. Khususnya untuk diminum. Ada bantuan air, tapi kemasan. Jumlahnya juga hanya dua puluh dus. Itu tidak cukup," kata Daeng Sirua.
Untuk mendapatkan air minum, warga harus mencari toko di desa lain. Pasalnya, di Dusun Tombolo, air bersih tidak diproduksi lagi karena masalah PDAM.
Baca: Nikah di Bawah Umur, Pasangan Asnur dan Diva Juga Terpaksa Putus Sekolah
Sementara untuk keperluan mencuci piring dan pakaian, warga turun ke sungai. Sungai tesebut menjadi alternatif bagi warga, meski kondisi air masih keruh akibat pertambangan.
"Untuk membeli air minum, kami harus keluar dari kampung. Kalau cuci piring dan pakaian, masih ada air sungai. Kami ke sungai untuk mengirit pengeluaran beli air," katanya.
Pipa PDAM sepanjang tiga kilometer menuju ke pemukiman warga, belum berfungsi. Pihak PDAM masih sementara melakukan pembenahan.
Baca: Balasan Rocky Gerung Saat Ditanya Abu Janda Apakah yang Dia Maksud Bong Adalah Andi Arief?
Bupati Maros, Hatta Rahman menuding, banjir yang melanda Kecamatan Tompobulu, disebankan ulah oknum penambang liar.
Sejumlah hutan telah dibabat dan dikeruk oleh oknum, menjadi biang banjir yang merendam sekitar 30 rumah warga, di Desa Tompobulu.
Hal tesebut dikatakan Hatta Rahman saat meninjau lokasi banjir bandang Tompobulu. Hatta didampingi beberapa pejabatnya, Minggu 3 Maret 2019 lalu.
Baca: Damkar Makassar Aktif Bantu Penanganan Bencana, Danny Terima Penghargaan dari Kemendagri
Hatta menilai, air hujan dari hulu tidak mampu lagi diserap dengan dengan maksimal. Hal itu disebabkan terjadinya kerusakan hutan dan tambang ilegal.
Hatta meminta pihak kepolisian untuk segera melakukan pengusutan. Pasalnya, selama ini, Pemkab tidak pernah memberikan adanya izin tambang di Tompobulu.
"Banjir terjadi karena adanya kerusakan hutan, penambangan tanpa izin, dan tidak direncanankan dengan baik. Banjir ini sudah kedua kalinya dalam satu tahun terjadi," kata Hatta.
Baca: Bantah Ikut Terciduk Bersama Andi Arief, Ini Kiprah Livy Andirani dari Artis FTV hingga Jadi Caleg
Pihak Kepolisian diminta untuk segera bertindak dan menyeret para pelaku tambang ilegal. Jika dibiarkan, maka kerusakan akan bertambah parah.
Para penambang telah melakukan pelanggaran berat. Melakukan pengerukan tanpa terbatas di area pegunungan.
Banjir tersebut tiba-tiba datang dengan sangat deras. Pemukiman warga yang berada di bantaran sungai rusak karena derasnya arusnya air.
Laporan Wartawan TribunMaros.com, @anchakaumanshar
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :
Jangan Lupa Follow akun Instagram Tribun Timur:
(*)