TRIBUNWIKI: 21 Februari Diperingati Sebagai Hari Peduli Sampah Nasional, Ternyata Peringatan Ini!
TRIBUNWIKI: 21 Februari Diperingati Sebagai Hari Peduli Sampah Nasional, Ternyata Peringatan Ini!
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Arif Fuddin Usman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tanggal 21 Februari ditetapkan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional atau HPSN.
Persoalan sampah diperingati secara nasional karena sampah sepertinya menjadi masalah besar untuk kita semua.
Melalui Hari Peduli Sampah Nasional, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan / KLHK dan para aktivis lingkungan diingatkan betapa pentingnya peduli sampah.
Baca: Mengidap Aspergers Syndrome, Ananda Sukarlan Bagi Kisah Hidupnya Hingga Menjadi Pianis Ternama
Baca: Foto-foto Cantiknya Andi Emma; Calon Menantu Baru Ichsan Yasin Limpo, Calon Kakak Ipar Bupati Gowa
Terlebih pada permasalahan sampah yang semakin kompleks seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Banyak beredar foto-foto sampah yang ada di lautan dan ditempat-tempat umum lainnya.
Persoalan tersebut masih menjadi tugas seluruh masyarakat Indonesia untuk segera menuntaskan jumlah sampah yang semakin hari makin meresahkan.
"Hari ini adalah Hari Peduli Sampah Nasional, kita diingatkan kembali untuk peduli pada permasalahan sampah. Bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat rendahnya kepedulian terhadap lingkungan sekitar membuat permasalahan sampah makin pelik," tulis WWF Indonesia melalui akun Twitter @WWF_ID.
Tragedi Leuwigajah
Asal muasal dari peringatan Hari Peduli Sampah Nasional atau HPSN ini merupakan sebuah kenangan atas tragedi di Tempat Pembuangan Akhir atau TPA Leuwigajah, Cimahi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Dua kampung Cilimus dan kampung Pojok ditelan longsor dari tumpukan sampah pada pagi dini hari pukul 02.00 WIB, 21 Februari 2005 lalu.
Baca: VIDEO: 15 Camat se-Makassar Pendukung Capres 01 Penuhi Panggilan Bawaslu Sulsel
Baca: Terlalu Vokal Soal Pengaturan Skor, Mantan Pelatih PSM Makassar Robert Alberts Mengaku Dihukum PSSI
Saat itu 157 jiwa melayang dan dua kampung terhapus dari peta karena tergulung longsoran sampah yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir Leuwigajah.
Memori itu kian redup seiring perjalanan waktu, tapi tidak bagi masyarakat adat Cirendeu, Kota Cimahi.
Bagi mereka, lupa adalah sesuatu yang harus dilawan agar tidak terperosok pada lubang yang sama di masa mendatang.
Sampah anorganik berupa plastik, gabus, kayu, hingga sampah organik datang bak gelombang tsunami.
Pemukiman kedua desa langsung luluh lantak tertimbun sampah meski berjarak satu kilometer lebih dari puncak tumpukan sampah.