Farouk: Kerja Iklas Kunci Sukses di Parpol!
Ketua DPRD Makassar dua periode itu mengaku sering melakukan aksi demonstrasi dan penghadangan terhadap massa partai Golkar
Penulis: Abdul Azis | Editor: Nurul Adha Islamiah
TRIBUN-TIMUR.COM,MAKASSAR -- Farouk Mappaseling Betta (48) tidak pernah berfikir ingin menjadi politisi ataupun ketua partai. Namun takdir berkata lain.
Sejak kecil hingga lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 11 Ujungpandang tahun 1985-1988, putra almarhum Letkol TNI (Purn) Mappaseling Betta dan almarhumah Asniah Mappaseling itu hanya bercita-cita jadi petani.
Alasan itu pula Ketua DPRD Makassar ini mengambil jurusan pertanian di Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI).
Baca: Bahas Lorong Partai, Farouk M Betta, Tenangkan Busranuddin Baso Tika
Baca: VIDEO: Farouk: Harian Tribun Timur Punya Kontribusi Besar Bagi PSM Makassar
"Dulu saya hanya ingin punya sawah, ternak dan kebun tani yang luas. Makannya waktu kuliah saya ambil jurusan pertanian di UMI, tahun 1988," ungkap Aru sapaannya kepada Tribun, Jumat (22/2/2019).
Bahkan, Ketua DPRD Makassar dua periode itu mengaku sering melakukan aksi demonstrasi dan penghadangan terhadap massa partai Golkar jika melintas di depan kampusnya waktu itu.
"Dulu saya suka demo partai Golkar, massa Golkar lewat saya hadang di depan kampus kalau dari kampanye. Namun disaat orang ramai-ramai tinggalkan Golkar tahun 1998, saya malah gabung di sayap partai Golkar," jelasnya.
Mantan Ketua GEMA MKGR Sulsel itupun menjelaskan perjalanannya hingga menjadi Ketua Partai Golkar Makassar. Menurutnya, sejak kuliah dirinya aktif berorganisasi, baik organisasi kampus, kepemudaan, maupun kemasyarakatan.
"Saya memang suka berorganisasi, aktif di Senat, SAR, dan UKM. Dulu juga ada banyak komunitas sircus saya masuki. Organisasi kepemudaan seperti AMPI dan lain-lain. Saya kemudian sedikit demi sedikit masuk dunia politik, jadi kader partai Golkar," tegas Aru.
Ketua Majelis Mustasyar Pengurus Daerah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Makassar itu mengaku pernah bertarung di Daerah pemilihan (Dapil) Panakukkang dan Manggala untuk kursi DPRD Makassar, tapi gagal.
"Saya pernah jadi caleg di Dapil Panakukkang-Manggala tahun 2004, tetapi tidak lolos. Waktu itu saya tidak kampanye karena kan sistem nomor urut. Sudah Wakil Bendahara Golkar Makassar waktu itu," ujar Ketua Karang Taruna Sulsel ini.
"Tapi saya bukan langsung wakil bendahara di Golkar, saya ini dari anggota biasa, kader biasa. Seiring waktu, saya terus kerja iklas di partai. Dan pada waktunya sayapun dipercayakan sebagai wakil bendahara, dan jadi sekretaris partai," tambah Aru.
Suami Sherly Lamuda Farouk itu mengakui bahwa ia butuh waktu belasan tahun untuk duduki jabatan sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Makassar.
"Bukan waktu singkat untuk sampai disitu. Saya dari tahun 2004-2014 sekretaris. Jadi saya punya tiga ketua, Pak Ilham Arief, Pak Ambas Syam, dan Pak Supomo Guntur. Karena kerja iklas saya terus jadi sekretaris tiga ketua. Jadi saya juga pernah jadi wakil ketua di provinsi, tidak gampang jadi ketua. Nanti tahun 2016 baru jadi ketua," kata Aru.
"Setelah Pak Ilham jadi ketua Golkar, saya kemudian diangkat menjadi sekretarisnya dan berbagi tugas dengan Pak Ilham waktu itu. Pak Ilham urus rakyat, saya urusi partai dan organisasi," tambah Aru.
Direktur Yayasan Lembaga Pengembangan Masyarakat Madani itu menambahkan, dia tidak pernah berambisi mendapat jabatan Ketua Golkar dan Ketua DPRD Makassar. Ia yakin setiap organisasi punya generasi.