Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

VIDEO Hujan Es di Enrekang Sulsel: Ini Penyebab Terjadinya Hujan Es dan Bahayanya

Fenomena alam Hujan Es terjadi di wiliayah Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang, Senin (25/2/2019) siang menjelang sore.

Editor: Ardy Muchlis
st hamdana/tribunwajo.com
Ilustrasi Hujan Es 

Salah satu proses pembentukannya adalah melalui kondensasi uap air yang sangat dingin di atmosfer pada lapisan di atas titik beku (freezing level).

Awan yang tinggi puncaknya melebihi titik beku ini akan memiliki bagian atas yang suhunya lebih rendah dari nol derajat Celcius, sehingga awan tersebut mempunyai peluang sangat besar memproduksi es.

Es yang terbentuk dari proses ini biasanya berukuran cukup besar.

Pada masa pancaroba biasanya akan terjadi pembentukan awan secara konvektif di mana massa udara basah terangkat ke atas dan membentuk awan yang puncaknya melebihi freezing level dan terjadilah proses pengintian es.

Maka, bagian atas awan tersebut banyak mengandung es. Saat sudah cukup waktunya untuk hujan, maka butiran atau bahkan gumpalan es juga ikut jatuh ke permukaan bumi.

Akibat ukurannya, walaupun es telah turun ke arah yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat tidak semuanya dapat mencair.

2. Pernah memakan korban

Hujan es dapat turun dalam berbagai macam ukuran. Jika ukurannya sangat besar dan disertai dengan angin kencang, fenomena hujan es ini dapat memakan banyak korban jiwa, lho.

Hal inilah yang terjadi di India pada tahun 1888. Saat itu, badai hujan es menghancurkan kota pertanian Morabadad, India yang menewaskan hingga 230 orang dan banyak hewan ternak.

Badai hujan es yang terjadi tepatnya pada 30 April 1888 ini disebut jauh lebih hebat dari biasanya dan menjadi legenda di India sebagai badai terhebat.

Tidak hanya hujan es saja, badai juga disertai dengan angin kencang yang menggulingkan banyak bangunan dan rumah di daerah itu.

Walaupun badai terjadi pada siang hari, badai membawa awan yang sangat gelap dan tebal sehingga orang-orang menyebutkan suasana seperti malam hari.

Belum ada sistem peringatan yang baik pada saat itu, sehingga banyak petani di daerah itu yang tetap bekerja di ladang saat badai mulai terjadi.

Sebagian besar korban meninggal seketika saat hujan es turun dan menghantam mereka.

3. Es terbesar berdiameter hingga 20 cm

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved