Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Diduga Menambang Ilegal, Begini Respon Oknum Polisi di Maros

Seorang personel Polsek Tompobulu, Kabupaten Maros, Bripka Medi Nur keberatan namanya disebut sebagai penambang ilegal di Desa Tompobulu

Penulis: Ansar | Editor: Munawwarah Ahmad
Ansar
Eskavator penambang disimpan di hutan saat banjir melanda Desa Tompobulu, Kecamatan Tompobulu. 

TRIBUN MAROS.COM, TOMPOBULU - Seorang personel Polsek Tompobulu, Kabupaten Maros, Bripka Medi Nur keberatan namanya disebut sebagai penambang ilegal di Desa Tompobulu, Senin (4/3/2019). 

Bripka Medi Nur mengatakan, seharusnya namanya diinisialkan.

Padahal warga menyebut nama Medi saat memberikan keterangan.

Keterangan warga yang menyebutnya sebagai penambang, dinilai salah.

Ia ke lokasi tambang, karena eskavatornya disewa.

"Seharusnya inisialkan nama saya. Saya hanya sewakan eskavator. Bukan penambang," kata Medi dengan nada tinggi.

Medi sempat berdebat dengan awak media di Maros.

Pasalnya, Medi sempat menyalahkan awak media yang telah menulis namanya.

"Salah maki itu pak, kalau kami disalahkan. Kami hanya menulis sesuai keterangan warga," kata wartawan SaudagarNews, Teguh.

Medi naik pitam dan wajah memerah, saat menemui awak media di Batangase, Kecamatan Mandai.

Pertemuan awak media dan Medi berlangsung kebetulan di salah satu toko percetakan.

Banjir bandang yang melanda Desa Tompobulu, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, diduga disebabkan adanya tambang liar dan pembatan hutan.

Banjir bandang yang melanda Tompobulu, Sabtu kemarin tersebut, merendam puluhan rumah warga dan sekolah dasar.

Seorang warga Dusun Tombolo, Dg Sompa mengatakan, Minggu (3/3/2019) banjir tersebut diduga disebabkan adanya tambang batu, di area pemukiman.

Tambang batu tersebut diuga milik oknum personel Tompobulu, Bripka Medi Nur.

Sejak tambang tersebut beroperasi beberapa tahun terakhir, Medi Nur kerap datang meninjau.

"Penyebabnya mungkin, di sekitar ini tambang. Tambang itu milik Pak Medi, dari Polsek Tompobulu. Saya sering lihat, pak sering datang," kata Sompa.

Dg Sompa merupakan salah satu korban banjir akibat luapan sungai tersebut.

Sejumlah alat hias pengantin maupun tenda terowongan rusak terendam banjir.

Eskavator kuning milik Medi juga masih berada di daerah tambang.

Eskavator berhenti beroperasi setelah banjir melanda.

Personel pemilik Toyota Hilux dobel kabin tersebut, dikenal dengan beberapa kontraktor besar dan ketua Asosiasi di Maros.

Daeng Sirua mengatakan, banjir bandang tersebut datang dengan cepat.

Hal itu disebabkan dari luapan sungai yang berada di belakang rumahnya.

Saat hujan reda, banjir juga perlahan surut.

Dia menyebut, tambang ilegal menjadi penyebab banjir.

"Kami tidak pernah menyangka banjir datang. Hujan memang deras tapi tidak lama. Makanya kami heran. Kami curiga, banyak penambang di atas," katanya.

Sabtu malam kemarin, banjir bandang setinggi dua meter menerjang pemukiman warga.

Banjir tersebut merupakan luapan sungai Tompobulu yang tidak mampu menahan debit air.

Air pasang, setelah Maros diguyur hujan.

Beruntung tidak ada korban jiwa atau luka-luka pada peristiwa tersebut. Namun, kerugian ditaksir mencapai ratusan juta.

 Laporan Wartawan TribunMaros.com, @anchakaumanshar

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved