Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

INACA Sepakat Turunkan Harga Tiket Pesawat, Masyarakat Masih Mengeluh, Lion Air Buka Suara

Mahalnya harga tiket pesawat sejumlah rute penerbangan masih dikeluhkan mahal oleh masyarakat.

Editor: Anita Kusuma Wardana
BOEING
INACA Sepakat Turunkan Harga Tiket Pesawat, Masyarakat Masih Mengeluh, Lion Air Buka Suara 

“Sabtu ini hanya 270 pesawat, padahal di 2018 rerata per hari bisa 300-350 pesawat. Itu di SHIAM, pun di Bandara Seokarno-Hatta yang biasanya rerata per hari 1.200 pesawat, kini di bawah 1.000 pesawat,” kata Novy Pantaryanto.

Menurutnya, kondisi itu berdampak sistematik.

Jika tidak segera ditemukan jalan keluar, maka industri penerbangan terancam “gulung tikar”.

Seperti di Sulsel, kata Novy Pantaryanto, saat tarif pesawat naik, membuat alternatif tranportasi yakni Kapal Pelni laris manis.

Kondisi ruang keberangkatan di Bandara Sultan Hasanuddin Makasar di Mandai, Maros, sepi.
Kondisi ruang keberangkatan di Bandara Sultan Hasanuddin Makasar di Mandai, Maros, sepi. (Ansar)

“Belum lama ini saya ketemu dengan GM Pelni di bandara. Katanya lagi panen pas tarif pesawat naik. Nah, kita tunggu saja apakah pihak maskapai yang menurunkan harganya, atau banyak pesawat yang terparkir karena keterisiannya sangat minim,” jelas Novy Pantaryanto.

Ini beralasan, kata Novy Pantaryanto, mengingat cost yang dikeluarkan maskapai untuk sekali terbang tidak sedikit.

Mulai dari bahan bakar, pajak manifest, biaya airport, pembayaran pilot dan pramugari.

“Biaya bahan bakar 50 persen dari biaya operasional. Makanya, beberapa pesawat dari maskapai menggabungkan penumpang dengan tujuan yang sama di waktu tertentu. Agar keterisian pesawat bisa mengcover biaya sekali jalan,” katanya.

Bila dilihat dari aktivitas pesawat di SHIAM, tentunya beberapa pesawat tidak beroperasi maksimal.

“Yah maksimal 12 jam perjalan per pesawat atau 6 kali terbang. Tarif naik, ada yang 4 jam saja beroperasi,” katanya.

Ia pun menghawatirkan, bila ini berlanjut, ada pesawat yang terparkir.

“Peristiwa ini memang berpegaruh pada pendapatan Airnav, tetapi mempermudah kami dalam mengaturnya,” katanya.

Selain itu, revenue atau pendapatan AirNav Cabang Utama MATSC didominasi dari penerbangan luar negeri.

“Sekitar 70 persen revenue kami dari pesawat luar negeri. Sisanya dari penerbangan domestik. Padahal. pengaturannya lebih banyak penerbangan domestik, namun inilah tugas dan bakti kami kepada negara,” jelas Novy Pantaryanto.

(Kompas.com/Tribun Timur)

Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :

Follow juga akun instagram tribun-timur.com:

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved