Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

TRIBUNWIKI: Sejarah Nama Jl Korban 40 Ribu Jiwa di Makassar, Terkait dengan Pembantaian Westerling

Sejarah Nama Jl Korban 40 Ribu Jiwa di Makassar, Terkait dengan Pembantaian Westerling

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Arif Fuddin Usman
Sanovra JR/Tribun Timur
Suasana Monumen Korban 40.000 Jiwa terletak di Jl Langgau, Kelurahan Timungan Lompoa, Kecamatan Bontola, Makassar, Minggu (6/8). Bangunan untuk mengenang sejarah kelam pembantaian yang dilakukan pasukan Westerling tahun 1946 dan tahun 1947 ini nampak tidak terurus. 

Westerling sendiri yang memimpin aksi ini dan berbicara kepada rakyat, yang diterjemahkan ke bahasa Bugis.

Monumen Korban 40.000 Jiwa terletak di Jl Langgau, Kelurahan Timungan Lompoa, Kecamatan Bontola, Makassar, Minggu (6/8/2018). Bangunan untuk mengenang sejarah kelam pembantaian yang dilakukan pasukan Westerling tahun 1946 dan tahun 1947.
Monumen Korban 40.000 Jiwa terletak di Jl Langgau, Kelurahan Timungan Lompoa, Kecamatan Bontola, Makassar, Minggu (6/8/2018). Bangunan untuk mengenang sejarah kelam pembantaian yang dilakukan pasukan Westerling tahun 1946 dan tahun 1947. (Sanovra JR/Tribun Timur)

Dia memiliki daftar nama "pemberontak" yang telah disusun oleh Vermeulen.

Kepala adat dan kepala desa harus membantunya mengidentifikasi nama-nama tersebut.

Hasilnya adalah 35 orang yang dituduh langsung dieksekusi di tempat.

Metode Standrecht

Metode Westerling ini dikenal dengan nama "Standrecht" – pengadilan (dan eksekusi) di tempat.

Dalam laporannya Westerling menyebutkan bahwa yang telah dihukum adalah 11 ekstremis, 23 perampok dan seorang pembunuh.

Fase ketiga adalah ancaman kepada rakyat untuk tindakan pada masa depan, penggantian Kepala desa serta pembentukan polisi desa yang harus melindungi desa dari anasir-anasir "pemberontak, teroris dan perampok".

Baca: Waspada! Tahun 2019 Diprediksi Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah Manusia, Ini Tanda-tandanya!

Baca: Main di 4 Turnamen Berbeda, PSM Makassar Wajib Tambah Pemain! Posisi ini yang Butuh Tambahan?

Setelah itu rakyat disuruh pulang ke desa masing-masing.

Operasi yang berlangsung dari pukul 4 hingga pukul 12.30 telah mengakibatkan tewasnya 44 rakyat desa.

Demikianlah "sweeping ala Westerling". Dengan pola yang sama, operasi pembantaian rakyat di Sulawesi Selatan berjalan terus.

Westerling juga memimpin sendiri operasi di desa Tanjung Bunga pada malam tanggal 12 menjelang 13 Desember 1946. 61 orang ditembak mati.

Bupati Majene Fahmi Massiara memimpin upacara peringatan pembantaian Westerling di taman makam pahlawan korban 40.000 Galung Lombok, Tinambung, Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar),
Bupati Majene Fahmi Massiara memimpin upacara peringatan pembantaian Westerling di taman makam pahlawan korban 40.000 Galung Lombok, Tinambung, Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), (Edyatma Jawi/Tribunpolman.com)

Selain itu beberapa kampung kecil di sekitar desa Tanjung Bunga dibakar, sehingga korban tewas seluruhnya mencapai 81 orang.

Berikutnya pada malam tanggal 14 menjelang 15 Desember, tiba giliran Kalukuang yang terletak di pinggiran kota Makassar, 23 orang rakyat ditembak mati.

Menurut laporan intelijen mereka, Wolter Monginsidi dan Ali Malakka yang diburu oleh tentara Belanda berada di wilayah ini, namun mereka tidak dapat ditemukan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved