Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ini Hama Penyerang Tanaman Kakao di Luwu Utara

Data Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Luwu Utara, produksi biji kakao kering

Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Imam Wahyudi
Chalik Mawardi/tribunlutra.com
Klon MCC 02 atau klon M45 merupakan jenis kakao asal Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Selasa (22/11/2016). 

TRIBUNLUTRA.COM, MASAMBA - Kakao di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, merupakan komoditas unggulan.

Data Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Luwu Utara, produksi biji kakao kering tahun 2017 mencapai 26.274 ton.

Luas tanaman mencapai 39.410 hektare, terdiri 7.511 hektare tanaman belum menghasilkan, 26.540 hektare tanaman menghasilkan, dan 5.358 hektare tanaman tua.

Informasi yang dihimpun TribunLutra.com, Rabu (27/2/2019), pengembangan tanaman kakao masih terkendala hama Penggerek Buah Kakao (PBK).

Dikutip dari sejumlah sumber, PBK memang merupakan salah satu hama yang paling sering dijumpai dalam budidaya kakao.

Hama ini menyerang buah dan menyebabkan turunnya kuantitas dan kualitas hasil.

Hampir semua wilayah penanaman kakao di Indonesia juga mengenal hama ini.

Nama ilmiah adalah conophomorpa cramerella.

Serangan hama PBK seringkali berdampak besar terhadap bisnis budidaya kakao.

Bisa menggerogoti produktivitas hingga 80 persen.

Oleh karena itu, pengenalan siklus hidup, gejala serangan, dan teknik pengendalian hama ini perlu dipahami agar serangannya tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.

Hama penggerek buah kakao adalah serangga yang bermetamorfosis sempurna.

Siklus hidupnya dimulai dari telur yang berubah menjadi larva.

Dari larva menjadi imago (serangga dewasa) yang akan berkembang biak untuk memulai siklus hidup lagi.

Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam satu siklus kurang dari 35 hari.

Imago betina penggerek buah kakao berumur 5-7 hari.

Dalam kurun waktu tersebut bisa menghasilkan 100-200 butir telur.

Hama ini meletakkan telurnya di permukaan buah kakao yang berusia 3-4 bulan.

Dalam waktu kurang dari 7 hari, telur-telur tersebut akan menetas dan keluarlah larva-larva yang lantas menggerek kulit dan masuk ke dalam buah kakao.

Larva ini tumbuh dewasa di dalam buah, melahap plasenta dan daging buah yang membungkus biji kakao.

Setelah 14 hari tinggal di dalam buah kakao, larva dewasa akan menggerek ke luar buah.

Kemudian turun ke permukaan tanah untuk mencari daun kering yang akan digunakannya sebagai media hidup selama menjalani fase kepompong atau pupa.

Setelah 7 hari menjalani fase kepompong, serangga ini berubah menjadi imago.

Imago tersebut akan terbang, kawin, dan hinggap ke buah-buah kakao untuk meletakan telurnya.

Serangan hama penggerek buah kakao dapat dikenali dari perubahan warna kulit buah menjadi belang hijau-kuning atau tampak seperti matang sebelum waktunya.

Buah ini bila dibuka, bagian dalamnya akan berwarna coklat kehitaman.

Pada kulit buah yang terserang juga terdapat garis hitam yang merupakan bekas liang gerekan larva penggerek buah kakao.

Biji dari buah yang terserang biasanya berukuran kecil dan saling berdempetan satu sama lain.

Biji ini sulit dikeluarkan karena melekat kuat pada kulit buah.

Biji dari buah yang terserang penggerek buah kakao umumnya memiliki kadar lemak yang rendah sehingga harga jualnya pun rendah.

Laporan Wartawan TribunLutra.com, @chalik_mawardi_sp

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved