Ini Saran Forum Dosen Untuk Kapolda Sulsel Hadapi Terorisme dan Radikalisme
Kapolda Sulsel Irjen Pol Hamidin menghadiri undangan Forum Dosen berdiskusi tentang beberapa tema, di Kantor Tribun Timur, Jl Cendrawasih Makassar.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Munawwarah Ahmad
Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kapolda Sulsel Irjen Pol Hamidin menghadiri undangan Forum Dosen berdiskusi tentang beberapa tema, di Kantor Tribun Timur, Jl Cendrawasih Makassar, Kamis (7/1/2019) kemarin.
Di Tribun Timur, Irjen Pol Hamidin menjelaskan apa yang akan Ia lakukan kedepan selama menjabat Kapolda Sulsel.
Khususnya melawan paham radikalisme dan terorisme.
Irjen Pol Hamidin juga mendapat banyak saran dan masukan dari puluhan doktor dan profesor.
Salah satunya Wakil Rektor III Fisip Unhas, Dr Hasrullah.
Hasrullah memuji Irjen Pol Hamidin sebagai polisi cerdas khususnya dalam penanganan terorisme.
Menurut Hasrullah, pro dan kontra pernyataan Hamidin soal terorisme, dapat dijawab dengan baik pada pertemuan itu.
Ia juga mendukung langkah Polda Sulsel yang akan masuk ke kampus demi mencegah berkembangnya paham radikalisme, serta meminta Irjen Hamidin menggunakan dunia maya sebagai upaya memberantas paham radikalisme dan terorisme.
"Kebisaan yang dilakukan pendahulu pak Kapolda yakni masuk kampus, itu sangat baik. Kalau datang ke kampus warnanya akan berbeda. Pak Kapold juga harus memikirkan, bagaimana polisi menggunakan dunia maya untuk tracking aksi kejahatan, karena dunia maya juga sudah dimanfaatkan untuk itu," pesannya.
Guru Besar UMI Prof Maruf Hafidz menyoroti jumlah polisi yang menurutnya masih minim, apalagi saat ini akan menghadapi momen politik yang membutuhkan banyak personel keamanan.
"Rasio ideal polisi sebenaranya 1:350, sedngkan menurut Kapolri saat ini rasionya 1:750. Contohnya di Palopo jumlah polisi sedikit, sementara penghitungan suara diprediksi akan sampai tengah malam. Bagaiaman soal keamanannya," kata dia.
Sementara Ketua FKPT Prof Arfin Hamid turut memberi saran.
Ia menyarankan agar polisi memakai sistem shift dalam menjalankan tugas.
"Mengapa tidak gagas polisi shift malam saja, karena sekarang kehidupan siang dan malam sudah tak ada bedanya. Sekarang polisi tugas sampai jam 4," kta Arfin.
Selain itu, lanjut Arfin, masalah yang dihadapi sekarang adalah sulitnya mengklasifikasi gerakan radikal.
"Itu karena tak ada satupun ada yang mau disebut radikal dan teroris. Dulu begitu dirilis 23 persen mahasiswa berpotensi radikal, kampus marah-marah. Radikalisme di Sulsel potensinya memang besar, tapi sangat bahaya menunjuk pihak tertentu," kata Prof Arfin.
Subscribe untuk Lebih dekat dengan tribun-timur.com di Youtube:
Jangan lupa follow akun instagram tribun-timur.com