Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

TRIBUNWIKI: Erupsi Lagi, Ini Profil Gunung Agung Bali, Letusan Sejak 1808

Dari Pura Besakih gunung ini tampak dengan kerucut runcing sempurna, tetapi sebenarnya puncak gunung ini memanjang

Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Imam Wahyudi
KOMPAS.COM/BAMBANG P JATMIKO
Gunung Agung difoto dari udara, beberapa waktu lalu. 

Tanggal 28 Juni 2018 pukul 10.30 WITA, Gunung Agung mengeluarkan asap hingga Jumat dini hari yang menyebabkan hujan abu di bagian barat hingga barat daya dan menyebabkan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bandar Udara Banyuwangi dan Bandar Udara Jember resmi ditutup sejak Jumat pukul 03.00 WITA hingga 19.00 WITA.

Menyusul hembusan Gunung Agung yang terus menerus mengeluarkan asap dan abu vulkanik.

Tanggal 2 Juli 2018 pukul 21.04 WITA, Gunung Agung kembali meletus.

Kali ini dengan melontarkan lahar dengan radius 2 km. Erupsi terjadi secara strombolian dengan suara dentuman. Istilah tipe strombolian diambil dari kata Stromboli, nama gunung api di pulau Stromboli Italia yang terletak di Laut Thyrene, Mediterania.

Ciri-ciri erupsi strombolian yakni adanya erupsi-erupsi kecil dari gas dan fragmen-fragmen atau serpihan magma. Dalam laporan PVMBG Kementerian ESDM, erupsi Gunung Agung terjadi pada Senin (2/7/2018) dan Selasa (3/7/2018) pukul 04.13 Wita.

Tinggi kolom abu pada letusan malam tadi teramati ±2.000 m di atas puncak (±5.142 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.

Status Gunung Agung saat ini tetap berada di level 3 atau siaga dengan radius bahaya 4 kilometer dari kawah.

Kepercayaan masyarakat

Masyarakat Hindu Bali percaya bahwa Gunung Agung adalah tempat bersemayamnya dewa-dewa, dan juga masyarakat mempercayai bahwa di gunung ini terdapat istana dewata. Oleh karena itu, masyarakat Bali menjadikan tempat ini sebagai tempat kramat yang disucikan.

Pura Besakih yang berada di kaki Gunung Agung juga luput dari aliran lahar letusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1963.

Masyarakat percaya bahwa letusan Gunung Agung pada tahun 1963 merupakan peringatan dari Dewata. Dalam catatan sejarah, Pura Besakih dan Gunung Agung menjadi fondasi awal terciptanya masyarakat Bali.

Mengutip buku Custodian of the Sacred Mountains: Budaya dan Masyarakat di Pulau Bali karya Thomas A Reuter, menuturkan bahwa Maharishi Markandeya, orang pertama yang memimpin pelarian Majapahit ke Bali, baru berhasil menetap di Bali datang ke kaki Gunung Agung.

Sebelumnya, gelombang eksodus yang dipimpin Markandeya berjumlah 800 orang seluruhnya tewas akibat wabah penyakit.

Jalur pendakian

Pendakian menuju puncak gunung ini dapat dimulai dari tiga jalur pendakian yaitu :

Sumber: Tribun Timur
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved